46• Truth

1K 133 45
                                    

Song; Sam Kim - Breath

12 Tahun kemudian..



   Sebut saja Sojung, gadis bersurai hitam legam baru saja keluar kelas, berjalan beriringan dengan seorang pria bermarga Joon yang baru ia temui pada pertengahan semester. Kebetulan pula, mereka mengambil satu jurusan yang sama di Universitas ternama di Seoul.

   Mereka sudah lama tak bertemu, bukan canggung yang terasa. Lebih menjaga untuk urusan yang terikat dengan Sojung. Joon Mino, pria bibir tebal yang belakangan ini sudah menemani Sojung. Bukan lagi gadis yang sukar menangis semabarangan. Tapi—lebih di kenal dengan Sojung, ratu kecantikan sekaligus anggota senat yang begitu di kagumi. Tidak hanya soal paras tapi juga sikap.

   Tindak disiplin Sojung dan bagaimana gadis itu bicara membuat banyak orang terkagum. Meski ia terbilang baru, tapi kegiatan organisasi tidak pernah di lewatkan. Gadis itu lebih aktif. Terlebih Mino merupakan anggota serikat yang pernah membuat onar di bidang pertentangan. Dan disitulah mereka bertemu.

   “Bagaimana, kau jadi mengajakku ke tempat kerjamu tidak?”

   “Jangan sekarang oke!” Sarkas Mino, ia menggaruk tengkuk tidak enak. “Aku janji akan membawamu kesana nanti.”

   “Hm yasudah. Ku pukul kepalamu kalau kau bohong.”

   “Iya, iya. Astaga! Kenapa kau semakin bar-bar saja sih—”

   “Bye Mino, aku harus pergi. Sudah banyak yang menungguku!”

   “Iya-iya, jaga dirimu. Oke!”

   Sojung mengangguk, dan melambaikan tangan selepas Mino berbalik meninggalkannya.










7.12 pm, House.

   Sampai di rumah, Sojung berjalan tenang di selingi senyuman ragu saat pandangannya terfokus pada layar ponsel. Antara lucu dan kalut. Sojung seperti antara menerima kabar baik dan sedih. Pantulan bola basket mengenai kepala. Sojung mengaduh dan mencari darimana asal lemparan bola tersebut.

   Nyatanya ada sosok pria sedang berdiri dengan kedua tangan terlipat. Wajahnya acuh dan kesal. “Dari mana saja kau Noona?”

   “Aku? Dari kampus. Memang kenapa?”

   “Kau lupa hari ini?”

   Sojung berfikir sejenak, sorot matanya sengaja mengerjai adik kecil yang sudah terlihat dewasa dari umurnya. Sebut saja Jake, adik laki-laki yang sangat Sojung sayangi. Tidak ada yang lain. Harta terindah yang Sojung punya. Meski sangat menyebalkan, percayalah! Sojung selalu memanjatkan do’a terbaik untuk dirinya dan Jake. “Hari apa ini? Apa aku melupakan sesuatu.”

   “Ah sial— kau memang tidak sayang denganku.” Pekik Jake kesal, ia sudah beranjak kabur dengan kedua alis menukik tajam. Kesal dan marah. Itulah Jake, masih kekanakan sekali. Wajar saja, masih anak kelas tujuh menengah pertama.

   “Maa—lihat Sojung Noona, sudah pulang terlambat. Dan dia melupakan hari ulang tahunku.”

   Sojung terkekeh, iris matanya mengabur dengan senyuman kecil terukir. Bagaimana Sojung bisa melupakan itu, tidak mungkin. Sampai mati Sojung akan terus mengukir hari itu dengan sangat baik.

   Sojung melangkah cepat, ke meja makan dengan perasaan bersalah. Tentu saja disana sudah ada Ayah dan Ibunya. Terlebih makanan masih tidak tersentuh sebelum dirinya kembali.

   “Sojung darimana sayang?” Tanya Sehun.

   “Seperti biasa, dan ya—bayi kecilmu itu terus merengek.” Ketus Sojung.

 𝐘𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐌𝐲 𝐏𝐚𝐬𝐭 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang