26. Kabar Mengejutkan

2.6K 285 193
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Siapa aku? Menaruh harap lebih dan ingin dipedulikan olehmu. Seolah lupa dengan kata 'kecewa'.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Ini adalah hari Minggu, kemarin setelah pulang kerja Kayla langsung kembali ke Tenggarong. Ia sudah janjian dengan Fauzan akan bertemu di Taman Pintar, tentunya dengan ditemani Rere. Kayla tidak datang berbarengan dengan Rere. Biasanya Kayla yang pelupa, tetapi sepertinya sekarang kata pelupa itu pindah pada Rere.

Kayla
Re, udah di mana? Aku udah sampai. Aku ke perpustakan umum dulu ya sambil nungguin kamu sama kak Fauzan.

Kayla mengirim pesan itu, lalu membuka bagasi motor dan menaruh buku kedokteran yang super tebal itu. Ia melenggang menuju perpustakaan umum. Di taman pintar ini ada perpustakaan umum. Jaraknya pun berdekatan dan masih satu area, sehingga jika bermain ke taman ini bisa sekalian mengunjungi perpustakaan.

Baru satu kaki Kayla melangkah di anak tangga gedung perpustakaan ini, seseorang memanggil dari arah belakang. Kayla menoleh dan tersenyum.

"Kak Fauzan?"

"Tadi Rere chat aku, katanya udah di dekat sini. Kita langsung aja duduk di salah satu gazebo itu ya? Biar enak ngobrolnya." Setelah mengatakan itu dan Kayla menyetujui. Mereka berdua berjalan menuju gazebo.

"Eh ... sebentar Kak. Aku mau ngambil buku kedokteran Kakak," kata Kayla dan mendapat anggukan dari Fauzan.

Fauzan memerhatikan kepergian Kayla, menatap dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Namun, tatapan itu kembali berubah saat ada orang yang memerhatikannya.

Kayla berjalan menuju motor kesayangannya dan mengambil buku. Lalu ia menuju gazebo di mana Fauzan berada. Setelah Kayla sampai, ia langsung duduk. Mereka menjaga jarak dengan duduk di ujung-ujung gazebo dan memilih gazebo yang berada di tengah taman.

"Gimana acaranya di Surabaya kemarin?" tanya Fauzan memecah keheningan.

"Alhamdulillah, lancar dan menyenangkan, Kak." Kayla menjawab diakhiri senyuman.

"Kalau acara seminar Kakak di Surabaya gimana?" tanya Kayla antusias seperti biasanya.

"Menyenangkan banget. Mereka semua antusias menyambut kehadiran aku, juga menyimak dengan baik apa yang aku sampaikan," jelas Fauzan tidak kalah antusias. Sementara Kayla terus saja tersenyum karena tidak sabar ingin memberi tahu pesan dari orang tuanya.

"Kak Fauzan?" panggil seorang perempuan membuat Kayla dan Fauzan menoleh. Seorang perempuan menghampiri mereka. Kayla tidak mengenali perempuan ini.

Fauzan berdiri diikuti Kayla dengan senyuman yang tetap menghias wajahnya. Di dalam hati Kayla bertanya-tanya siapa gerangan perempuan ini. Mungkin teman sesama Dokter, begitu pikir Kayla.

Setelah perempuan itu sampai, Fauzan membuka suara, "Dinda kenalin ini Kayla. Kayla kenalkan ini Dinda ... calon istri aku."

Deg

Kayla mematung setelah mendengar tiga kata terakhir dari Fauzan. Calon istri? Tiga kata itu berhasil meremukkan hatinya. Kayla mengerjapkan mata beberapa kali agar kembali fokus.

"A-apa Kak?" Kayla membeo. Mencoba memastikan bahwa apa yang ia dengar benar atau tidak.

"Calon istri aku--"

Brugh

Ucapan Fauzan terpotong saat buku sangat tebal yang sedang Kayla pegang terjatuh dan menimpa kaki Kayla, "Astaghfirullah," desis Kayla. Buru-buru Kayla mengambil buku itu.

"I-iyaa. Salam kenal Kak Dinda. Oh iya, ini buku Kak Fauzan. Terima kasih Kak. Em ... aku pulang duluan ya Kak," Kayla bingung memberi alasan apa. Ia tidak ingin berbohong, Kayla menatap langit, "Soalnya kayaknya bentar lagi mau hujan dan aku lupa nggak bawa jas hujan." Perihal tidak membawa jas hujan itu benar. Entah kenapa tadi ia tidak membawa jas hujan padahal biasanya ia selalu membawa. Dan, juga cuaca tadi sebelum ia berangkat begitu terik kini berubah menjadi mendung. Sama seperti hati Kayla.

"Tapi ... itu kaki kamu berdarah kayaknya," tegur Dinda memberi tahu Kayla.

Kayla melihat jari kakinya yang tertutup kaos kaki, benar saja berdarah, "Iyaa nggak papa, Kak. Nanti aku obatin di rumah. Assalamualaikum." Setelah mereka membalas salam Kayla, ia langsung berjalan setengah berlari menuju motornya.

Kayla berharap Fauzan mengejar dirinya, mengatakan bahwa semua ini adalah sebuah kebohongan. Bermaksud hanya mengerjai Kayla. Bukankah Fauzan memamg suka bercanda? Ayo Kak kejar aku dan jelasin kalau semua ini cuma bercanda, batin Kayla.

Hancur sudah mimpi indah yang ia bangun selama ini. Harapannya membina rumah tangga bersama Fauzan, lenyap seketika. Kayla tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Kayla juga merasa hubungannya dengan Fauzan baik-baik saja. Jadi segala ucapan Fauzan selama ini apa? Hanya sebatas candaan kah? Tega sekali dia menghancurkan hati Kayla. Atau Fauzan lelah menunggu tanpa sebuah kepastian? Padahal Kayla akan memberitahukan kabar bahagia itu pada Fauzan. Namun, nyatanya Fauzan yang lebih dulu memberi tahu kabar bahagia yang menyakitkan Kayla.

Lalu siapa disini yang salah? Sebuah penyesalan menyeruak dalam hati Kayla. Andai saja, waktu itu Kayla mengiyakan ajakan Fauzan untuk menikah. Mungkin semuanya tidak akan berakhir menyakitkan seperti ini. Namun, semuanya sudah terlambat.

Aku kira, bahagiaku menjadi bahagiamu. Begitupun sebaliknya, ternyata aku salah. Bahagiamu terlalu menyakitkan untuk aku ketahui. Batin Kayla berkata.

Kayla menoleh begitu sampai diparkiran, bahkan kini Fauzan sama sekali tidak menoleh pada Kayla. Ia sedang duduk di gazebo dan mengobrol dengan perempuan itu. Sungguh, pemandangan yang begitu menyesakkan dada. Bahkan saking sesaknya, air mata tak dapat keluar dari kedua matanya.

"Kayla," panggil Rere sembari berjalan menghampirinya. Rere melihat ke arah mana Kayla sedang menatap saat ini.

"Kayla," ulang Rere sembari menyentuh bahu Kayla.

"Astaghfirullah, sejak kapan kamu di sini?" tanya Kayla kaget karena tidak menyadari kehadiran Rere. Kayla sibuk dengan segala hal yang muncul dalam benaknya. Semua pertanyaan dan kejadian yang seperti benang kusut yang tidak bia ia rapikan.

"Nangis Kay kalau kamu emang mau nangis. Aku denger semuanya," jelas Rere. Tadi ia berputar berniat mengejutkan Kayla dan Fauzan. Namun, yang ada Rere terkejut mendengar penuturan Fauzan.

"Aku nggak papa, Re. Aku ... baik--" Lisannya berkata baik, tetapi air mata tiba-tiba saja membanjiri kedua pipi Kayla.

"Kamu ... nggak perlu terlihat baik-baik aja di depan aku, Kay. Aku sahabat kamu. Bilang kalau kamu emang nggak baik-baik aja. Ada aku di sini. Aku sakit Kay, padahal ini kamu yang ngalamin," ungkap Rere lalu ia memeluk sang sahabat.

Pecah sudah tangis Kayla. Untuk yang pertama kalinya dalam hidup Rere menyaksikan sang sahabat yang sekuat baja menangis tersedu-sedu. Tidak pernah ia ketahui Kayla bisa sampai terpuruk seperti ini.

"Bilang apa yang harus aku lakuin buat ngebalas rasa sakit kamu Kay? Apa perlu aku pukul Kak Fauzan? Atau apa Kay? Bilang!" kata Rere mulai tersulut emosi. Ia tidak sanggup menyaksikan Kayla tersakiti seperti ini.

"U-udah. Aku ... gak papa. Jangan kepancing emosi. Nanti kamu ... yang nyesel," jelas Kayla terbata-bata.

Rere tidak habis pikir pada Kayla. Sudah disakiti seperti ini, masih saja membela orang itu. Tunggu, Kak Fauzan. Kamu akan menyesal nanti. Batin Rere.

***

Kenapa Dokter Fauzan kayak gini? 😭
Kayla kamu harus kuat yaa. 😢❤

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share quotes from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang