Tentang Kia (Open Up)

460 40 5
                                    

"Aku ngga punya ayah."

Kia menjawab pertanyaan itu dengan lancar pada masa sekolah menengah pertama. Responnya diluar dugaan, orang-orang lebih banyak bersimpati dibanding menghujat atau meledek.

Mungkin karena udah mulai memasuki usia remaja, jadi sudah mulai ngerti. Beda dengan waktu sekolah dasar, mereka masih bertanya dimana ayahnya Kia meskipun Kia bersikeras ngga mau jawab.

Kia menjalani kehidupan seperti siswi pada umumnya. Pergi ke sekolah buat belajar, pulang, main ke rumah teman, les. Apa pun aktivitas orang normal seusianya.

Yang berbeda hanyalah Kia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah.

Mama nya Kia punya bisnis restoran dan catering yang cukup menjanjikan. Kia dan temannya sering berkunjung kesana dan saling bantu. Beruntung Mamanya Kia adalah seorang yang mandiri dan pekerja keras.

"Kamu kayak sakit parah aja! Demam aja kok minta bolos, masuk ya kamu udah kelas sembilan."

Kia terpaksa di didik dengan cukup keras, sang ibu ngga mau Kia nanti jadi perempuan lemah yang diremehkan orang lain.

Kia hampir bisa ngelakuin semuanya sendiri di umur lima belas tahun. Pekerjaan rumah semua bisa dia kerjakan, karena takut Mamanya akan marah dan pergi seperti sang ayah.

Ayahnya Kia masih ada, tapi pergi.

Sang ayah berasal dari keluarga cukup berada, berbeda dengan Mamanya Kia yang dari keluarga sederhana. Ayahnya sudah dijodohkan lebih dulu oleh keluarganya, tapi cinta Ayah dan Mamanya Kia terlalu kuat untuk diputus.

Mereka menikah di hadapan agama, tanpa restu orang tua. Lalu lahirlah Kia ke dunia setelah setahun pernikahan.

Dengan lahirnya Kia, pernikahan mereka otomatis terbongkar. Orangtua dari pihak ayahnya marah besar, dan menyuruh sang anak untuk memilih.

Kia dan sang ayah diurus oleh keluarga mereka dan meninggalkan sang ibu, atau tetap tinggal utuh dengan terror dimana-mana.

Pilihan kedua cukup baik, tapi ngga ada yang tau apa yang akan terjadi di masa depan. Hidup sang ayah mulai dipersulit, dengan sulitnya dapat pekerjaan, sampai tuduhan kalau Kia adalah anak hasil perbuatan diluar ikatan pernikahan.

Sang ayah tidak tega, sementara Mamanya Kia terus bertahan sambil mencari cara. Mereka lebih sering cekcok, masalah sekecil apapun bisa jadi api membara. Kia di usianya yang harusnya cengeng, cuma bisa diam mengamati keduanya.

Saat Kia memasuki usia taman kanak-kanak, mereka sepakat untuk bercerai. Sang Ayah kembali kepada keluarganya, dan berjanji akan selalu menafkahi dan berkunjung kalau ada kesempatan. Sang ibu masih memiliki dendam, masih merasa kalau Sang Ayah tidak mau memperjuangkan semuanya.

Kia diantar jemput oleh ayahnya selama seminggu, sampai pada hari ke tujuh yang muncul hanya Mamanya yang mengendarai motor dengan pipi yang basah.



Masuk sekolah menengah atas, Kia semakin tidak mau membahas soal laki-laki. Awalnya hanya seputar sang ayah, tapi dari situ muncul perasaan takut kalau bertemu lawan jenis.

Pria itu jahat.

Kia susah sekali menghilangkan itu dari pikirannya. Memang sih, tidak semua pria begitu. Tapi mata dan pipi Mamanya yang basah terus terpatri di ingatan. Karena sejak itu ayahnya tidak muncul lagi.

Kia selalu memiliki cukup uang di rekening tabungannya, entah darimana datangnya.

Mamanya selalu mengirim uang hanya ketika lima hari pertama setiap bulan, tapi saldo Kia akan bertambah setiap akhir bulannya, dan bertambah lebih banyak setiap Kia berulang tahun.

[SVT LOKAL AU!] Gamal & Ezra story [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang