Blood

12.4K 2K 1.1K
                                    

Lova memarkirkan mobilnya di depan sebuah cafe. Aksa menelpon Sekar tadi. Gadis itu hanya mengatakan tadi ia bertemu dengan Lova dan sekarang ia sedang berada satu mobil dengan Lova. Aksa tidak bereaksi berlebihan. Ia hanya meminta Sekar menunggunya di suatu tempat dan Sekar menyampaikan keinginan Aksa pada Lova.

"Gue langsung balik aja ya" Ucap Lova pada Sekar dengan nada gugup.

"Tungguin Aksa bentar, Kak. Dia mau ngomong sama kakak" 

"Nanti aja. Gue bisa ngobrol kapan aja sama dia" Lova memaksa.

Sekar tidak menahan Lova lebih lama tapi ternyata Aksa sudah sampai di tempat terlebih dahulu. Sekar bisa melihat Lova memejamkan matanya singkat dan mencengkram kemudi gugup saat Aksa mendekati mobil Lova. 

Laki - laki itu berjalan mendekati arah kursi kemudi yang berarti Aksa memang ingin berbicara dengan Lova. Laki - laki itu mengetuk kaca mobil Lova. Meminta perempuan itu untuk menurunkan kaca mobilnya. Lova menurut tapi perempuan itu sama sekali tidak menatap ke arah Aksa. 


"Aku.. tinggal dulu kak" Sekar berkata dengan sopan. Lova menoleh ke arah Sekar dengan cepat. 

"Gue langsung balik aja"

"Lov" Aksa memotong yang membuat Sekar dan Lova menoleh bersamaan. "We need to talk. I know you blocked my number. So, please. Lets talk" Aksa berkata tenang. Kemudian tatap mata Aksa beralih pada Sekar yang masih menatapnya. "Bisa tunggu sebentar di dalam? gue mau ngomong berdua sama Lova"


Sekar mengangguk dengan senyum tenang tersungging di ujung bibirnya. "Take your time" Sekar berkata pada Aksa. Kemudian sebelum pergi, Sekar dengan lembut meraih tangan kiri Lova dan menggenggamnya. "Makasih udah bantuin tadi, kak. Makasih banget" 


Lova tau senyum Sekar dan ucapan terimakasih Sekar bukan basa basi. Gadis itu benar-benar berterimakasih pada Lova dengan tulus dan itu semakin membuat Lova tau bahwa gadis itu memang gadis baik. Sangat baik. 


Aksa masuk ke kursi penumpang samping Lova. Perempuan itu masih bergeming. Aksa tau, Lova menghindari dirinya sejak terakhir perempuan itu menelpon Aksa. Tapi Aksa tau, urusannya dengan Lova belum selesai. 


"Sorry" Aksa akhirnya memutus keheningan. 

Lova berdecak. "Terakhir gue nelpon lo, gue udah pengen jadi cewek jahat yang memperjuangkan lo apapun keadaannya. Tapi setelah gue tau dari freya tentang apa aja yang Sekar alami, gue mengurungkan niat"

Aksa menyugar rambutnya dan memilih menatap ke arah depan, menatap ke satu titik di dalam cafe. Aksa tau, Lova juga melakukan hal yang sama -- mereka berdua memperhatikan Sekar yang sekarang duduk di ujung cafe. 

"Gue harusnya nggak pernah menerima tawaran lo buat sembuh karena kenyataannya, obat gue cuma ada di dia" Aksa berkata jujur. "Tapi bukan berarti semua usaha lo--dan gue, nggak ngefek apapun ke gue dan hubungan kita. It is just--"


"your mind reject everything" Lova memotong. Kali ini Lova akhirnya menoleh ke arah Aksa yang juga sedang menatap Lova sekarang. "Semua obat yang gue berusaha kasih ke lo, nggak akan ngefek apapun karena pikiran dan hati lo cuma ada buat Sekar."


Sakit. Lova mengatakan hal yang dirinya sendiri coba tolak tapi kenyataannya memang seperti itu. 


"That's why I feel so bad. Gue harusnya nggak pernah masukin lo dalam hidup gue karena lo orang yang baik. Kalo cewek yang lain sih bodo amat. They want my body doang"

FriendmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang