23. Curhatan Seseorang

2.4K 274 47
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Ingin dipahami tanpa mau memahami. Ingin dimengerti tanpa mau mengerti. Ingin dihargai tanpa mau menghargai. Ingin diperhatikan tanpa mau memperhatikan. Terkadang kita memang seegois itu.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Kayla bersiap-siap untuk pulang karena saat ini adalah waktu jam pulang kerja. Sudah sebulan Kayla bekerja di kantor ini sebagai staff HRD. Sejauh ini semuanya berjalan dengan baik dan lancar, rekan-rekan kerjanya pun sangat baik padanya. Mau memberi tahu apa yang belum Kayla pahami. Sehingga Kayla bisa dengan mudah beradaptasi.

Malam ini Kayla akan terbang ke Surabaya, karena salah satu penerbit yang menerbitkan naskahnya sedang mengadakan acara offline, yaitu seminar kepenulisan bertema 'Meninggalkan Jejak dengan Berkarya'. Siapa saja bisa mengikuti seminar ini, cukup dengan membayar HTM sebesar 20 ribu. HTM yang dibayar oleh peserta ini nantinya akan didonasikan pada mereka yang membutuhkan. Sedangkan bintang tamu dibayar oleh pihak sponsor.

Surabaya, jika mengingat kota ini maka ingatan Kayla akan langsung tertuju pada Risa. Kayla dan Risa berjauhan, tetapi selalu saja ada cara untuk mereka kembali bertemu. Apakah ini jawaban dari rindu Risa padanya?

Kayla berjalan menyusuri koridor kantor, hingga tiba di lobi kantor. Seseorang memanggil Kayla dengan suara khasnya.

"Mbak Kayla?" panggil seseorang seraya menghampiri Kayla.

"Mbak Rifa? Panggil Kayla aja, Mbak. Hehe," kata Kayla kepada seseorang bernama Rifa yang bekerja bagian resepsionis.

"Iya, Kayla. Kamu lagi buru-buru nggak? Mbak mau ngobrol sebentar boleh?" tanya Rifa penuh harap.

Kayla menimbang-nimbang, "Iyaa bisa, Mbak."

Mereka berjalan beriringan menuju kursi yang tersedia di lobi kantor ini. Lalu mereka duduk dan Rifa mulai membuka obrolan.

"Jadi begini, Kay. Beberapa hari yang lalu ada temen Mbak yang chat bilang mau curhat. Dan, pada saat itu Mbak lagi bener-bener pusing mikirin hal lain. Temen Mbak ini udah curhat panjang lebar ... karena Mbak juga lagi pusing mikirin hal lain. Mbak jawab sabar ya, dan sampai sekarang dia nggak pernah chat Mbak lagi. Apa jawaban Mbak salah ya Kay?" tanya Rifa dengan raut wajah kusut.

"Kalau menurut aku ya, Mbak. Sebenarnya nggak ada yang salah sama jawaban kata sabar dari Mbak. Tapi coba kalau kita tukar posisinya, Mbak curhat sama aku terus aku jawab sabar ya Mbak. Udah itu aja tanggapan aku. Apa yang Mbak rasakan?" tanya Kayla untuk mengawali pembicaraan.

"Ya Mbak bakalan kesel ... udah curhat malah dijawab gitu aja."

Kayla tersenyum, "Begitu pun dengan teman Mbak. Dia curhat pasti karena memiliki masalah atau hal yang membuat dia bingung, jadi mau minta masukan dari Mbak gimana baiknya. Yang ternyata pada akhirnya jawaban Mbak itu ... menurut aku menambah kadar keruwetannya. Karena untuk menceritakan masalah pada orang lain, itu pasti berpikir seribu kali dulu. Sebelum akhirnya memutuskan untuk bercerita,"

"Aku nggak bermaksud untuk menyalahkan Mbak ya. Karena Mbak bertanya, maka aku jelaskan agar semuanya menjadi jelas. Mbak juga tadi bilang kalau Mbak waktu itu, sedang pusing memikirkan hal lain. Ada baiknya saat dia bilang mau curhat, Mbak lebih dulu bilang kalau Mbak sekarang sedang fokus memikirkan hal lain. Kalau mau tetap curhat silakan, atau kalau mau menunggu sampai hal yang sedang Mbak pikirkan selesai juga silakan. Agar dia mempertimbangkan lagi, apakah waktu untuk curhat ini sudah tepat atau belum,"

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang