29. Menghindar?

2.4K 282 77
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Nyatanya sesuatu yang aku tuju telah menghilang lebih dulu sebelum aku sampai. Hingga rasanya hati bagai terpatahkan.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Kayla berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan yang campur aduk. Hatinya merasa sakit, kecewa, juga sedih. Namun, Kayla berusaha tetap menerima walaupun ini terasa berat baginya.

Kayla masuk ke kantin dan memilih kursi di pinggir yang tidak terlalu ramai. Lima menit sudah berlalu tetapi Rere tidak kunjung datang. Kayla membuka ponsel untum mencari kabar dari Rere, tetapi tidak membuahkan hasil. Sepuluh menit kemudia Rere datang dengan tergesa-gesa.

"Sorry, Kay. Lama ya nunggunya? Sibuk banget soalnya. Ada apa ni? Aku sekalian pesan makanan dulu ya. Kamu mau makan apa?" tawar Rere.

"Iyaa nggak papa, Re. Aku udah makan tadi sebelum ke sini jadi masih kenyang. Ini udah pesen minuman juga. Kamu aja yang pesen makan." Kayla menjelaskan.

"Oke kalau gitu. Bentar ya." Setelah mengatakan itu Rere berjalan menuju tempat pemesanan makanan.

Kayla mengedarkan pandangannya, tetapi tidak menemukan sosok yang ia cari. Apa Kak Fauzan nggak makan siang? Tanya Kayla di dalam hati.

Rere datang dengan membawa makanan pesanannya. Ia duduk dan menyeruput jus apel dan beralih menatap Kayla, "Ada yang mau diomongin Kay?"

"Iyaa ... kak Fauzan nggak kelihatan. Apa dia masih ada kerjaan?" tanya Kayla.

"Oh iya, aku lupa ngasih tahu kamu. Dokter Fauzan udah nggak kerja di rumah sakit ini dari seminggu yang lalu. Untuk alasannya kenapa, kita semua nggak ada yang tahu." Rere menjelaskan sembari memperhatikan raut wajah Kayla.

Kayla termenung, kenapa Kak Fauzan nggak ngasih tahu aku? Apa dia tersinggung sama sikap aku waktu itu? Aku jadi ngerasa bersalah banget sama Kak Fauzan. Kak Fauzan baik banget sama aku, dan udah ngebantuin banyak hal. Apa iya balasanku kayak gitu ke dia? Maafin sikap aku kak.

Rere melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Kayla, "Kay? Kamu kenapa ngelamun?"

"E-eh. Aku nggak papa. Aku jadi ngerasa nggak enak sama Kak Fauzan. Sebenarnya aku ke sini mau minta maaf sama dia soal sikap aku waktu di taman pintar. Nggak seharusnya kan aku bersikap kayak gitu? Kita nggak terikat hubungan apapun. Aku nggak berhak kan buat bersikap kayak gitu?" tanya Kayla pada Rere dengan air mata berlinang. Ia berusaha tidak menangis di depan sang sahabat.

Rere mengelus punggung tangan Kayla yang berada di atas meja lalu menggenggamnya, "Kay ... kamu nggak bisa nyalahin diri kamu kayak gini. Sebenarnya nggak ada yang benar dan salah di sini. Kalian hanya perlu untuk saling memperbaiki tanpa perlu menghakimi diri sendiri. Kamu berhak bahagia, begitupun dengan Dokter Fauzan. Yang sudah berlalu, biar berlalu. Jadikan itu pembelajaran untuk kedepannya. Yang terpenting kamu udah berusaha untuk minta maaf dengan datang ke sini. Coba kamu minta maaf lewat chat WA atau DM IG aja." Rere menjelaskan sembari memberi solusi. Rere tahu kalau Kayla itu tipe orang yang selalu merasa bersalah. Padahal orang lain yang salah, orang lain yang berubah sikapnya pada Kayla tapi pasti Kayla yang selalu merasa bersalah dan berusaha minta maaf.

Kay, ajari aku bagaimana caranya menjadi sosok perempuan hebat seperti kamu. Batin Rere.

"Kamu benar, Re. Makasih ya atas sarannya. Nanti coba aku hubungi kak Fauzan lewat chat atau dm."

***

Tekad Kayla sudah bulat, ia akan tinggal di Surabaya untuk beberapa bulan ke depan. Bukan untuk lari dari masalah, atau menghindar. Kayla hanya ingin menenangkan diri, berusaha berdamai dengan keadaan dan hati. Sebenarnya alasan utamanya pergi ke Surabaya karena novel yang akan ia tulis berlatar tempat di Surabaya. Agar ia bisa menjelaskan dengan rinci mengenai tempat-tempat di Surabaya, ia menutuskan untuk tinggal di sana sampai novel yang ia tulis selesai.

Kayla berjalan menuju meja belajarnya dan duduk di sana. Ia membuka laptop, sembari menunggu. Kayla meraih ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp.

"Tumben Kak Fauzan nggak pakai foto profil," Kayla bergumam.

Kayla mulai mengetik permohonan maafnya atas kejadian di taman pintar. Dan juga mengucapkan terima kasih atas semua kebaikan Fauzan selama ini padanya. Lalu Kayla mengirim pesan tersebut. Hanya ceklis satu. Kayla mulai bertanya-tanya. Apa iya dirinya di blokir oleh Fauzan? Karena Fauzan biasanya selalu aktif, menggunakan foto profil, dan selama sebulan ini pula Kayla tidak pernah menemukan story WhatsApp Fauzan.

Kayla
Assalamualaikum, Re.
Foto profil Kak Fauzan di WhatsApp kamu apa? Bisa tolong screenshot kan?

Rere
Waalaikumussalam, Kayla.
Foto profilnya itu foto dia di bandara Surabaya kayaknya ini. Masih belum berubah dari terakhir kali dia ganti foto profil waktu acara seminar di Surabaya itu.

Rere
Mengirim gambar

Rere
Emang kenapa Kay?

Kayla
Iyaa, Re. Terima kasih atas informasinya yaa. Nggak papa, Re. 😅

Ternyata dugaan Kayla benar kalau dirinya diblokir oleh Fauzan. Semarah itukah Fauzan padanya? Sejahat itukah sikap Kayla pada Fauzan sehingga Fauzan sampai memblokir dirinya? Apa iya perempuan bernama Dinda itu sakit hati hingga berujung seperti ini?

Kayla tetap berusaha untuk husnudzon. Mungkin kak Fauzan butuh waktu untuk memaklumi sikapku waktu itu, begitu pikir Kayla. Kayla beralih ke instagram, dan mulai mengetik nama Fauzan di pencarian. Namun, Kayla tidak menemukan akun milik Fauzan. Satu hal yang Kayla sadari, bahwa Fauzan telah memblokir dirinya di WhatsApp juga Instagram. Lalu lewat mana Kayla harus menyampaikan permohonan maaf?

Kayla mulai merasa khawatir juga sedih dan kecewa, karena sikap Fauzan tidak biasanya seperti ini. Apa sebesar itukah kesalahan Kayla? Atau ada hal lain yang membuat Fauzan bersikap seperti ini? Kayla memang sering membuat teka-teki di dalam novel yang ia buat. Tetapi ia tidak bisa memecahkan teka-teki yang dibuat Fauzan. Ini terlalu rumit bagi Kayla.

Kayla membuka folder kumpulan novelnya, Kayla terdiam saat membaca sebuah judul novel tentang kedokteran.

"Bagaimana aku bisa menyelesaikam novel ini? Saat orang yang menjadi sumber inspirasiku menulis novel ini, telah pergi tanpa jejak. Tanpa kata selamat tinggal, juga tanpa memberi tahu." Kayla bergumam. Air mata kembali turun dari kedua sudut matanya. Rasanya sesakit ini, saat orang kita harapkan bisa menjadi pendamping hidup, nyatanya malah mengenalkan calon istrinya pada kita.

***

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share quotes from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang