28. Berusaha Bangkit

2.4K 274 33
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Bersegeralah meminta maaf, sebelum semuanya terlambat. Karena perihal usia, kita tidak pernah tahu.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Satu hal yang sudah Kayla sadari setelah merenung akhir-akhir ini. Ia sadar bahwa ia juga tidak bisa menyalahkan Fauzan. Mereka tidak terikat oleh ikatan apapun. Lantas, dimana letak kesalahan Fauzan? Sepertinya tidak ada. Yang salah disini adalah harapan Kayla pada Fauzan yang kian meninggi. Mungkin, jika ada yang perlu diperbaiki. Maka sikap Kayla dan Fauzan. Sikap Kayla yang mudah baper oleh kata-kata manis dari Fauzan. Juga sikap Fauzan yang suka menabar kata-kata manis pada perempuan yang bukan mahramnya. Seharusnya mereka berdua bisa saling mengerti akan hal itu. Agar nantinya tidak ada hati yang tersakiti.

"Ekhem." Deheman seseorang membuat Kayla tersadar.

"Astaghfirullah. Maaf, Pak." Kayla menyesali perbuatannya karena lagi-lagi ia melamun pada jam kerja.

"Ini sudah yang kedua kalinya saya mendapati kamu sedang melamun Kayla. Sudah seminggu ini pula kinerjamu menurun. Juga tidak fokus. Saya tidak tahu masalahmu apa. Tapi yang saya harapkan, kamu bisa untuk membedakan mana urusan pribadi dan urusan pekerjaan. Tolong jangan bawa masalah pribadimu ke kantor," tegur seorang atasan bernama Rian membuat Kayla kian merasa bersalah.

"Mohon maaf sekali lagi, Pak. Saya janji ini yang terakhir kalinya saya melamun saat jam kerja. Sekali lagi, saya mohon maaf, Pak. Saya akan berusaha untuk propesional dan tidak akan membawa masalah pribadi ke kantor," ungkap Kayla dengan raut wajah bersalah.

"Baik. Untuk kali ini kamu saya maafkan." Setelah mengatakan itu, Rian kembali ke ruangannya.

Kayla menarik napas berat dan mengembuskannya. Bagi Kayla semuanya terasa serba sulit. Kayla baru merasakan dan menyadari ternyata perkara hati bisa serumit ini. Setelah mempertimbangkan segalanya, maka Kayla memutuskan untuk menemui Fauzan dan Dinda untuk meminta maaf sikapnya kala itu saat di Taman Pintar. Bukankah waktu itu Kayla yang mengajak Fauzan untuk bertemu, tapi Kayla juga yang pergi lebih dulu tanpa memberi penjelasan apapun. Kayla hanya tidak ingin semuanya menjadi semakin sulit jika Fauzan apalagi Dinda salah paham.

Tidak ada pilihan lain kan selain berusaha untuk move on? Mau ditangisi seperti apapun, jika memang Kak Fauzan bukan jodohku. Aku bisa apa? Mau disesali seperti apa pun. Semuanya tidak akan berubah. Mungkin ini memang sudah takdir yang terbaik dari-Nya. Batin Kayla berusaha menguatkan diri sendiri.

Sampai saat ini hanya Rere yang mengetahui perihal kejadian di Taman Pintar itu. Sebenarnya Kayla ingin bercerita pada Tiara, tapi ia tidak ingin membuat sang Bunda merasa sedih. Jadi semua ini sengaja Kayla tutup rapat. Ia juga sudah meminta pada Rere untuk menjaga rahasia ini. Sebenarnya tanpa Kayla minta pun, pasti Rere akan melakukan itu.

***

Dua bulan bekerja di kantor ini membuat Kayla belajar banyak hal. Bertemu dengan beragam sifat orang-orang di dunia kerja. Satu hal yang selalu Kayla tanamkan dalam dirinya. Jika ia ingin naik jabatan, berusahalah untuk naik tanpa menyikut orang lain. Jika ia ingin dipandang baik maka berusahalah menjadi orang baik, bukan malah menjelek-jelekkan orang lain.

Dua hari yang lalu, Kayla sudah mengajukan surat pengunduran diri dari kantor. Dan kemarin adalah hari terakhir ia bekerja, dan saat ini ia sedang berkemas di kos-kosan. Menjadi anak kos saat kuliah dan kerja membuat Kayla semakin mandiri. Ia bisa mengatur segala keperluan, mulai dari apa yang harus diutamakan untuk dibeli dan apa yang harus ditunda. Ia juga jadi semakin bisa mengatur waktu dengan sebaik mungkin.

Dan selama dua bulan ini pula, tidak ada komunikasi antara dirinya dan Fauzan. Kayla pun sudah keluar dari grup chat yang ia buat di WhatsApp dengan mengatakan bahwa risetnya tentang dunia kedokteran sudah selesai.

"Ternyata move on itu memang nggak mudah ya? Pantasan aja dari dulu kebanyakan yang curhat tentang cinta itu minta tips buat move on. Saat tips yang aku kasih ke mereka, coba aku praktikkan emang nggak mudah. Mudah kalau emang niat mau move on itu udah bulat. Mau move on, tapi nggak usaha apalagi kalau usahanya setengah-setengah, bakalan sulit." Kayla bermonolog sembari melipat baju dan memasukkannya ke dalam koper. Rencananya nanti sore orang tuanya dan Zia akan datang untuk menjemput.

***

Setibanya di rumah, Kayla langsung membereskan bajunya di kamar. Tiara tadi menawarkan untuk membantu, tetapi Kayla menolak karena tidak ingin membuat Bundanya lelah. Di kamar ini Kayla ditemani Zia.

"Teh ... jadi hubungan Teteh sama Dokter Fauzan gimana? Kapan Dokter itu ngelamar Teteh?" Zia bertanya sembari membantu memindahkan baju ke dalam lemari Kayla. Sebenarnya Kayla sudah menolak, tetapi dengan seribu rayuan akhirnya Kayla menerima bantuan Zia.

"Emm ... gimana ya? Kita belum jodoh, Neng." Kayla memberi jawaban singkat.

"Teteh sedih?" tanya Zia, seketika itu juga Zia menghentikan aktivitasnya dan menatap wajah Kayla.

"Kalau sedih ya pasti ada aja. Tapi kita nggak boleh larut dalam kesedihan kan? Kita hanya menjalankan apa yang sudah ditetapkan oleh Allah. Do'akan aja semoga Teteh menemukan jodoh terbaik yang sudah Allah tetapkan untuk Teteh." Kayla memberi penjelasan pada sang adik.

"Kalau Zia nih ya Teh. Teteh nggak sama Dokter Fauzan juga nggak papa. Zia selalu berdo'a, semoga Teteh mendapatkan suami yang bisa membuat Teteh bahagia dunia dan akhirat. Aamiin Ya Allah." Setelah mengatakan itu Zia memeluk Kayla.

"Aamiin Ya Allah. Hatur nuhun, adik kesayangan Teteh. Teteh juga nggak mau fokus memikirkan soal jodoh aja. Ada yang datangnya lebih pasti dan bisa kapan aja daripada jodoh, yaitu kematian. Teteh akhir-akhir ini terlalu memikirkan perkara jodoh. Sampai lupa kalau kematian bisa kapan aja menjemput Teteh." Kayla berkata dengan berlinang air mata. Jika sudah membahas perihal kematian, maka disitu air mata Kayla akan dengan mudahnya terjatuh. Bukan karena tidak ingin meninggal, tetapi karena Kayla merasa bahwa persiapannya untuk akhirat masih jauh dari kata sempurna. Kayla hanya takut, jika sewaktu-waktu ia dipanggil dan amalnya masih sedikit sedangkan dosa-dosanya masih teramat banyak. Sungguh, Kayla tidak akan pernah sanggup menahan pedihnya siksa neraka.

Zia mengusap air mata Kayla, "Teteh itu orang baik. Bahkan Zia aja selalu pengen jadi seperti Teteh."

"Teteh ini belum ada apa-apanya, Zia. Kamu pasti bisa jadi lebih baik dari Teteh. Jangan kejar dunia, karena kamu hanya akan mendapatkan lelah. Tapi kejarlah akhirat, maka kamu akan selamat." Kayla mengingatkan sang adik.

***

Kayla meraih ponsel dan mengetik pesan pada Rere. Memberi tahu bahwa besok saat jam istirahat, ia akan ke rumah sakit. Kayla tidak memberi tahu kalau ia ke rumah sakit karena ingin menemui Fauzan. Sebelum semuanya terlambat. Yang Kayla takutkan dari sebuah pertengkaran atau kesalahpahaman adalah saat waktunya di dunia sudah selesai, tetapi kata maaf belum terucap untuk orang-orang yang pernah ia sakiti. Perihal usia seseorang, kita tidak pernah tahu. Manusia hanya merencanakan, Allah yang menentukan.

***

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bagaimana puasanya teman-teman? Tidak terasa kita sudah sampai dipenghujung Ramadhan. Semoga kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadhan selanjutnya.
Aamiin Ya Allah.

Rani memohon maaf jika selama ini ada salah kata. Atau ada perkataan yang menyinggung teman-teman. Mohon untuk dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Mohon maaf lahir dan batin.😊🙏

Selamat menyambut hari raya idul fitri.
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin Ya Allah.

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share quotes from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang