Last Revenge

459 45 10
                                    

Hari ini musyawarah besar, acaranya hampir selesai. Senior sampai maba banyak yang hadir, semakin malam semakin ramai. Tadi beberapa divisi sempet diserang, tapi mereka berhasil nanggepin dengan baik. Di depan khalayak, mereka harus tetep tenang.

Beberapa ada yang pusing lalu berjongkok di balik layar setelah bergiliran menjabarkan pekerjaan mereka selama satu periode. Nayla bahkan sampai menangis, karena takut dimarahi senior atau ngga bisa jawab pertanyaan. Tapi ternyata bisa, dan dia lega.

Selangkah lagi adalah penutupan dan bagian Gamal dan Jefry untuk speech. Gamal senyum dan memberikan semangat ke setiap divisi. Tapi waktu duduk di luar ruangan, tangannya gemetar luar biasa. Jantungnya juga berdegup kencang, catatan kecil di bukunya juga sama sekali ngga bikin tenang.

"Yang, aku bawain minum." Suara Kia masuk menyapa telinga Gamal. Cewek itu tau Gamal segugup apa, dan seperti apa Gamal kalau lagi tertekan. Kia memilih buat bertingkah seperti ngga khawatir, karena Gamal pasti bakal pura-pura baik-baik aja.

"Sini." Kata Gamal sambil menepuk tempat kosong disampingnya.

Kia nyamperin Gamal dengan langkah pelan, lalu naro gelasnya di samping Gamal duduk. Gamal baru mau bertanya, tapi Kia berlutut di depannya. Kia menggenggam kedua tangan Gamal yang dingin, mengusap-ngusapnya lembut.

"Gamal, kamu pasti bisa. You always did a good job sayang. Kamu yang tenang, kita hampir selesai kan? Sejauh ini kita semua baik-baik aja, tugas kamu cuma nutup hari ini dengan baik. Kamu bisa." Kata Kia sambil menatap Gamal tepat di mata, Gamal menunduk dan membalas tatapan Kia dengan lensa mata yang hampir berkaca-kaca.

Kia tersenyum, ngusap tangan Gamal lagi, yang gemetarnya lambat laun berkurang. Gamal cuma bisa melihat tangannya sendiri yang dihangatkan oleh usapan Kia. Cowok itu lepasin tangannya, lalu mendekap Kia seraya mejamin mata.

"Aku takut." Bisiknya, Kia mengusap punggung lebar Gamal penuh perasaan. Sedikit lega karena Gamal mau terbuka ngungkapin perasaannya.

"Ngga apa-apa, wajar kalo takut. Tapi sebentar aja ya, kita masih butuh kamu sedikit lagi." Balas Kia ikutan berbisik, Gamal terasa mengangguk di ceruk lehernya.

"Sssh...ssh." Kia mengusap punggung Gamal pelan, sesekali menepuknya. Gamal ngga menangis, tapi rasanya seperti ditenangkan waktu lagi takut-takutnya, lagi sedih-sedihnya.

Kia lepasin pelukannya waktu ngerasa Gamal udah bisa bernapas teratur, mulai tenang. Gamal berdiri dan menjatuhkan catatan kecilnya yang berisi pidato penutupan. Kia membungkuk buat ambil kertas itu dan nyelipin lagi ke tangan Gamal seraya berdiri.

"Ayo bisa bisaaa!" Kia mengusap kedua pundak Gamal, cowok itu akhirnya senyum lagi.

"Mau peluk lagi boleh?" Kia mengangguk, membiarkan Gamal mendekapnya dengan posisi berdiri. Lima detik kemudian Kia ngelepas lagi, takutnya ada yang mergokin kan maloe.

"Kalo cium?" Tanya Gamal sambil mengerucutkan bibir, Kia mencubitnya gemas.

"Kamu ngelunjak ih!" Kia memukul pelan lengan Gamal. Tepat setelahnya, Jefry muncul dari balik pintu dan nyuruh Gamal bersiap.

Gamal jalan buat kembali masuk ruangan bersama Jefry dan Kia menyusul di belakangnya. Sekilas ia melihat sosok yang dia kenal seraya jalan ke atas stage, tapi Gamal mengabaikan karena mau fokus sama pidatonya nanti.

Presentasi soal program mereka, udah disiapin sama Jefry. Sebagai wakil, mereka emang kurang banyak berinteraksi di depan orang-orang. Jefry termasuk orang yang ngga gampang berinteraksi sama orang, makanya itu jadi tugas Gamal.

Mereka koordinasi dengan sangat baik kok, cuma ngga keliatan barengan terus aja. Secara sistematis, Jefry yang beresin. Soal teknis dan penyampaian, Gamal yang ambil alih.

[SVT LOKAL AU!] Gamal & Ezra story [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang