Her Story

12.7K 2K 866
                                    

"What if, the best in my dictionary is you, Sez?"


Setelah empat tahun lamanya, Aksa akhirnya mengucapkan semua kata yang hatinya inginkan. Meskipun disaat yang sama, otaknya sedang berperang dengan segala kemungkinan yang terjadi setelah pengakuannya pada Sekar. Mungkin, setelah ini Naren - Argi dan Ryan akan membunuhnya. Mungkin setelah ini, ia akan punya predikat sebagai selingkuhan bahkan perebut tunangan orang. Belum lagi karma yang mungkin ia dapatkan karena tindakannya. 


Sayangnya, untuk kali ini hatinya menang. 


Aksa tidak peduli. 


Jika saat ini, akhirnya, Sekar menolaknyapun, Aksa tidak akan menyesal. At least, he tried.


Di tengah pertarungan akal sehatnya, Aksa melihat air mata Sekar luruh. Gadis itu dengan cepat mengusap air matanya dengan tangan kirinya yang bebas. 



"Maaf" Ucap Sekar lirih dengan mata yang menatap Aksa redup. "Maaf karena gue memilih buat lari saat itu. Kalau gue tau ini semua yang Ardan lakuin di belakang, gue nggak akan susah - susah menghindar dari lo." Sekar menarik nafasnya gusar yang berujung gadis ini tersengal karena rasa sesak yang menggunung. 



Rasanya semua sakit yang bertaun-taun singgah, seperti menemukan titik pecahnya. Makian, penganiayayan, siksaan mental maupun fisik, semua Ardan lakukan dan tidak pernah sedikitpun Sekar menganggap bahwa itu salah karena bertaun - taun, ia mencintai Aksa ketimbang Ardan, tunangannya sendiri. 


Bertaun - taun Sekar menganggap dirinya rendah karena melakukan hal di luar batas dengan Aksa sedangkan Ardan tidak pernah menyentuhnya lebih dari sekedar ciuman. Sekar menganggap bahwa semua yang ia alami adalah kewajaran yang semesta berikan padanya.


Dan mendadak rasa sakitnya terkumpul dan pecah. Dengan isak yang tertahan, Sekar menyerah. 



"Gue--gue harusnya memilih lo dari awal, Sa. Harusnya gue mendengar apa yang hati gue mau. Harusnya gu---"




Ucapan Sekar terputus saat gadis itu merasakan jarak Aksa mendadak sangat dekat dengan dirinya. Aksa--entah sejak kapan-- sudah melepas seatbeltnya dan sekarang menggenggam kedua tangan Sekar lembut. Sekar masih masih duduk di posisinya tapi dengan posisi Aksa yang seperti ini, mau tidak mau membuat Sekar menahan nafasnya karena jarak mereka yang begitu dekat.


Sementara mata Aksa hanya tertuju pada mata lelah Sekar. Ia seperti mencari kebenaran dan validasi yang butuhkan selama ini. 


"Lo lari karena apa?" Aksa bertanya tanpa intimidasi. 


Sekar menghembuskan nafasnya pendek masih dengan tatap mata yang tidak bisa lepas dari Aksa. "Gue ngerasa salah dengan.. dengan suka sama lo sementara saat itu gue udah mau tunangan sama Ardan"


Sekar kira setelahnya Aksa akan mundur atau marah tapi ternyata Aksa justru tersenyum kecil, "Did you love me and him at the same time?"

FriendmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang