Aksa tau, alasan ketiga sahabatnya mengajak ngobrol kekasih-kekasih mereka adalah agar Aksa punya waktu untuk menemui Sekar. Tidak ada rapat maupun koordinasi apapun saat keempatnya kembali ke rumah sakit. Ini hanya ikatan batin mereka sendiri yang mengatakan bahkan Aksa memang butuh berbicara sendirian dengan Sekar.
Aksa masuk tanpa mengetuk pintu. Sekar yang menyangka itu adalah Freya, segera menoleh ke arah pintu masuk tapi saat tau yang datang justru Aksa, Sekar kembali membuang mukanya. Gadis itu malu menghadapi Aksa. Wajahnya sekarang mungkin sedang sangat mengerikan. Sekar tidak mau Aksa melihatnya dalam keadaan yang bahkan lebih buruk dari empat tahun yang lalu.
Aksa melihat gerakan itu. Laki – laki itu dengan mengembuskan nafas berat, menarik kain penghalang tempat tidur Sekar dan ruang tunggu di dalam ruangan sehingga sekarang keduanya duduk di ruangan yang sama dengan dipisahkan oleh kain.
Ada hening yang memuakkan hingga terdengar dering bunyi telepon milik Sekar. Posisi telepon gadis itu berada di dekat nakas tempat Aksa duduk sehingga laki - laki itu terlebih dahulu bisa melihat siapa yang menelpon Sekar.
Ardan is calling..
Sekar mau tidak mau harus membuka tirai penghalang tanpa melihat ke arah Aksa. Tapi jarak nakas masih lebih dekat dengan Aksa dan posisi Sekar tidak cukup sehat untuk berdiri dan mengambil teleponnya sendiri. Aksa dengan helaan nafas berat akhirnya mengambilkan telepon milik Sekar dan memberikannya pada Sekar.
Gadis itu menerima handphonenya tanpa berkata apapun. Sekar menggeser icon hijau dan detik kemudian terdengar bentakan sangat keras hingga tanpa speakerpun, Aksa yang berdiri dekat Sekar bisa cukup mendengar suara Ardan.
Sekar yang terlampau kaget hingga tanpa sadar menjatuhkan teleponnya. Aksa melihat tangan Sekar gemetar. Laki - laki itu mengatupkan rahangnya keras. Menolak untuk menanyakkan apapun. Tapi melihat tangan Sekar masih gemetar, Aksa mulai kehilangan akal sehatnya.
Alih - alih menyerahkan telepon milik Sekar, Laki - laki itu lebih memilih memegangnya kuat di depan Sekar hingga membuat Sekar mau tidak - mau menatap mata Aksa. Laki - laki itu menekan tombol loudspeaker yang membuat Sekar menggeleng cepat. Tangan kanan Aksa mengambil handphone miliknya sendiri dan mengetikkan sesuatu dengan cepat disana yang membuat Sekar hanya bisa menghela nafasnya dan tidak memberikan protes apapun.
"Ngomong pake speaker atau gue yang akan ngomong ke pacar lo sekarang kalo lo lagi sama gue"
Itu adalah tulisan Aksa yang laki - laki itu tulis di note. Sekar memejamkan matanya sesaat dan memilih menuruti permintaan Aksa.
Demi Aksa. Sekar tidak mau Ardan tau tentang Aksa. Ini demi Aksa. Bukan demi keselamatan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendmates
General Fiction[Selesai - Sudah Terbit] Friendmates; stories of four best friends and their complicated-yet-struggling ways to get their soulmates. Ryan harus sekuat tenaga mengejar gadis yang serupa alpha woman. Aksa dengan predikat brengseknya, ternyata tidak bi...