8. Liburan

3.3K 333 60
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Rasa cinta kian melambung tinggi seakan lupa bahwa patah hati bisa kapan saja menghampiri.

~Pinta [Terakhir]~
Rani Septiani

***

Berada dalam satu ruangan yang sama tetapi dengan kesibukan yang berbeda. Ungkapan itu sangat cocok untuk kedua gadis yang sedang duduk di atas ambal sembari sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Kayla sibuk dengan ponselnya karena sedang mengetik cerita di wattpad. Sedangkan Rere sedang sibuk dengan laptopnya karena ia sedang mengerjakan tugas kuliah.

"Aduh, pulpennya mana?" tanya Rere, sibuk mencari pulpen yang baru saja ia taruh.

"Ngatain orang pelupa. Sendirinya aja lupaan gitu," bukannya membantu Kayla malah berkata demikian membuat Rere mendengus kesal. Namun, setelah mengatakan itu Kayla membantu mencari.

"Astaghfirullah! Kamu tadi nyari apa? Pulpen?" tanya Kayla. Yang ditanya menganggukkan kepala.

"Itu yang kamu selipkan di telinga kiri apa namanya?" tanya Kayla lagi membuat Rere memegang telinga kirinya dan benar saja ternyata pulpennya ada di situ.

Setelah itu, keduanya kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Kayla menguap lalu ia berbaring di atas ambal setelah mengambil bantal dari kasurnya. Ia memerhatikan Rere yang sedang serius mengerjakan tugasnya. Satu hal yang membuat Kayla kagum pada Rere, yaitu walaupun Rere itu orangnya terlihat jarang serius dalam menanggapi segala hal, tetapi jika sudah urusan menjalankan kewajiban maka Rere akan bertindak paling serius. Contohnya saat ini, Rere begitu serius mengerjakan tugasnya. Rere memiliki otak encer sehingga selalu unggul dalam bidang akademik. Cita-cita menjadi dokter itu selalu Rere sebut sejak TK dan terbukti sekarang ia akan menjadi seorang dokter. Kayla mengetahu semua itu dari orang tuanya Rere. Mereka memang sangat akrab sekali bahkan saat SMA dulu jika libur sekolah tiba, maka mereka akan bergantian menginap di rumah Kayla atau Rere. Orang tua mereka juga sudah saling mengenal dengan baik.

"Kay, pinjem hp untuk nyari materi di google buat referensi," ucap Rere, tetapi ia tetap fokus membaca sesuatu di layar laptopnya.

"Hp kamu kan ada?"

"Baterainya sisa lima persen. Ayo dikit lagi ini," jawab Rere.

"Iya iya. Ini," ucap Kayla sembari memberi gawainya.

Kayla kembali berbaring dan mulai menutup mata karena rasa kantuk yang mulai menyerang. Samar-samar Kayla masih mendengar suara Rere yang sedang membaca ulang tugas yang ia buat, biasanya Kayla akan antusias ikut membaca tetapi kali ini rasa kantuk lebih kuat dari rasa antusiasnya.

"Cieeeee, semakin banyak kemajuan aja. Kay sejak kapan kalian chat di WA?" tanya Rere mulai kepo. Yang ditanya masih saja setia memejamkan mata.

"Namanya Kak Fauzan CS. CS singkatan apa?" tanya Rere lagi. Seketika kedua mata Kayla terbuka lebar, tersadar akan arah pembicaraan Rere.

"Katanya buka google. Kenapa jadi buka WA?" tanya Kayla sembari berusaha merebut ponsel pintarnya tetapi tidak berhasil.

"Jawab dulu CS singkatan apa?" ulang Rere.

"Itu..singkatan. Calon Suami," jawab Kayla malu-malu.

"Hahaha," tawa Rere pecah, lantas ia sadar dan menutup mulutnya. Bisa-bisa didatengin pemilik kos-kosan, "Kamu udah jatuh cinta akut sama Dokter Fauzan. Dapet dari mana kontaknya?" tanya Rere antusias.

"Apaan sih! Dapet dari Kak Fauzan, kita tukeran nomor WA waktu aku nganter Zia ke rumah sakit buat periksa golongan darah," jawab Kayla jujur.

"Dokter Fauzan kerja di rumah sakit yang di Tenggarong Seberang? Bukannya waktu itu di Surabaya?" tanya Rere bingung.

"Oh iya ya. Aku nggak sadar jadi nggak nanya," jawab Kayla. Kenapa aku baru sadar? Waktu itu kan dokter Fauzan bilang tugas di rumah sakit surabaya? Tanya Kayla pada dirinya sendiri.

Mereka larut dalam obrolan mengenai kedua dokter idaman masing-masing. Seakan rasa cinta mereka kian melambung tinggi. Walaupun mereka tidak tahu akan berbalas atau tidak rasa yang mereka miliki itu. Dan mereka juga tidak tahu akan seperti apa akhir kisah cinta mereka.

***

Sesuai rencana mereka saat berada di kos-kosan Kayla waktu itu. Kini mereka sudah sampai di tempat loket penyebrangan untuk menuju Pantai Mutiara Indah yang berlokasi di Kecamatan Muara Badak. Rasa bahagia terpancar dari raut wajah kedua gadis itu. Setelah sekitar satu semester mereka tidak refreshing, kini mereka bisa kembali menikmati indahnya alam semesta yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Mereka berdua berjalan di atas jembatan hingga ke tengah untuk menaiki kapal yang akan mengantar mereka ke pantai. Kayla menggenggam tangan Rere dengan begitu kuat hingga sesekali sang sahabat meringis.

"Aku nggak bakal kemana-mana, Kay. Megangnya jangan keras-keras. Sakit tangan aku," ucap Rere sembari memukuli tangan kanan Kayla yang menggenggam tangan kirinya, tetapi pukulan itu tidak sakit, "Tuh kan. Ini namanya tangan aku jadi korban KDRS," lanjutnya sembari menatap tangan kirinya yang dilepas Kayla.

"KDRS apaan? Aku tahunya KDRT," jawab Kayla dengan raut wajah bingung. Ini aku yang kurang update, atau Rere yang terlalu update. Begitu pikir Kayla.

"KDRS itu kekerasan dalam rumah persahabatan," jawab Rere dengan cengiran khasnya. Mereka berdua terkekeh. Mungkin menurut sebagian orang itu tidak lucu, tetapi kalau menurut mereka berdua itu hal yang lucu. Begitulah mereka yang dianggap orang tidak lucu bahkan mampu membuat mereka tertawa.

Setelah sampai mereka duduk sejenak untuk menunggu kapal menepi. Rere sibuk selfie sedangkan Kayla sibuk menulis di buku ajaibnya. Jika selfie adalah salah satu hobi Rere maka menulis adalah hobi Kayla. Kayla sedang menuliskan ide yang terlintas, dan juga penjelasan mengenai perjalanan menuju Pantai Mutiara Indah karena pantai ini akan ia masukkan ke dalam novel yang sedang ditulisnya.

Rere naik ke atas kapal, sedangkan Kayla masih berdiam diri, "Ayo Kayla buruan."

Kayla menarik napas dan mengembuskannya pelan berusaha menghilangkan rasa takut yang seketika menghampirinya. Perlahan ia naik ke atas kapal dan duduk bersebelahan dengan Rere. Kayla memeluk lengan kiri Rere.

"KAYLA! Kamu ngapain, malu tahu diliatin orang-orang. Ini aman tenang aja," ucap Rere meyakinkan Kayla dengan suara yang agak keras karena suara mesin kapal yang begitu nyaring.

"Aku takut. Udah biarin aja apa kata orang. Aku cuma peluk tangan kamu aja kok," bela Kayla.

Tidak berselang lama Kayla berteriak saat merasakan kapal sedikit bergoyang, "Ayah, Bunda, Zia. Kayla takuttt!"

Rere menepuk jidat sembari memandang kepala sahabatnya yang tertunduk dengan memeluk lengan kirinya. Sebenarnya Rere kasihan terhadap Kayla. Tetapi Rere juga salut karena Kayla mau mengunjungi tempat pilihan Rere dan berusaha mengabaikan rasa takut yang dimiliki Kayla.

Tanpa mereka sadari bahwa seorang lelaki yang duduk di depan mereka sendari tadi tersenyum, untung saja ia menggunakan masker lengkap dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Sehingga Kayla dan Rere juga orang yang berada di atas kapal itu tidak mengetahui senyumannya itu.

***

Jangan lupa beri vote dan komentar ya supaya saya tambah semangat nulisnya :)

Kira-kira siapa ya cowok itu?

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share quotes from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang