Naren - Kinnanya Gue

15.4K 2.4K 963
                                    

Naren kira acara pertunangan akan berlangsung tiga sampai empat bulan kedepan tapi ternyata pagi ini Naren dikabari bahwa pertunangan maju menjadi minggu depan. MINGGU DEPAN. 


Naren sampai terlonjak kaget dari tempat tidurnya saat ia membaca pesan dari eyangnya. Yang bisa Naren lakukan adalah segera berlari ke arah bawah menuju kamar ayah dan ibunya yang sudah sudah kosong.

"Ibu kalihan bapak sampun tindak mas. Mas Naren butuh nopo (Bapak sama Ibu sudah pergi mas. Mas Naren butuh apa?" Budhe Kasih bertanya yang hanya diberi gelengan kepala oleh Naren.

"nggak usah  budhe"

Naren kembali ke kamar dan menelpon asisten ayahnya untuk menanyakan kabar sebenarnya dan ternyata alasan yang Naren terima membuat Naren hanya menghela nafas berat dan kemudian mematikan teleponnya. Setelahnya ia melempar benda kecil itu asal.

 "Eyang kakung kaliyan putri mboten sarujuk mas. Kedah pas wetonipun. Weton ingkang trep menika namung akhir minggu menika utawi nembe saged malih tahun ngajeng ". (Eyang kakung dan Eyang putri nggak suka mas. Harus pas wetonnya. Dan Weton yang pas itu cuma akhir minggu ini atau mundur banget sampai taun depan) 



Begitu kira-kira penjelasan dari assiten ayahnya yang juga berarti anak buah dari eyangnya. Naren ingin sekali berkata: 


 "ya taun depan aja dong. Ngapain minggu depan coba?" tapi tidak ada kata yang keluar. Naren terlalu malas berdebat di pagi hari.





Baru saja Naren akan berpikir tentang semua hal yang serba mendadak, whatsapp nya berbunyi. Ibunya mengirim sebuah undangan digital pertunangan dengan nama Naren dan Kinna disitu--yang membuat Naren bertanya-tanya kapan ibunya punya waktu untuk mendesign itu semua. Naren sampai mengernyitkan keningnya saat tau mereka akan melaksanakan prosesi tunangan disalah satu hotel berbintang lima.


"Ini tunangan doang heboh banget ya Ampun Tuhan" Naren berteriak frustasi dari dalam kamarnya. Ia mengacak rambutnya frustasi.

Naren merebahkan tubuhnya telentang diatas tempat tidurnya. Ia menerawang tentang masa depannya--yang sepertinya--hanya orang tua dan para sesepuh yang berhak. 


Naren tidak merasa dirinya sedih. Iapun tidak merasa bahwa ia harus berontak. Ia hanya merasa bingung.


Seminggu lagi ia akan menjadi tunangan dari seseorang yang tidak pernah dekat secara personal dengan dirinya. Ia tiba-tiba takut jika semua kenyamanan yang ia dapatnya selama ini, akan membuat ia menjadi laki-laki yang tidak bisa melindungi anak istrinya nanti. Naren takut, ia akan butuh waktu lama untuk dirinya mengenal dan jatuh cinta pada Kinna.



Yang lebih menakutnya justru saat Naren berpikir bagaimana jika Kinna tidak akan pernah mencintainya. Naren takut gadis itu hanya akan membersamai Naren sebagai sebuah kewajiban. Hanya untuk menggugurkan "tugas". Bukan karena Kinna benar-benar mencintainya.



"AAAAAAAAAAAARRRRRGGGHHHHH" Naren berteriak di dalam kamarnya sambil mengusak rambutnya asal sampai sebuah suara debam pintu dibuka membuatnya duduk dengan tiba-tiba.


"Ngapain lo? kurang pasokan bokep?" Aksa berujar santai tanpa merasa ada dosa dengan nyelonong masuk ke kamar orang lain tanpa permisi.

FriendmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang