16. Terungkap

3K 295 52
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Kita berhak berpendapat. Sudah, jangan mendebat hanya karena tak sependapat. Perbedaan pendapat itu untuk didiskusikan bukan untuk diperkarakan.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Jangan lupa membaca Surah Al-Kahfi dan perbanyak membaca Shalawat.

***

Sepertinya kedua sahabat yang sama-sama berprofesi sebagai dokter ini benar-benar mengerti hakikat mencintai dalam diam. Sehingga antara Araz dan Fauzan tidak saling mengetahui sedang jatuh cinta dengan siapa. Tetapi Fauzan tahu siapa perempuan yang berhasil membuat Araz merasakan cinta lagi. Siapa lagi kalau bukan Rere? Fauzan yang sedang duduk di atas kasurnya itu pun terkekeh.

Kalau cinta kenapa nggak jujur aja? Pakai menjuluki cewek aneh, batin Fauzan.

Menurut Fauzan wajar saja jika Araz menjuluki cewek aneh karena jika Araz menemukan sifat baru pada diri seseorang yang belum pernah ia temui itu menurut Araz adalah unik, tetapi Fauzan tidak mengerti kenapa harus memilih kata 'aneh' tidak bisakah Araz menggunakan kata 'unik' saja?

Saat mereka kuliah dulu memang ada cewek yang paling cerewet di kelas mereka. Dan, Araz menjulukinya dengan sebutan aneh. Fauzan tahu, Araz tidak bermaksud menyinggung atau apapun itu hanya penyebutan yang sering Araz gunakan. Jika dengan teman sekelas yang Araz juluki aneh itu, Araz memang tidak memiliki perasaan apapun berbeda dengan julukan yang ia berikan pada Rere. Seperti ada unsur cinta.

"Kenapa aku jadi mikirin Araz dan Rere? Mendingan mikirin Kayla," Fauzan tersenyum, "Kalau aku bilang gini di depan Araz. Pasti dia bakalan bilang, bukan mahram. Dia masih belum halal untuk kamu walau hanya sekedar memikirkan. Dosa," Fauzan terkekeh setelah menirukan gaya berbicara Araz. Bahkan ia sampai hafal. Tetapi Fauzan sangat beruntung memiliki sahabat seperti Araz yang selalu mengingatkan dirinya dan mengajarkan ilmu agama.

Sudah banyak hal baik dan ilmu yang Fauzan dapatkan dari Araz. Sampai-sampai Fauzan merasa bingung dengan cara apa dirinya membalas kebaikan sang sahabat.

***

Sebuah keributan kembali terjadi, kali ini suaranya dari arah ruang makan. Araz yang baru saja masuk ke dalam rumah langsung melepas snelli dan melemparnya bersamaan dengan tas yang ia bawa ke sofa yang berada di ruang tamu. Lalu, ia berlari menuju ruang makan.

Yang pertama kali Araz lihat saat sudah berada di ruang makan adalah pemandangan sang adik tercinta yang sedang menangis sesegukan sembari duduk di salah satu kursi.

"Kamu itu anak yang tidak penurut!" bentak Mansur membuat isakan Risa semakin menjadi. Satu tangan Mansur terangkat ke atas.

Araz berlari dan memegang tangan Mansur, "Pa! Cukup?!" untuk yang pertama kalinya dalam hidup Araz membentak sang Papa.

"ASTAGHFIRULLAH," ucap Araz.

Ia membuka kelopak matanya ternyata tadi hanya mimpi. Hatinya merasa lega karena itu hanya sebatas mimpi. Tidak bisa Araz bayangkan bagaimana sakit dan hancur dirinya jika hal yang sama terjadi pada Risa. Dan, mungkin ia akan sangat menyesal karena sudah membentak sang Papa.

Peristiwa kala dirinya masih remaja itu seolah berputar seperti sebuah film yang sedang tayang ulang.

Lelaki berusia 15 tahun itu sedang asyik menikmati bolu gulung rasa pandan favoritnya karena ia hanya bisa menikmati bolu gulung jika sedang libur. Maklum, ia menimbal ilmu di sebuah pondok pesantren sehingga tidak bisa setiap hari pulang ke rumah. Ia berhenti memakan bolu gulung saat mendengar keributan dan berlari dari dapur menuju ruang keluarga dengan tergesa-gesa. Ia berhenti tepat di pintu ruang keluarga.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang