38• The same

1.4K 168 59
                                    


Ini 2900 word.
Tumben bangettt!
Jangan lupa klik bintang ya!
Ga susah kok ☺️








Pagi menjelang siang, di sebuah rumah sederhana, perempuan yang baru saja bangun dari tidur lelap di lantai kamarnya itu dengan sedikit takut. Bila Sojung datang dan melihat, gadis kecil itu pasti akan bersedih lagi. Tipe anak kecil pemikir yang begitu menggemaskan. Dia bangkit, duduk sebentar, merapikan rambutnya yang berantakan dan melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Tumben sekali, dia bisa tertidur sampai siang. Setidaknya sedikit lega, karena Sojung sudah pasti berangkat ke sekolah dari rumah Ayahnya.

Tangan kanannya terulur untuk mengambil ponsel di meja depan. Menyalakan sembari berdecih lirih saat melihat beberapa panggilan dan pesan dari Jungkook dan-Taehyung. Apa mereka sedang berlomba untuk menghubungi dirinya?

So Eun mengabaikan, dia malas untuk berfikir apapun sebentar ini. Dia juga ingin merasakan terbebas dari jerat masalah yang tak kunjung lepas dari kehidupannya, melirik sebuah tanggalan gantung di dinding itu dengan cuatan bibir ke dalam. Menghitung rana mana yang akan ia lewati sebentar lagi untuk menjadi istri Jungkook. Tiga minggu lagi. Undangan akan segera di sebar, persiapan mencapai tingkat matang dan hampir sembilan puluh persen.

Mengingat bagaimana bodohnya dia berdiam diri saat melihat calon suaminya tengah bermesraan dengan sahabatnya. Seperti andil baru yang membuatnya kembali di tertawakan oleh sebuah takdir. Seolah ada yang menggonggong pada dirinya kalau sampai kapan-pun, kau tidak akan bahagia So Eun? Jadi apa yang kau harapkan selain berserah dan menunggu ajalmu.

Oke! Mungkin setelah ini So Eun akan berfikir bagaimana cara Sojung bisa hidup dengan bahagia dan berkecukupan. Apapun caranya akan So Eun lakukan.

Bila di ingat, So Eun tidak sepenuhnya sedih karena di hianati. Tapi ada kasus lain yang belum bisa ia jelaskan. Tapi tangisan malam itu hanya sebuah kutukan untuk mempertanyakan sebuah dosa yang di berikan padanya. Seperti Taehyung tempo lalu, Jungkook beserta sahabatnya dan-

Alih-alih So Eun jadi ingin memastikan sesuatu sebelum terlambat. Tidak selamanya kungkungan rasa trauma sentuhan dari Jungkook itu bersarang. Dan dia harus melawan.

Suara ketukan pintu itu terdengar sedikit nyaring. Saat berusaha bangkit, kepalanya sedikit berputar, sampai harus mencari pegangan agar bisa berdiri tegak sebelum melanjutkan perjalanan.

Tok.. Tok...

Lagi-So Eun perlahan menyahut dan membuka pintunya. Sosok laki-laki tinggi, khas dengan balutan kemeja kerjanya tengah berdiri dengan wajah khawatir di depan sana. Belum sempat menyapa, tangan kekar itu sudah terulur untuk merangkul erat badan So Eun ke dalam pelukannya.

Begitu mengejutkan.

So Eun tersenyum sendu sembari menepuk-nepuk perlahan punggung tegap disana, "Aku baik-baik saja, tidak udah khawatir Jungkook."

Jungkook masih betah, seperti sedang melepas kesalahan apa yang dia lakukan kemarin-kemarin. Mengabaikan calon istrinya sendiri. Itu salah besar. Benar-benar salah.

So Eun menatap lekat gerbang rumah yang tidak jauh dari arah pandangnya. Seorang lelaki yang baru saja datang, berdiri dengan satu tangangan yang dia masukkan ke dalam saku celana, tersenyum miris dan berbalik pergi lagi.

Hanya melihat tanpa menyela. Tidak mungkin dia menghentikan, memang Taehyung siapa? Meski dia sudah sangat baik dengan dirinya dan Sojung.

Pelukan itu terurai, Jungkook menangkup pipi So Eun dan tersenyum. Kekehan lembut yang sebenarnya sangat So Eun sukai. Laki-laki itu tampan. Sangat-sangat tampan. Tangannya halus dan menyenangkan.

 𝐘𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐌𝐲 𝐏𝐚𝐬𝐭 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang