Sekar masuk ke lobby apartemennya dengan basah kuyup. Alih-alih menggunakan bus atau taksi, Sekar memilih berjalan kaki setelah meminta Aksa untuk menurunkannya di alfamart dekat apartemennya. Sepanjang jalan, yang Sekar ingat hanya tatap mata Aksa saat itu. Sekar tidak ingin berbesar sangka bahwa Aksa menaruh sedikit perasaan pada Sekar.
Mungkin Aksa sama dengan Kamila, sahabatnya yang tinggal di samping unitnya, yang hanya mengasihani Sekar karena kondisi Sekar.
Mungkin Aksa hanya menaruh simpati. Tidak benar-benar peduli.
Tapi anehnya, jauh dilubuk hati Sekar, ada sedikit kepercayaan bahwa Aksa bukan keduanya.
"Mba Sekar, kehujanan?" Satpam lobby apartemennya bertanya saat Sekar menunggu di depan lift. Sekar tersenyum singkat.
"Iya pak. Kehujanan. Nggak dapet taksi"
"Oalah. Padahal kayaknya Mas Ardan tadi di apartemen mba Sekar"
Sekar tersenyum nanar. "Ketiduran paling pak"
Bohong. Ardan mana mau menjemput gue saat hujan. Laki-laki itu tidak akan sudi bermacet-macetan hanya untuk ngejemput gue. Sekar membatin.
Sekar sampai di depan pintu apartemennya. Ia memasukan kartu apartemennya tapi ia tidak menemukan Ardan disana. Sekar setengah lega. Setidaknya ia tidak perlu menjelaskan banyak hal pada laki-laki itu. Dan ia pun tau, Ardan kemungkinan besar sedang di apartemen Kamila.
Kadang Sekar bingung. Dirinya tidak pernah marah saat Ardan dekat dengan Kamila tapi Ardan selalu marah jika Sekar dekat dengan siapapun.
Entah kenapa Ardan lebih marah jika Sekar mempermasalahkan hubungan antara Ardan dan Kamila. Laki-laki itu selalu mengatakan bahwa Mila, panggilan Kamila, adalah sahabat yang paling mengerti dirinya.
Sekar tau keduanya memang sudah bersahabat lama. Lebih lama dari hubungan Sekar dan Ardan sendiri. Sekar juga akhirnya tidak mempermasalahkan karena Mila memang baik padanya. Sekar sudah menganggap Mila sebagai kakaknya sendiri. Mila selalu bisa menerima keluh kesah Sekar entah yang berhubungan dengan Ardan maupun masalah lainnya.
Sekar masuk ke kamar mandi di dalam kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian.
Sejujurnya, Sekar benci tempat ini karena berulang kali hal buruk muncul tiap ia ada di ruangan ini. Sebisa mungkin sekar menyingkirkan benda tajam sekecil apapun itu. Ia menatap kaca di kamar mandinya untuk menemukan pantulan dirinya sendiri yang terlihat sangat normal dari luar.
Kecuali sayatan-sayatan di lengan kirinya.
It has been a month semenjak Sekar tidak melukai dirinya sendiri. Aneh. Padahal biasanya tiap malam, keinginan untuk mati selalu hadir. Tapi satu bulan ini, yang Sekar inginkan hanya tidur cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendmates
General Fiction[Selesai - Sudah Terbit] Friendmates; stories of four best friends and their complicated-yet-struggling ways to get their soulmates. Ryan harus sekuat tenaga mengejar gadis yang serupa alpha woman. Aksa dengan predikat brengseknya, ternyata tidak bi...