Threat

11.3K 2K 670
                                        

Sekitar jam 11, pintu kamar inap Sekar diketuk oleh seseorang. Nayla keluar untuk melihat tamu--yang pastinya bukan ketiga laki-laki yang Nayla kenal karena ketiganya pasti sedang ada di kantor sekarang. Benar. Bukan Aksa, Argi maupun Ryan. Tapi sepasang laki - laki dan perempuan seumuran dengan ayah dan bunda Nayla. Wajah sang ibu terlihat khawatir sementara si laki - laki terlihat dingin dan anehnya mengingatkan Nayla pada wajah seseorang. 


"Kita mau ketemu Sekar" Laki - laki itu berucap dingin.

"Maaf, bapak sama ibu siapa ya?" Nayla bertanya sopan

"Kita orang tuanya, dek" kali ini si ibu berkata dengan nada halus. 


Freya datang dari belakang. "Orang tuanya Ardan?" Freya berkata dengan nada suara datar

"Iya" Si laki - laki kembali menjawab. 

"Biarin masuk, Nay" Ucap Freya sambil menarik Nayla menjauh dari pintu. Nayla menurut. Ia melihat amarah yang sahabatnya tahan sejak tadi dan memilih berada di dekat Freya yang sekarang mendekati Sekar protektif. 


"Kamu kenapa, Kar? Ardan bilang kamu kecelakaan?" Ibu Ardan mendekati Sekar dengan suara gemetar yang kentara. Wanita separuh baya itu mengusap lembut rambut Sekar. "Kok bisa kecelakaan?"


"Ardan bilang kalo Sekar kecelakaan, tante?" Freya angkat bicara sebelum Sekar menjawab pertanyaan Ibu Ardan. Nayla melihat Sekar menggeleng kecil. Mengisyaratkan Freya untuk tidak mengatakan apapun. Tapi Freya tidak melihat hal itu. 




"Iya. Katanya Sekar jatuh dari motor" Ucap si ibu tanpa melihat ke arah Freya. Si ibu melihat ke arah lengan Sekar yang memar "Kok bisa kamu naik motor, kar? kan bisa dianterin Ardan"







Nayla melihat Freya memutar bola matanya jengah. "Sekar bukan jatuh dari motor tante. Dia dipukulin Ardan"


"BICARA APA KAMU?!" Ayah Ardan membentak Freya dan Nayla dengan nada lumayan keras yang membuat Freya mengerjapkan matanya. Tapi kemudian gadis ini justru menaikkan satu ujung bibirnya. 


"Om butuh visum buat membuktikan anak om yang mukulin sahabat saya sampe kaya gini? tenang aja om. Bisa saya mintakan." Freya berkata tenang sementara Nayla memegang lengan Freya erat dengan sesekali membisikkan kata-kata yang menenangkan Freya.


"Sudah - Sudah" Ibu Ardan maju menengahi. "Ini urusan keluarga kami. Kalian pulang saja" Suara Ibu Ardan berubah menjadi lebih dingin. 






Kali ini bukan hanya Freya yang mengerutkan keningnya, tapi Nayla pun sama. Gadis ini bahkan berani mengatakan hal yang membuat ayah Ardan meletupkan emosi.





FriendmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang