Kinna muncul dari dalam kamar Naren. Mencari keberadaan Naren. Laki – laki itu masih duduk di sofa dekat jendela besar dan tidak menyadari keberadaan Kinna hingga gadis itu harus memanggil Naren dengan suara lirihnya karena kepalanya yang masih pening.
Naren yang tersadar Kinna sudah berganti pakaian dan berdiri sambil berpegangan pintu, seketika bangkit dan meraih satu tangan Kinna dan membantu Kinna kembali berjalan masuk ke kamar dan membantu Kinna duduk di tempat tidur milik Naren.
Ibu dan Ayah Naren datang membawa nampan berisi makanan yang kontan membuat Kinna bangkit dari tempat tidurnya dengan tiba – tiba. Kinna diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua dengan berdiri sampai orang yang lebih tua duduk. Sayangnya gerakan tiba – tiba Kinna membuat kepalanya makin pusing. Naren yang berada di samping Kinna langsung menangkap tubuh Kinna saat Kinna terlihat menunduk dalam.
"Na.." Naren berkata dengan menghembuskan nafasnya gusar di samping gadis ini. "Ampun kados niku. Ibu kalih ayah mboten badhe pripun – pripun" Naren berkata halus namun sarat kekhawatiran.
"Ya Allah, nduk. Ora popo?" Ibu Naren menaruh nampan di meja kecil dekat jendela kamar Naren dan duduk di tempat tidur tempat Kinna duduk bersander pada senderan tempat tidur.
"Mboten nopo – nopo bu. Maaf Kinna ngerepoti ibu kalihan ayah"
"halah ngerepoti opo sih, nduk" Ayah Naren menjawab santai. "Diajeng kwi wes koyo anake ibu karo ayah. Ora ono wong tuwo sing direpoti anak – anake"
Kinna tersenyum lemah masih dengan menunduk. Tangan Rindha merengkuh pundak Kinna dari samping kiri dengan lembut. "Diajeng baru ini ya sakit nggak deket sama bapak ibu? Diajeng Kangen?"
Kinna menggeleng. "Diajeng kalo sakit suka ngerepotin orang bu. Harusnya sakit di rumah aja. Jadi ngerepoti orang rumah aja. Bukan bapak – ibu sama mas Naren"
"Belajar ngerepotin mas Naren. Biar mas Naren nggak kaget nanti kalo direpotin kamu pas kalian nikah" Ayah Naren berkata santai yang membuat Naren memberikan protes.
"Ayaaaaah"
"Lha yo bener tho. Latian sek. Ben ora kaget nek ternyata Diajeng asline manja nek lagi loro"
"Ayah sama ibu mending keluar aja kalo masih ngegodain Diajeng" Naren berucap kesal yang ditangkap oleh mata Kinna dengan senyum. Kinna suka melihat kedekatan keluarga kecil ini. Hangat dan menyenangkan karena Ayah Naren yang tidak terlalu kolot dan kaku.
"Yowes metu wae buk. Cah loro iki wes tunangan kok. Rakpopo ditinggal wong loronan tok" Kembali ayah Naren berkata jahil yang membuat baik wajah Kinna maupun Naren merona merah.
"Ayah. Ampun kados niku ah. Mengke Diajeng kaget mirengaken guyonane Ayah kalihan Mas Naren" Ibu Naren tersenyum kecil. "Jangan kaget liat Mas Naren sama ayahnya kalo lagi ngobrol ya, Ajeng"
Kinna mengangguk. "Nggih bu"
Ayah dan Ibu Naren keluar dari kamar anak laki - lakinya. Meninggalkan Naren dan Kinna berdua di kamar. Eyang Gunandya dan Eyang Nararya sudah jelas akan shock jika melihat fenomena dua orang yang belum resmi menikah tapi sudah berada di kamar yang sama. Tapi karena seorang Sofyan Gunandya adalah manusia yang sangat percaya pada anak laki - laki semata wayangnya itu, Ia merasa tidak perlu khawatir. Ia yakin sudah mendidik anak laki - lakinya dengan baik. Ayah Naren percaya bahwa anaknya tidak akan melakukan hal di luar batas normal tanpa consent.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendmates
General Fiction[Selesai - Sudah Terbit] Friendmates; stories of four best friends and their complicated-yet-struggling ways to get their soulmates. Ryan harus sekuat tenaga mengejar gadis yang serupa alpha woman. Aksa dengan predikat brengseknya, ternyata tidak bi...