42. Saling Mengikhlaskan

2.8K 321 256
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Jika mengikhlaskan adalah jalan terbaik dari-Nya. Mengapa harus menentang? Sakit itu mungkin akan kita rasakan. Tapi percayalah, kebahagiaan sudah menanti kita di depan sana.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

"Saya sangat menghargai keputusan Dokter Lina dan juga Dokter Mansur. Setidaknya jika memang restu itu tidak kami dapatkan. Saya hanya ingin silaturahmi antara saya dan keluarga Dokter tidak terputus. Sebenarnya ada hal yang ingin saya bicarakan. Tapi ini menyangkut urusan keluarga Dokter. Saya tidak berani mengatakan tanpa seizin Dokter," ucap Kayla membuat Dokter Lina menoleh lagi.

"Katakan saja," jawabnya singkat.

"Perihal Kak Adit," ujar Kayla pelan. Ia menunggu reaksi Dokter Lina.

"Dari mana kamu tahu Adit?" Nada suara Lina sekarang sudah tidak terlalu dingin.

"Saya tahu. Pasti Dokter Lina dan Dokter Mansur sebagai orang tua tetap menyayangi dan merindukan sosok Kak Adit. Walaupun, Kak Adit sudah memutuskan pergi dari rumah. Tetapi sebenarnya Kak Adit masih sangat menyayangi Dokter Lina dan Dokter Mansur sebagai orang tuanya. Kak Adit juga ingin meminta maaf. Tapi kata Kak Adit. Maaf, perkataan Dokter Mansur kala itu masih terekam dalam ingatan Kak Adit dan itu sangat menyakitkan," Kayla menghentikan sejenak ceritanya. Ia menoleh, ternyata mata Dokter Lina berkaca-kaca.

"Saya tahu baik Dokter maupun Kak Adit sama-sama ingin berbaikkan. Tetapi nggak ada yang berani memulai dan meminta maaf duluan. Boleh saya minta satu permintaan ini sama Dokter? Saya janji nggak akan membicarakan perihal restu lagi pada Dokter. Saya ikhlas jika memang dokter Araz bukan jodoh saya. Setidaknya jika saya tidak bisa bersama dokter Araz, kak Adit bisa berkumpul lagi bersama keluarganya."

Satu kata yang dapat menggambarkan hati Kayla saat ini, yaitu hancur. Ia menukar perjuangannya untuk mendapat restu untuk membuat Adit kembali ke keluarganya. Air mata sudah tidak dapat dibendung baik oleh Dokter Lina maupun oleh Kayla. Mereka sama-sama seorang perempuan. Pasti mengerti bagaimana perasaan satu sama lain. Walaupun Kayla belum menjadi seorang ibu, tapi dia tahu kalau Dokter Lina sangat merindukan Adit.

"Katakan. Jika saya bisa memenuhi permintaan itu, maka akan saya penuhi," jawab Lina dengan lirih.

"Permintaan saya adalah, jika nanti kak Adit datang menemui Dokter Lina maupun Dokter Mansur. Saya harap, tak ada kata menyakitkan yang ditujukan untuk kak Adit. Tolong maafkan dia. Dan jangan beri tahu pada kak Adit dan dokter Araz kalau saya melakukan perjanjian ini dengan Dokter." Tangis Kayla pecah. Air matanya semakin deras mengalir. Detik ini pula, ia harus mengikhlaskan Araz.

"Akan saya usahakan," jawab Lina singkat.

Kayla memegangi kepalanya menarik perhatian Lina, "Kamu sakit? Kenapa pucet sekali?"

Kayla menggeleng, "Saya hanya kelelahan aja. Saya pamit ya Dokter. Maaf jika sudah mencampuri urusan keluarga Dokter. Insyaa Allah, saya ikhlas melepas dokter Araz."

Setelah berpamitan dan berbalik badan, darah segar mengalir dari hidung Kayla. Kayla mencari tisu tapi tidak menemukannya. Akhirnya ia mengusap dengan tangan kirinya dan itu tidak luput dari perhatian Lina.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang