Hari dimana seseorang diwisuda adalah hari bersejarah untuk sebagian banyak orang. Wisuda memang hanya sebuah "prosesi" tapi untuk banyak orang, wisuda adalah sebuah pembuktian.
Either for parents or children..
Seorang anak mempersembahkan ijazahnya untuk kedua orang tuanya sebagai tanda bakti karena sudah berhasil menyelesaikan pendidikan yang dibiayai oleh orang tuanya. Tanda bakti karena bisa membanggakan orang tuanya dan juga sebuah awal dimana seseorang akhirnya bisa berkata "ayah, ibu, aku udah bisa jalan sendiri sekarang".
Wisuda juga merupakan sebuah kebanggaan serta tanda pencapaian untuk kedua orang tua. Mereka berhasil meluluskan anak mereka ditingkat pendidikan yang cukup, mereka berhasil mengantarkan putra putri mereka mencapai gelar yang bisa digunakan nantinya. Mereka bisa--meski dengan terseok-seok--membantu membuat tangga untuk masa depan anak mereka.
Aksa rasanya mendadak haru saat melihat ayahnya telah berdandan rapi dengan setelan jas hitam dan dasi biru, ibunya dengan kebaya biru dan kakaknya yang juga mengenakan dress biru, sudah duduk di meja makan. Rasanya seperti baru kemarin, Aksa berpikir bahwa dirinya tidak akan bisa kuliah karena himpitan ekonomi. Dia masih merasakan nyeri saat teman-teman SD nya menjauhinya karena tidak pernah diantar menggunakan mobil. Ia ingat, hanya kakaknya yang bersamanya saat itu. Menemaninya selama istirahat atau saat makan siang.
Sampai saat ayahnya secara tiba-tiba, sampai di rumah dan mengatakan bahwa proyek yang diusulkan, diterima dengan baik oleh bosnya. Kemudian ibu yang juga mendapat banyak tawaran membuat kue ulang tahun. Semuanya berubah. Dari yang sebelumnya rumah mereka hanya sebuah kontrakan kecil berukuran 6x6, sekarang, mereka bisa menempati rumah 2 lantai, dengan satu garasi yang bisa menampung 2 mobil sekaligus.
"Makan dulu dek" Aksa tersadar dari lamunannya saat kakaknya menepuk pundaknya pelan "Jangan pingsan di auditorium nanti"
Aksa tertawa, "Aku itu hobinya olahraga mba. Ketahanan fisikku juara"
Gantian Bintang yang tertawa, "Padahal dulu kamu cekiiing banget ya dek. Lari sama mba aja kalah. Kalo naik sepeda juga pasti minta diboncengin"
Dibandingkan ketiga sahabatnya, Aksa adalah orang yang paling sering makan bersama dengan ketiga anggota keluarganya. Hampir tidak pernah mereka tidak makan bersama. Ayah dan Ibu Aksa termasuk orang tua yang berusaha mengikuti jaman sehingga mereka tidak roaming saat Aksa dan Bintang asyik mengobrol bersama.
"Dek, berarti nanti kalian berempat nggak punya pendamping wisuda ya?" Ayah Aksa bertanya karena tau, Aksa maupun ketiga sahabat Aksa belum punya pasangan resmi.
Aksa mengangguk. "Empat orang sukses masuk kuliah jomblo dan keluar jomblo juga"
Keempatnya tertawa. "Kenapa pada jomblo sih? kan kalian ganteng?" Ayah Aksa bertanya
"Yang naksir si adik sih, jari kaki sama tangan digabungin juga nggak nyukup" Bintang mulai menggoda adiknya "Dia sih emang nggak pengen ada ikatan aja yah"
Aksa hanya mengangkat bahunya singkat. Tidak berusaha menyangkal karena memang begitu kenyataannya.
"Ya nggak papa. Nanti kalo udah ketemu yang pas, langsung ajakin nikah ya dek. kaya ayah dulu"
"Dulu ayah gimana sih bu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendmates
Ficção Geral[Selesai - Sudah Terbit] Friendmates; stories of four best friends and their complicated-yet-struggling ways to get their soulmates. Ryan harus sekuat tenaga mengejar gadis yang serupa alpha woman. Aksa dengan predikat brengseknya, ternyata tidak bi...