18.

1.4K 142 15
                                    

Hari demi hari, Jungkook memilih sendiri untuk sementara waktu, melihati keindahan alam dari atas balkon Apartemen, tempat ia berdiam diri. Suasana seperti sekarang memang sangat ia rindukan, saat dulu mereka masih saling menyukai. Menemani sehari-hari meski hanya sebentar.

Bila Jungkook sedang mengadu bosan mereka berdua akan duduk di tengah taman untuk saling berpegangan tangan, atau melempar lelucon. Jungkook akan selalu banyak bicara untuk menceritakan bagaimana saat ia di kampus, atau di rumah.

Jungkook masih ingat betul saat So Eun terus mengatakan bahwa dirinya memiliki kemampuan yang tidak akan ada orang lain miliki, jadi Jungkook harus besyukur akan itu. Tidak perlu bersedih bila nasip seorang adik sepertinya saat di rumah, selalu lebih di nomor duakan setelah kakaknya.

Ia meringis, menyesap hot coffe sedikit demi sedikit agar perasaannya menjadi tenang dan hangat, seiring berjalannya waktu.

Lalu bagaimana dengan sekarang? Dulu ia bisa percaya bahwa dirinya memiliki kelebihan lain.

Tapi, saat So Eun bahkan beralih dan memilih Taehyung ia tidak bisa lagi mengatakan dirinya patut untuk di banggakan. Ia begitu tidak di inginkan, bukankah seperti itu?

Seolah apa yang terjadi sudah menjadi hukum alam.

"Sojung-ah, apakah kau juga akan meninggalkan Ayah?" Tanyanya sendiri, di sela ringisan rasa sakit yang masih terasa di hati kecilnya.



































So Eun tidak fokus, ia terus kembali mengetik ulang laporan yang Sehun suruh. Bahkan ia berkali-kali meminta maaf untuk tidak memecat dirinya di saat keteledorannya sudah semakin parah.

Bagaimana mungkin saat Sehun meminta laporan rapat minggu lalu, So Eun malah mengirim jadwal Sehun untuk tiga hari kedepan. Lalu disaat Sehun menginginkan So Eun menemaninya makan siang di restoran dekat kantor, gadis itu malah membeli makan kesana dan di berikan pada Sehun.

Sehun sedikit sangsi, ia melihati So Eun dalam diam. So Eun tengah menunduk ketakutan, Sehun menghela nafas sebentar, dan memijit pelipisnya perlahan. "Aku tidak tahu apa masalahmu, tapi— aku harap kau bisa lebih teliti lagi dengan pekerjaan. Apa kau mengerti?"

"Maafkan aku Sunbae! Aku teledor, aku sangat menyesal."

"Nanti sepulang kantor, apa kau mau menungguku sebentar?"

"Ada apa?"

"Hanya ingin bicara denganmu, bila kau mau. Kalau tidak, aku tidak akan memaksa. Atau mungkin suamimu akan marah nanti."

So Eun semakin menundukkan kepalanya, menggigit bibirnya dengan gusar lalu meminta maaf dengan pelan pada Sehun. "Maafkan aku Sunbae, aku sudah bohong padamu. Sebenarnya, aku masih belum menikah!"

Sehun diam.

"Apa itu akan mempengaruhi pekerjaanku disini? Maaf, aku tidak bermaksud melakukannya. Aku tidak bermaksud untuk berniat ibohong padamu."

"Tidak apa-apa. Kau pasti memiliki alasan, kau bisa menceritakan semuanya padaku bila mau. Aku siap di bagi masalah bila itu bisa membuatmu menjadi lebih tenang. Jangan salah paham So Eun! Aku hanya tidak ingin kau terbebani. Apa kau mengerti?"

So Eun mengadah, menyorot manik mata Sehun dengan rasa haru. Ia mengangguk den mengusap linangan air mata di pipinya. "Terimakasih Sunbae."

"Kembalilah ke ruanganmu, pulang nanti akan ku tunggu di parkiran. Tenangkan saja! Aku fikir beberapa hari ke depan tidak ada hal berat yang membuatmu untuk bekerja lebih ekstra."

So Eun mengangguk lagi, "Terimakasih Sunbae, aku permisi."

Selepas gadis itu pergi, Sehun menyandarkan punggungnya pada kursi besar yang ia duduki. Ia menutup matanya sebentar, dan tersenyum tenang.

 𝐘𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐌𝐲 𝐏𝐚𝐬𝐭 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang