45. Pinta [Terakhir] | End

5.1K 402 442
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Nanti saat kau cari tak kau temukan. Saat kau nanti, tetapi tak kunjung datang. Saat kau panggil namun tak ada sahutan. Pada saat itu jangan kau menangis. Tersenyumlah karena aku sudah berada dalam ketenangan. Tak akan aku jumpai kesakitan justru akan aku temukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Cukup kau do'akan, semoga aku bisa bertemu dengan Allah dan surga menjadi tempatku di akhirat.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Hari-hari berlalu, ada bahagia juga debaran yang mengkhawatirkan saat mengingat vonis dokter. Namun, semua itu berhasil Kayla lewati bersama Araz. Dua hari yang lalu adalah vonis dokter untuk sisa hidup Kayla di dunia. Tetapi semuanya tidak terjadi, tentunya atas kuasa dan izin Allah. Karena soal kematian seseorang itu adalah rahasia-Nya. Kita juga tidak boleh menyalahkan dokter. Karena mereka hanya menjalankan tugas sebagai tenaga medis.

Araz ikut duduk di samping Kayla memperhatikan sang istri yang sedang sibuk dengan ponselnya. Araz tahu apa yang dilakukan Kayla. Ia jadi teringat percakapan beberapa hari lalu.

"Mas setelah aku jadi istri Mas Araz. Aku boleh tetap lanjut menulis novel?" tanya Kayla ragu.

Araz tersenyum, detik selanjutnya ia menggenggam tangan Kayla. "Istri tercinta saya ini menulis novel religi. Yang di dalam novel itu pasti terselip banyak pelajaran dan manfaat yang bisa diambil. Lalu kenapa saya melarang? Saya tahu menulis itu bukan hanya sekadar pekerjaan untuk kamu, tapi sudah menjadi hobi dan rutinitas. Saya dukung kamu dengan sepenuh hati."

Kayla tersenyum dengan pipi merona. Ia mencubit pinggang Araz membuat Araz mengaduh.

"Terima kasih, Mas. Tapi nggak usah gombal juga kali," protes Kayla.

"Mas? Mas Araz?" panggil Kayla sembari melambaikan tangannya di depan sang suami. Araz tersadar.

"Mas kenapa senyum-senyum?" tanya Kayla penasaran. Araz hanya menggeleng membuat Kayla semakin penasaran.

"Belum selesai ngetiknya?" tanya Araz beralih menatap benda pipih dengan layar menyala di tangan kanan Kayla. Kayla menggeleng. Araz mengambil gawai itu.

"Kamu diktekan apa yang mau ditulis. Biar Mas yang ngetik," intruksi Araz, tetapi Kayla menolak dan malah menyuruh Araz untuk istirahat.

"Saya mau istirahat bareng sama istri tercinta saya. Makanya saya bantu ngetik biar cepat selesai sayang," imbuh Araz sembari mengusap pucuk kepala Kayla yang tidak tertutup hijab. Kayla tersenyum lebar mendengar itu. Padahal ia tahu pasti Araz sangat lelah, tetapi suaminya itu malah menemani dan membantunya mengetik. Kayla rasa ini adalah saat yang tepat untuk ia menyelesaikan novel terakhir yang masih berstatus on going di wattpad. Sebenarnya ia masih ingin lanjut menulis cerita baru. Tetapi ia takut cerita itu tidak bisa ia selesaikan.

Kayla mulai mendiktekan apa yang akan ditulis di epilog cerita itu, "Nanti saat kau cari tak kau temukan. Saat kau nanti, tetapi tak kunjung datang. Saat kau panggil namun tak ada sahutan. Pada saat itu jangan kau menangis. Tersenyumlah karena aku sudah berada dalam ketenangan. Tak akan aku jumpai kesakitan justru akan aku temukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Cukup kau do'akan, semoga aku bisa bertemu dengan Allah dan surga menjadi tempatku di akhirat."

Kayla menarik napas, "Tamat."

Setelah Kayla menyelesaikan kalimat itu, Araz sudah selesai mengetik pula. Entah kenapa Araz merasa banyak pesan tersirat yang Kayla sampaikan di dalam kalimat itu.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang