Argi melihat wajah khawatir Aksa meskipun sahabatnya itu berpura-pura melanjutkan makannya seperti biasa setelah Freya dan Nayla pergi untuk mengejar Sekar.
"Lo tau dia disini kan?" Naren bertanya karena dilihatnya Aksa tidak kaget sama sekali saat melihat Sekar.
Aksa mengangkat pundaknya singkat dan memilih untuk melanjutkan makannya daripada menjawab pertanyaan Naren.
"why does it seem both of you can not move on, tho?" kali ini Ryan yang berucap setelah hening datang. Aksa terlihat meletakan sendoknya dan menyandarkan punggungnya. Laki-laki itu menghela nafasnya dalam.
"Lo tau, gue berusaha nggak meyakini hal itu but--" Aksa menjeda kalimatnya "but why I can't be less care?"
"Finish what should be finished, Sa. Kaya yang kak rere bilang" Argi mengatakan dengan nada tenang dan tanpa menghakimi. "Gue tau susah. Apalagi disini Sekar udah punya orang lain dan lo nggak berhak mengganggu dia tapi kenyataan Sekar selalu menghindar dari lo tapi disatu sisi dia juga kelihatan pengen lo tarik maju, itu semua harus diselesaikan"
Keempatnya kemudian diam. Ada perasaan gusar yang dirasakan Argi - Naren dan Ryan melihat Aksa dalam kondisi gamang seperti ini. Mereka tau urusan perasaan tidak pernah mudah dan simple apalagi jika model manusianya seperti Aksa yang susah sekali jatuh hati--dan sekalinya jatuh susah sekali untuk bangun dan bangkit.
Tapi apapun itu, ketiganya sepakat, tidak akan menghakimi Aksa. Ketiganya akan membersamai tanpa memaksa.
Dan Aksa berterimakasih atas hal itu.
***
Nayla berjalan masuk ke toilet perempuan dengan Freya yang berada di depan dirinya. Gadis itu membawa jaket Aksa dengan raut muka tenang. Nayla tau, Freya selalu jago dalam hal berkenalan dengan orang asing tapi untuk kasus ini, Nayla sangsi karena gadis yang akan mereka jumpai bukan sepenuhnya orang asing.
Gadis berambut pendek itu keluar dari salah satu bilik dan cukup kaget melihat kehadiran Nayla dan Freya di toilet perempuan ini. Tapi sedetik kemudian gadis itu menuju wastafel untuk mengambil beberapa lembar tissue. Bajunya berantakan dengan segala noda dan bau yang cukup menganggu karena sisa makanan yang tertumpah. Sekar tau itu tapi gadis itu tidak punya waktu untuk memperhatikan dandadannya. Ia hanya ingin segera keluar dari restaurant ini secepatnya. Tapi langkahnya terhenti saat seorang gadis mengulurkan sebuah jaket di depannya.
"Pake ini aja. Baju lo terlalu berantakan buat jalan keluar dari mall ini. Bisa - bisa lo diketawain sepanjang jalan keluar"
Sekar melihat ke arah jaket yang ia tau persis milik Aksa karena laki-laki itu tadi menggunakan jaket ini. Kemudian matanya beralih menuju gadis berambut pendek yang berdiri di depannya juga gadis berambut panjang di sampingnya.
"makasih tapi nggak usah" Sekar berkata dengan senyum kecil yang dipaksa.
"Pakai aja. Nanti kamu kembalikan ke saya aja" Kali ini Sekar melihat kearah gadis berambut panjang yang tersenyum bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendmates
General Fiction[Selesai - Sudah Terbit] Friendmates; stories of four best friends and their complicated-yet-struggling ways to get their soulmates. Ryan harus sekuat tenaga mengejar gadis yang serupa alpha woman. Aksa dengan predikat brengseknya, ternyata tidak bi...