Bismillahirrahmanirrahim
***
Ketetapan dari-Nya adalah yang terbaik. Sekuat apapun kita menolak, jika memang ini sudah takdirnya. Maka semuanya akan terjadi. Tanpa pernah kita duga.
Pinta [Terakhir]
Rani Septiani***
Setelah duduk di kursi tunggu selama sepuluh menit akhirnya Araz kembali bekerja saat seorang perawat memanggilnya karena ada pasien yang harus diperiksa. Sebenarnya ia masih ingin menunggu Kayla ditambah saat ini Araz sedang tidak fokus. Tapi tugasnya sebagai seorang dokter tidak bisa ia tinggalkan begitu saja.
Setelah melaksanakan shalat dzuhur, Araz baru bisa mengabari orang tua Kayla terkait kondisi Kayla saat ini. Saat sudah menjelaskan semuanya terdengar isak tangis, Araz tahu itu adalah suara ibunya Kayla.
Dan disini Araz berada, di depan ruang rawat inap Kayla. Menatap dari kaca yang terdapat di pintu ruangan. Padahal biasanya Araz sudah meninggalkan rumah sakit ini dari setengah jam yang lalu karena jam tugasnya sudah selesai. Kata dokter yang menangani Kayla, ia tadi sudah siuman. Araz tahu Kayla tidak tidur, tetapi hanya memejamkan matanya saja.
Araz memalingkan wajahnya, tidak tega menatap Kayla terlalu lama. Wajahnya begitu pucat, tubuhnya semakin kurus. Lingkar hitam di bawah matanya begitu nampak.
Araz kembali duduk di kursi tunggu, tadi Araz mendapat kabar dari Lina kalau Kayla menolak lamaran tanpa memberi tahu alasan yang jelas. Kini Araz tahu mengapa Kayla menolaknya karena Kayla sudah tahu perihal vonis dokter perihal usianya.
Derap langkah kaki Fadhlan, Tiara, dan Zia begitu tergesa-gesa. Khawatir juga rindu bercampur dalam dada mereka.
"Assalamualaikum, Nak Araz." Suara Fadhlan membuat Araz tersadar lalu ia menoleh.
"Waalaikumussalam." Araz bangkit dan mencium punggung tangan Fadhlan. "Mbak Kayla ada di dalam." Araz memberi tahu.
Mereka bertiga bergegas masuk ke dalam ruangan. Sementara Araz masih setia menunggu di luar karena Araz tahu pasti mereka butuh privasi.
Kayla membuka kelopak matanya saat mendengar pintu dibuka. Ia mengira itu adalah dokter atau perawat. Kayla terkejut saat mengetahui mereka adalah ayah, bunda, dan adiknya. Kayla berusaha bangkit tapi dicegah oleh bundanya.
"Teteh tiduran aja. Nggak papa," ucap Tiara.
Mereka memang tidak menangis saat ini, tapi Kayla tahu pasti mereka sudah tahu perihal sakit yang dideritanya dan pasti mereka sengaja tidak menangis di depan Kayla. Tapi yang masih membuat Kayla bertanya-tanya. Dari mana mereka tahu Kayla ada di sini?
"Bagaimana kondisi Teteh sekarang?" tanya Fadhlan dengan tersenyum. Perih saat bertanya itu, mengingat tadi Araz sudah menjelaskan semuanya.
"Udah mendingan, Yah. Ini Teteh pengen pulang sekarang aja ya? Boleh ya?" pinta Kayla pada sang ayah.
"Nggak boleh pulang. Pokoknya Teteh harus disini sampai sehat. Nanti baru boleh pulang. Teteh harus sehat pokoknya. Teteh kan janji bakalan ngajak Zia jalan-jalan kalau libur sekolah. Sekarang Zia udah libur. Teteh harus sehat," ungkap Zia panjang lebar. Sebenarnya yang Zia inginkan adalah sang kakak bisa kembali sehat lagi. Walaupun ia tidak jadi diajak jalan-jalan tidak apa-apa. Karena Zia sangat ingin Kayla sehat. Zia memang berkata dengan senyuman dan penuh semangat. Tapi air matanya tidak bisa dibohongi.
"Kalau Zia tahu teteh sakit kayak gini. Zia nggak akan pernah ngizinin teteh buat pergi jauh-jauh. Zia pengen selalu sama-sama Teteh. Jangan tinggalin Zia." Air matanya semakin deras mengalir. Kayla langsung memberi instruksi agar Zia memeluknya. Tiara sudah tidak bisa menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pinta [Terakhir] | TAMAT
Spiritual[Spiritual - Romance] Lelaki berperangai baik telah berhasil menggetarkan hati perempuan muda yang memiliki senyum menawan itu. Apakah lelaki itu menaruh rasa yang sama padanya? Disaat yang bersamaan ternyata ada lelaki lain yang mengagumi sosok per...