41• Last

1.1K 168 64
                                    

Semerbak harum ruangan terasa tenang. Rose masih betah berada dalam pelukan Lisa. Mungkin, bisa di bilang sudah hampir tiga jam ia tak bergeming dari tempat. Matanya kian membengkak, dengan gelutan kecil disana.

Ia rasa tak memiliki siapapun lagi untuk berbagi. Lisa yang lebih tahu dari pada dirinya.

Menepuk perlahan demi perlahan, berharap lebih membuat Rose tenang. Tapi-aliran air mata itu tak berhenti mengalir. Lisa bingung, pihak siapa yang harus ia dukung? Kedua temannya salah. Tapi, dia juga tidak bisa menyalahkan sebuah takdir.

"Rose!"

"Lis, lebih baik seperti ini kan?"

Lisa menghela nafas, menarik badan gadis itu agar duduk lebih tegak dan melihatnya dengan benar. "Disini kau salah! Sangat salah besar."

"Aku tahu."

"Tidak seharusnya kau kembali."

"Aku hanya terlambat kembali."

"Oke-terserah. Tapi, Jungkook sudah memiliki kehidupan yang lain. Dia sudah memiliki seorang putri."

"Iya Lisa."

"Jadi tolong! Menjauhlah, aku tidak mau kau semakin merusak banyak hal."

"Aku tidur dengan Jungkook!"

"Sialan." Lisa marah, refleks berdiri dan memandangi Rose nanar. Tidak percaya saja, kalau dirinya harus terlibat dengan hubungan konyol sekarang. "Astaga Rose! Jungkook akan menikah, dan kau tidur dengan calon suami orang lain."

"Dia sahabatku, dan aku mencintai dia dari dulu. Kau tahu itu Lisa!"

"Urus-urusanmu! Aku tidak perduli."

Rose merapatkan bibir yang bergetar. "Kalau nanti aku hamil, setidaknya aku memiliki darah Jungkook di badanku."

Lisa benar-benar segan tak perduli, ia memijit pelipisnya dengan kesal. Merasa bodoh dengan keadaan. Ingin sekali ia menepak kepala Jungkook dan Rose bergantian. Sangat-sangat menjijikkan. "Pulanglah Rose!"

"Lisa, Jungkook mencintaiku 'kan?"

Lisa menahan tawa, memandangi Rose dengan tatapan pedih. "Dia hanya kehilangan arah. Aku tahu, kau adalah cinta pertama Jungkook. Tapi-bukan berarti Jungkook tidak bisa berubah dengan pendirian. Dan sialnya, kau melakukan hal-hal yang sejujurnya membuatku muak Rose."

"Lisa!"

"Aku mohon pulanglah! Aku perlu istrirahat, begitu juga denganmu."

🍃


Sojung duduk di sofa ruang tamu memandangi jarinya dalam diam, bermain kecil disana dengan menggelembungkan kedua pipi. Ia marah, kesal dan sedih. Ayolah, ia tidak merasa nyaman meski ia berada di satu lingkungan dengan sang Ayah.

Ia berfikir, kalau Jungkook bisa menyakiti So Eun. Bukankah sebaliknya akan tetap seperti itu, terhadap dirinya sekalipun? Meski tak terlihat, tentu saja Sojung merasa sangsi. Terlebih, seorang perempuan yang membuat Sojung menjadi benci baru saja muncul dengan tatapan sendu. Mencari-cari Jungkook, dan bertutur lembut di depan wajahnya.

Benci? Sojung baru saja menyadari bahwa ketidak sukaannya selama ini sudah berlabuh jauh menjadi rasa benci. Bukan keinginnanya, tapi Jungkook sendiri yang membuat Sojung melakukan itu.

"Sojung-a!" Mengadah, Rose yang tersenyum dengan paper bag di tangan kanan. "Ini untukmu, Ahjumma tidak tahu kau menyukai rasa apa. Jadi semua ku belikan, ada susu vanilla, cokelat, strawberry dan pisang." Jelasnya, dengan melihat kecil isi di dalam sana.

 𝐘𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐌𝐲 𝐏𝐚𝐬𝐭 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang