40• Lost

1.1K 159 43
                                    

"Appa, boleh tidak aku bertanya sesuatu padamu?"

"Tentu saja sayang, katakan!"

"Kalau seandainya aku memintamu untuk meninggalkan Oemma bagaimana? Tidak usah menikah."

Jungkook terdiam, pertanyaan yang membuat dadanya di rajam ribuan pisau. Sangat sakit membekas.

***







So Eun keluar kamar dengan tangan mengusap belakang leher, melihat dua orang tengah berdiam diri sibuk akan pikirannya masing-masing.

Mengusap lembut kepala Sojung, menyuruh putrinya itu untuk tidur. Karena sudah pukul sembilan malam, dan sudah waktunya juga Jungkook pulang, sebelum mereka bicara terlebih dulu.

Mengangguk patuh, mengucapkan salam dengan kecupan ringan di kedua pipi orang tuanya. Jungkook tak bergeming, pikirannya kalut dalam satu waktu. Pertanyaan Sojung masih menghantuinya, seperti penolakan secara tidak langsung.

Bukankah ucapan anak kecil adalah kesungguhan? Berarti, Sojung mengingingkan dirinya pergi.

"Jungkook," Panggil So Eun pelan, menatap manik laki-laki yang akan mendampinginya kelak. Ada rasa penasaran yang menggebu.

"Noona-kau sakit?"

So Eun menggelengkan kepala, tersenyum simpul sembari mengusap pipi Jungkook lamat. Lembut dan sangat lembab. Wajah itu nyaris sempurna. Dengan bibir kecil merah muda, hidung mancung, rahang yang tegas, dan mata hazel bersinar disana. Yang kini terlihat redup.

Kalau tidak ingat laki-laki di depannya ada sebuah alasan bagaimana ia merasa menjadi pendosa pada diri sendiri. Menjadikan rasa takut adalah sebuah phobia yang teramat sulit di selamatkan dalam jangka waktu pendek.

Sentuhan, ia sampai lupa bagaimana sakitnya dulu di hancurkan dalam kurun waktu yang singkat dan berkali-kali. Dimana ia harus mengubur impian besarnya menjadi sebuah angan. Semua berkat Taehyung, laki-laki lain tapi memiliki aliran darah seseorang yang hampir saja ingin So Eun benci seumur hidup.

Rupanya, darah lebih kental dari pada air. Bagaimapun-ia berusaha terikat dengan sebuah kebahagiaan, semua akan kembali terenggut dan menyakitinya dengan perlahan.

Jungkook dan Taehyung. Mereka sama-sama memiliki riwayat menyakiti, hanya berbeda jenis dan bagaimana sebuah penyelesaian yang akan mereka terapkan.

Seperti soal matematika yang begitu rumit, memiliki banyak rumus. Tapi bagaimanapun akhirnya. Pilihan akan jadi penentu, antara berusaha atau menyerah.

Jadi apa yang harus So Eun pilih? Dua lelaki itu tampak rumit. Tapi ada satu pilihan yang begitu jelas, kali ini biarkan So Eun menentukan.

Tangan yang mulanya di pipi itu kembali di genggam erat, tersenyum simpul dengan gigi menyembul lucu. Jungkook merangkul erat So Eun. Sangat-sangat erat, seolah tidak mau melepaskan. Dia menyesal dan meminta maaf tapi enggan untuk di katakan.

Kesalahan yang bermula dari dirinya sendiri, ia egois dan melupakan apa yang terjadi sebentar lagi.

Mengusap-usap punggung So Eun dan bergumam lirih. Seperti suara isakan tapi tak menangis, itulah Jungkook sekarang. "Noona, kau tidak akan meninggalkan aku, bukan?"

Diam-semua terasa abu-abu. So Eun seolah terjebak pada putaran black hole yang membuat kepalanya tidak bisa berfikir dengan jernih.

"Noona tolong! Katakan padaku." Desakan itu terdengar begitu kecil, menyerupai bisikan.

So Eun sudah akan membuka mulut dan menjawab, matanya kembali menemukan hal yang ingin sekali ia benci.

Bukan, bukan dia membenci Jungkook. Tapi bagaimana So Eun membenci dirinya sendiri. Seberapa kuat ia menjalani kehidupan penuh drama? Seberapa lama lagi ia harus terus mendapat kisah tak sejalan dengan isi waitlist yang ia inginkan, sebelum semuanya tidak bisa di lakukan.

 𝐘𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐌𝐲 𝐏𝐚𝐬𝐭 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang