5. Hasil Diagnosis

4.2K 355 45
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Hidup bukan hanya tentang memenuhi segala yang diinginkan. Tetapi tentang mensyukuri apa yang sudah berhasil didapatkan dan dimiliki saat ini.

~Pinta [Terakhir]~
Rani Septiani

***

Bekerja menjadi seorang dokter di salah satu rumah sakit di Surabaya mengharuskan lelaki bertubuh atletis dan berparas tampan itu selalu berada di rumah sakit dari pagi hingga sore hari. Bertemu dan berinteraksi dengan pasien yang memiliki keluhan penyakit yang beraneka ragam membuat Araz sadar bahwa nikmat sehat itu sangat berharga. Tetapi terkadang kita selalu lupa untuk mensyukuri nikmat sehat ini.

Kita selalu beranggapan bahwa nikmat itu adalah ketika kita bisa menjadi orang kaya sehingga bisa membeli apapun yang diinginkan. Tanpa kita sadari bahwa kaya tak ada artinya jika kita sakit. Yang lebih mengenaskan ketika kekayaan dijadikan alasan untuk berlaku sombong dan angkuh. Seakan lupa bahwa harta hanya titipan dari Yang Maha Kuasa, jika sewaktu-waktu ingin diambil kita bisa berbuat apa?

Harta tak akan menolong kita di alam kubur jika tidak kita gunakan dalam kebaikan. Justru akan menjadi bumerang ketika harta itu kita gunakan dalam kemaksiatan dan memuaskan kenikmatan dunia yang bersifat fana.

Merasa berkuasa karena memiliki banyak harta lalu terbuai hingga lalai dan berlaku sesukanya di muka bumi tanpa memperdulikan banyak hati yang tersakiti dan tertindas. Merusak alam dengan melalukan penebangan liar di hutan membuat binatang yang berada di hutan itu kehilangan tempat tinggal untuk berlindung dan kehilangan sumber makanannya, sehingga membuat ekosistem terganggu. Jika mengingat akan hal itu membuat Araz berpikir ternyata manusia serakus itu, mengambil segala yang ada tanpa memberi ruang dan kesempatan bagi manusia lain dan makhluk hidup lainnya.

Araz sering bersyukur karena menjadi dokter selalu membuatnya banyak mengingat tentang nikmat yang sudah Allah berikan untuknya. Araz berjalan dengan terburu-buru di lorong rumah sakit. Hingga langkahnya terhenti karena seseorang memanggilnya.

"Dokter Araz," panggil seseorang saat di persimpangan lorong.

"Ada apa?" tanya Araz to the point.

"Jadi begini, teman kuliah saya ada yang menikah. Saya berencana untuk mengajak Dokter. Apa Dokter mau?" tanya perempuan bernama Ana yang berprofesi sebagai perawat itu dengan penuh harap.

Untuk yang kesekian kalinya Araz selalu mendapat tawaran yang beraneka ragam dari rekan kerjanya. Bukan Araz tak peka, dia sadar kalau banyak teman sesama dokter juga perawat yang menaruh hati padanya. Tetapi, Araz tidak menaruh rasa apa pun pada salah satu dari mereka. Lagi pula syarat mutlak untuk menjadi pendamping hidupnya adalah perempuan yang berhijab.

"Mohon maaf sekali, tetapi saya tidak bisa karena saya sudah ada janji dengan Risa," tolak Araz secara halus. Semoga saja Ana tidak tersinggung, begitu pikir Araz.

Dan, Araz juga tidak ingin memberi harapan kepada mereka semua. Terkadang orang yang sedang jatuh cinta itu selalu merasa kebaikan atau perhatian yang diberikan oleh orang yang dicintai sebagai sebuah harapan atau ungkapan rasa cinta juga. Padahal pendapat itu salah karena mereka memang orang baik dan suka berbuat baik.

"Oh begitu ya Dokter? Iya tidak apa-apa," jawab Ana. Araz tahu walaupun Ana berkata tidak apa-apa tetapi hatinya mungkin merasa sakit akibat penolakan Araz.

Araz juga paham betul tentang batasan bergaul dengan yang bukan mahram. Sehingga itu yang selalu menjadi pedoman Araz saat bergaul dengan perempuan mana pun yang bukan mahramnya.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang