17. Perjalanan Pertama

2.8K 297 39
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Bahagia rasanya ketika tahu begitu banyak orang yang menyayangi dan mendukung kita. Padahal belum pernah bertatap muka sebelumnya.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Jangan lupa untuk membaca Surah Al-Kahfi dan perbanyak membaca Shalawat.

***

Selamat membaca.

***

Matahari bersinar begitu terik, kipas angin yang menyala sejak tadi seolah tidak berfungsi karena udara panas yang tetap terasa. Jam menunjukkan pukul dua siang. Kayla sedang rebahan di kasurnya karena hari ini ia tidak ada agenda, sehingga kegiatannya hari ini hanya rebahan. Walaupun hanya rebahan, tetapi itu akan menjadi rebahan yang produktif karena ia tetap menghasilkan karya melalui tulisan.

Kayla menatap sebuah bingkai foto yang tergantung di dinding kamarnya. Di dalam bingkai foto berukuran sedang itu berisi foto dua orang gadis berseragam SMA saling merangkul dan tersenyum ke arah kamera. Kayla tersenyum, merasa beruntung memiliki sahabat seperti Rere.

Drrrttt drrrrtttt drrrrttt

"Assalamualaikum. Kay udah berapa persen persiapannya? Jadi berangkat besok?" tanya Rere bertubi-tubi padahal Kayla belum sempat menjawab salam.

"Waalaikumussalam. Persiapan apa? Besok berangkat ke mana?" Alih-alih menjawab. Kayla malah balik bertanya.

"Astaghfirullah! Jangan bilang kamu lupa? Besok kan kamu harus berangkat ke Surabaya. Jangan bilang belum packing baju? Kay, aku lama-lama udah kayak manager kamu tahu nggak!" cerocos Rere.

"Astaghfirullah. Aku lupa Re! Belum packing baju juga. Aku packing baju dulu. Assalamualaikum."

Tut

Belum lagi Rere menjawab salam, tetapi Kayla sudah lebih dulu memutuskan sambungan telepon. Kayla bangkit dan mengambil koper lalu membuka lemari. Memilih baju mana saja yang akan ia bawa. Setelah itu baju tersebut ia lipat dengan rapi dan dimasukkan ke dalam koper berwarna hitam yang sudah setia menemani setiap perjalanannya ke luar provinsi.

***

Di tempat yang berbeda, Rere sedang mengomel karena Kayla. Sebenarnya ia ingin menemani Kayla. Biasanya jika Kayla ada acara kepenulisan, atau mengisi seminar offline di luar provinsi, ia akan setia menemai Kayla. Selain menemani karena Rere ingin sekalian jalan-jalan. Tapi kali ini ia tidak bisa menemani karena tanggung jawab yang diembannya.

"Heran aku sama Kayla. Lama-lama aku daftar jadi manager dia aja deh. Biar semua jadwal aku catet, kalau perlu setiap detik dan menit aku beri ingetin."

Setelah merasa lelah mengomel, Rere menghela napas panjang. Merasa heran dengan Kayla. Sepertinya kadar lupa seorang Kayla sudah bertambah parah.

"Jangan ngomel terus nanti cepet tua," ucap Fauzan dari arah belakang. Membuat Rere terkejut sekaligus merasa malu karena sudah mengomel di lorong rumah sakit.

"Eh. Dokter. Habisnya calon istri Dokter bikin darah tinggi aku naik aja. Lupanya udah akut." Tanpa merasa bersalah Rere malah menceritakan seperti itu.

Fauzan terkekeh, "Kalau aku jadi suaminya nanti. Aku bakalan siap menjadi alarm untuk mengingatkan tentang jadwal Kayla," ucap Fauzan sembari berangan-angan pada masa depan. Betapa bahagianya ia jika Kayla benar menjadi jodohnya. Lalu ia tersenyum.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang