4. Bertemu Lagi?

4.2K 374 79
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Jika lelah jangan mengeluh tetapi bersyukur lalu istirahat. Bersyukur karena masih bisa merasakan lelahnya beraktivitas, jangan mudah mengeluh karena ada banyak orang di luar sana yang menginginkan posisi kita saat ini.

~Pinta [Terakhir]~
Rani Septiani

***

Setelah menempuh perjalanan udara dari Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto menuju Bandar Udara Internasional Juanda akhirnya pesawat yang ditumpangi Araz sudah mendarat dengan selamat. Ia bergegas menuju salah satu taksi yang terparkir karena sudah mulai merasa lelah. Rasanya ingin segera meluruskan otot-otot pinggang yang terasa pegal dengan tidur di kasur empuknya. Driver taksi itu membantu Araz memasukkan koper ke dalam bagasi, lalu Araz memberi tahu alamat rumahnya. Jarak dari bandara ke rumahnya sekitar dua puluh kilo meter ia gunakan untuk memejamkan mata untuk sekadar mengusir kantuk yang mulai menyerang. Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh lima menit akhirnya taksi yang ditumpanginya sampai di rumah bercat warna hijau ini, rumah yang terlihat asri karena dikelilingi oleh berbagai tanaman dan terlihat sangat sejuk. Tetapi di rumah ini pula sering terjadi keributan yang tak diharapkan oleh Araz.

Setelah menekan bel sebanyak dua kali akhirnya pintu rumah terbuka, menampilkan asisten rumah tangga yang sudah mengabdi selama dua puluh tahun itu.

"Assalamualaikum, Mbok," ucap Araz sembari mencium punggung tangan Mbok Tina. Araz memang sudah menganggap Mbok Tina seperti ibunya sendiri.

"Waalaikumussalam, Den Araz. Ayo Den masuk, mau Mbok buatkan minuman hangat atau mau langsung makan?" tawar Mbok Tina ramah dengan logat Jawa yang terdengar dengan jelas dari dialognya.

"Terima kasih, Mbok. Tapi saya mau langsung istirahat saja, badan saya juga pegel-pegel," jawab Araz sembari melangkah masuk.

Sesampainya di ruang keluarga ternyata ada orang tuanya yang sedang menonton televisi. Araz langsung menghampiri dan menyalimi tangan mereka.

"Bagaimana pernikahan Raihan, Araz?" tanya Mansur.

"Alhamdulillah lancar, Pa." jawab Araz.

"Kalau kamu kapan mau menikah Kak? Umurmu sudah cukup untuk menikah, pekerjaanmu pun sudah mapan," pertanyaan ini sering dilontarkan oleh Lina dan kini lagi-lagi Lina menanyakan perihal pernikahan.

Kenapa semua orang selalu bertanya kapan menikah? Sebuah pertanyaan yang sebenarnya Araz tidak pernah mengetahui jawabannya. Yang Araz tahu, jodoh itu sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Perihal kapan? Itu masih menjadi misteri. Seharusnya orang-orang itu menanyakan apakah saya sudah siap menikah? Kalau pertanyaannya seperti ini maka saya akan menjawab dengan tegas Insyaa Allah saya siap, batin Araz.

Saat rasa lelah hinggap padanya ditambah lagi ia mendapat pertanyaan yang seperti ini bisa-bisa emosinya tidak terkontrol. Tetapi ia tidak ingin mengatakan kata-kata yang bisa menyinggung atau bahkan yang berbahaya bisa menyakiti hati kedua orang tuanya karena Araz tidak mau menjadi anak yang durhaka walaupun saat ini Araz sudah berada pada kondisi tubuh yang sangat lelah.

"Kalau jodohnya sudah datang. Insyaa Allah, Araz akan segera menikah Ma," jawaban yang selalu sama saat Araz ditanya kapan menikah. Tak jarang teman-temannya yang sudah menikah pun menanyakan hal yang sama dan jawaban yang Araz berikan selalu sama.

***

Setelah mengendarai sepeda motor kesayangannya dari Samarinda menuju kota Tenggarong, akhirnya Kayla tiba juga di rumah yang selalu ia rindukan saat berada jauh di luar sana. Sebenarnya ia merindukan orang-orang yang berada di dalam rumah ini karena mereka selalu memberikan kehangatan bahkan saat badai menyapa Kayla sekali pun.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang