Sekar masuk ke dalam taksi yang baru saja menurunkan penumpang di depan pelataran gedung apartemennya. Tubuhnya gemetar. Ia hanya menyuruh taksi pergi dengan cepat tanpa mengucapkan tujuannya. Sekar masih menahan sesak tangisnya. Gadis itu menelungkupkan wajahnya dan mencengkram tangannya sendiri hingga kukunya melukai kulitnya sendiri.
Rasa sakit yang ia tahan bertaun - taun seakan-akan mendadak terasa datang. Pukulan, jambakan, tendangan, darah, memar, Sekar mengalami semua itu karena Ardan. Ia kira ia berhak mendapatkan itu karena ia tidak pernah benar - benar mencintai Ardan disaat laki - laki itu dengan setia menjadi tunangannya.
Sekar kira ia yang selama ini berselingkuh karena mempunyai rasa sayang pada laki - laki lain. Ia kira semua pesakitan yang ia terima selama ini adalah karmanya karena ia tidak pernah dengan tulus membalas rasa sayang dan cinta Ardan tapi ternyata Ardan selama ini berselingkuh di belakangnya.
Bukan. Di depan matanya.
Rasanya Sekar bisa meledak kapan saja. Ia merasa kukunya sendiri sudah melukai ke lengannya karena ia mencengkram lengannya dengan kuat. Mencoba untuk tidak meledak hingga sedikit akal sehatnya masih bisa menemukan nama Aksa di otaknya.
Dengan tangan yang masih gemetar hebat, Sekar menekan icon dial pada nama Aksa. Ia kira Aksa tidak akan mengangkat teleponnya karena sekarang sudah hampir tengah malam tapi ternyata Sekar hanya mendengar dua nada tunggu sampai suara berat itu menjawab panggilan Sekar dengan cepat.
"Kenapa?" Sekar mendengar nada suara Aksa dari ujung telepon. Suara Aksa tidak terdengar bersahabat tapi tidak juga menyeramkan bagi Sekar. Gadis ini ingin sekali mengucapkan sesuatu tapi lidahnya mendadak kelu hingga yang terdengar hanya nafas tersengal dan isak yang tertahan.
"Sez?"
Aksa memanggil nama Sekar dengan nada panik sedangkan Sekar masih tetap tidak bisa mengatakan apapun. Bibirnya sudah bergerak tapi hanya udara kosong yang keluar. Ia tidak bisa mengeluarkan suaranya. Detik berlalu hingga ia mendengar umpat dari seberang meminta dirinya menjawab pertanyaannya tapi Sekar masih tidak bisa mengatakan apapun.
Sekar berusaha keras menjawab apapun yang Aksa ucapkan sekarang tapi yang terlontar hanya dua kata.
"Tolong gue"
Setelah itu dengan Sekar merasa kepalanya pusing. Telinganya berdengung keras. Nafasnya sesak hingga ia memilih bersandar dan mengabaikan telepon Aksa. Tapi sebelum matanya terpejam, ia bisa mendengar Aksa mengucapkan sesuatu dan Sekar melakukannya.
***
Aksa mengerutkan keningnya saat melihat nama Seza muncul di layar handphonenya. Dengan cepat Aksa menggeser icon hijau di layarnya. Lima detik berlalu dan tidak terdengar apapun bahkan saat Aksa sudah bertanya dua kali. Rasa panik menjalar saat detik kemudian Aksa mendengar nafas tersengal dan isak tangis tertahan di ujung sana.
Aksa merasakan deru jantungnya berdetak cepat. Segala bayangan Sekar yang babak belur terpatri di otak Aksa saat itu juga hingga yang ia lakukan selanjutnya adalah berulang kali meminta Sekar berbicara karena ia tidak tau dimana gadis itu berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendmates
General Fiction[Selesai - Sudah Terbit] Friendmates; stories of four best friends and their complicated-yet-struggling ways to get their soulmates. Ryan harus sekuat tenaga mengejar gadis yang serupa alpha woman. Aksa dengan predikat brengseknya, ternyata tidak bi...