37. Mencoba Memperbaiki

2.3K 287 159
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Aku sadar bahwa jika ingin mengerti, cobalah untuk memahami sesuatu dari berbagai sudut pandang. Jangan hanya memaksa mengerti dari satu sudut pandang saja, karena kalau begitu kita hanya akan mengerti sudut pandang kita saja. Tanpa pernah tahu sudut pandang orang lain seperti apa.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Adit menatap ke luar kaca jendela taksi yang ditumpanginya. Sesekali ia mengusap wajahnya. Adit menarik napas dan mengembuskannya kasar. Ada perasaan sesak yang begitu terasa di dadanya.

"Mas hanya ... sudahlah. Mas akan do'akan yang terbaik untuk kamu, Raz. Mas akan sangat bahagia bila kamu bahagia." Adit tersenyum samar. Lalu ia membuka gawai, berselancar di instagram dan mengetikkan nama Kayla. Ia membuka instagram Kayla dan mengklik ikuti.

***

Setelah mengantar Kayla bersama Risa. Araz segera membersihkan dirinya. Bersiap untuk melaksanakan shalat Maghrib di Masjid komplek.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Setelah selesai melaksanakan shalat Isya berjamaah di Masjid. Araz langsung mencari ponsel pintar di atas nakas samping kasurnya. Araz memang selalu begitu, selalu melaksanakan shalat lima waktu di Masjid. Ia akan berangkat untuk melaksanakan shalat Maghrib dan tidak pulang sampai Isya. Ia memilih menunggu adzan Isya di Masjid sembari mengaji dan murojaah hafalannya.

Araz
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mbak Rere ini sahabatnya Mbak Kayla ya? Apakah Mbak masih di Surabaya? Kalau iya, bisa kita bertemu besok siang?

Setelah selesai mengetik, Araz mengirim DM itu kepada Rere. Rere memang saat ini sedang aktif di instagram. Tidak berselang lama, Rere sudah mengetikkan balasan untuk Araz.

Rere
Waalaikumussalam. Iyaa Dokter, aku masih di Surabaya. Lusa sore balik. Boleh banget. Kirim aja alamatnya.

Rere tidak menyangka sama sekali kalau Araz akan membicarakan perihal pertengkarannya dengan Kayla. Rere mengira Araz sengaja mengajak bertemu karena tahu Rere berada di Surabaya karena Rere mengupload fotonya saat tiba di bandar udara Surabaya.

Rere membuka koper dan mencari baju terbaiknya. Ia tidak sabar ingin bertemu dengan sang pujaan hati.

Ting

Araz mengirimkan alamat rumah sakit di mana ia bertugas. Karena ia tidak mungkin meninggalkan rumah sakit di jam istirahat, mengingat waktu istirahat yang tidak banyak. Maka Araz memutuskan untuk bertemu di taman rumah sakit.

Rere beralih membuka aplikasi WhatsApp. Ada 5 panggilan yang tidak ia jawab, 50 pesan dari orang yang sama. Rere sama sekali tidak berniat untuk membuka pesan ataupun menelpon balik orang itu. Siapa lagi kalau bukan Kayla. Rere merasa bahagia karena menanti hari esok.

Sementara di tempat lain, Kayla sedang duduk di atas kasur dengan perasaan gelisah. Ia mengkhawatirkan keberadaan Rere. Apakah Rere sudah kembali atau masih berada di Surabaya. Ingin Kayla bertanya pada orang tuanya atau orang tua Rere, tetapi hal itu hanya akan membuat mereka khawatir. Lantas apa yang harus Kayla lakukan? Mencari Rere? Tetapi mencari ke mana? Bahkan Kayla tidak tahu Rere berada di Surabaya sampai kapan, dan menginap di hotel mana.

Ada satu notifikasi masuk ke dalam ponselnya, dengan segera Kayla membukanya. Berharap itu adalah Rere, walaupun kemungkinannya sangat kecil. Ia tahu betul Rere seperti apa jika sudah marah, apalagi ini bukan hanya marah tetapi sudah kecewa dan sakit hati. Bahkan Rere merasa dikhianati.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang