"Mas Naren, ditenggo ibu kalih ayah teng ngandap"
Naren mendengar mbok Kasih memanggil dari luar kamar. Ia baru selesai mandi dan ia yakin, si mbok sudah berdiri diluar cukup lama. Kebiasaan si mbok memang hanya mengetuk sekali dan menunggu ada suara dari dalam baru menyampaikan pesannya. Si mbok tidak akan pergi sampai Naren menjawab isi pesannya sehingga Naren harus membuka pintunya untuk mengatakan bahwa ia sudah mendengar dan akan segera turun setelah selesai berpakaian.
Naren melihat jam dinding di kamarnya. Masih jam 9 pagi dan ini weekend. Jika bukan sesuatu yang penting, tidak mungkin ayah dan bundanya berada di rumah saat ini. Ayah biasanya akan menengok tempat resepsi pernikahan yang menggunakan jasa WO miliknya dan ibu akan selalu berada di samping ayah.
Naren mempunyai perasaan yang aneh. Ia mengambil handphonenya dan melihat grup keluarga besar "Gunandya" dan benar, namanya dibahas disana. Ia segera beralih ke grup sepupu "Gunandya" dan disana Tendra sudah roasting Naren habis-habisan.
"please welcome, mangsa empuk eyang untuk segera menikah, Naren Ezra Gunandyaaaaaa~" itu adalah isi voice note milik Tendra
Kampret banget emang Tendra Naren mengumpat di kepalanya.
Dalam trah Gunandya, semua anak laki-laki wajib bertunangan dan menikah saat sudah lulus S1. Tidak ada yang boleh membantah. Calon sudah ada. Urusan pernikahan semahal apapun tidak akan masalah dan tidak perlu dipusingkan. Tapi ada pengecualian. Umur bisa dimundurkan jika cucu Gunandya ingin melanjutkan kuliah S2 atau profesi. Eyang kakung selalu berkata bahwa title mahasiswa tidak boleh digabung dengan "suami". Eyang putri juga tidak mau, cucu laki-laki mereka harus membagi urusan kuliah dan rumah tangga.
((Tendra Aska Gunandya, Dentist -- sedang mengambil spesialis bedah mulut))
Dan Tendra Gunandya, sepupu kesayangan dari Naren, menggunakan alasan ini dengan baik karena saudara sepupunya itu sedang menjalani kuliah spesialisnya. Sementara Naren sama sekali tidak tertarik meneruskan kuliah lanjutan. Sehingga ia tidak punya alasan untuk menghindar dari urusan "Tunangan"
Naren menuruni tangga dan menemukan kedua orang tuanya sudah duduk santai di ruang keluarga. Ruangan yang tidak terlalu sering digunakan karena kedua orang tuanya sibuk sementara Naren adalah anak tunggal sehingga Naren lebih sering berada di luar rumah atau di kamarnya sendiri.
"Sugeng enjing ayah ibu" Naren berkata saat melewati ibu dan ayahnya dan duduk di depan mereka.
"Tumben banget pake sugeng enjing" Sofyan, ayah Naren, berkata pada anak tunggalnya dengan senyum kecil
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendmates
General Fiction[Selesai - Sudah Terbit] Friendmates; stories of four best friends and their complicated-yet-struggling ways to get their soulmates. Ryan harus sekuat tenaga mengejar gadis yang serupa alpha woman. Aksa dengan predikat brengseknya, ternyata tidak bi...