27. Apa Alasannya?

2.3K 275 39
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Menghapus segala keresahan dengan memberikan canda tawa juga senyum meneduhkan. Tahu bagaimana cara menghibur dan mengobati luka di hati. Berusaha mengembalikan senyuman. Itulah keluarga, dan kalian adalah salah satu alasan terkuat untuk aku tetap kuat dan menebar senyuman.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Jangan lupa untuk membaca surah Al-Kahfi dan perbanyak membaca shalawat.

***

Selamat membaca

***

Setelah dari taman pintar, Kayla menuju masjid Jami Sultan Sulaiman, Tenggarong yang tidak jauh dari Taman Pintar untuk melaksanakan shalat Dzuhur, hanya menempuh perjalanan sekitar 5 menit dan Kayla sudah sampai. Sebenarnya Rere ingin menemani, tetapi ia sudah janji pada ibunya untuk menemani belanja bulanan ke mall di Samarinda karena ayahnya sedang tugas ke luar kota.

Kayla bersimpuh di atas sajadah. Ia kembali menangis, hatinya terasa begitu nyeri dan perih sehingga menyebabkan rasa sesak yang teramat menyakitkan. Tidak ingin orang lain melihat air matanya, ia segera mengelap menggunakan tisu yang ia bawa.

Setelah melaksanakan shalat, Kayla menghidupkan mesin motornya dan menuju rumah. Sepanjang perjalanan pikirannya terus saja tertuju pada Fauzan tentang berbagai alasan yang mungkin saja Fauzan miliki kenapa seperti ini. Kayla berusaha untuk fokus, karena ia sedang mengendarai motor dan jika ia tidak fokus akan sangat berbahaya. Bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga membahayakan pengendara lainnya. Kayla tidak mau mengambil risiko apalagi membahayakan orang lain.

Setibanya di rumah, Tiara dan Fadhlan sedang duduk di teras rumah sembari mengobrol dengan beberapa tetangga. Kayla mengucap salam dan menyalimi orang-orang yang ada di sana. Kayla masuk dan diikuti oleh Tiara.

"Bagaimana Teh? Udah dibilangin sama Fauzan?" tanya Tiara penasaran.

Kayla berhenti melangkah dan terdiam, lalu ia tersenyum, "Maaf, Bun. Kayaknya belum jodoh." Kayla menjawab dengan tenang, seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal di lubuk hatinya, ia sedang terluka. Luka yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Hingga ia masih bingung, bagaimana cara menyembuhkannya.

Tiara tersenyum lalu mengusap pucuk kepala Kayla, "Jodoh sudah diatur sama Allah. Teteh nggak perlu khawatir. Atau ... kalau mau sama anaknya pak Kyai juga boleh banget."

Kayla terkekeh, "Bunda bisa aja. Dia nggak mau sama Teteh, Bun."

"Berarti kalau dia mau. Teteh mau? Hayoo ... Bunda bilangin ayah yaa?" kata Tiara sembari terkekeh dan melenggang kembali menuju teras rumah.

Kayla tersenyum, keluarga adalah tempat ternyaman untuk pulang. Keluarga akan mengerti segala hal yang kita rasakan apalagi orang tua kita, mereka akan lebih paham tanpa kita ceritakan. Menghapus segala keresahan dengan memberikan canda tawa juga senyum meneduhkan. Mereka tahu bagaimana cara menghibur dan mengobati luka di hati.

Jika ingin mendapat ketenangan maka hanya dengan cara curhat kepada Allah setelah menunaikan shalat. Saat itu kegundahan dan keresahan akan lenyap berganti damai dan tenang pada hati. Dan, kita jadi bisa berpikir secara jernih.

Keluarga adalah tempat ternyaman kedua untuk mengeluarkan segala keluh kesah. Yang akan menjaga rapat apa yang kita ceritakan. Membantu mencarikan solusi dan berusaha mengobati luka di hati dengan segala cara yang dimiliki.

Dan, sahabat adalah tempat ternyaman ketiga untuk berbagi. Ada beberapa penyebab salah satunya karena sahabat itu seumuran dengan kita. Sehingga kita juga bisa merasa nyaman dan kita jadi bisa mengerti dari sudut pandang seseorang yang seusia dengan kita.

Dengan begitu kita bisa menyimpulkan jalan terbaik dari semua solusi yang diberikan. Kita bisa mempertimbangkan jauh ke depan sebelum mengambil sebuah keputusan.

***

Kayla sudah tiba lagi di kos-kosannya. Sekelebat bayangan kebersamaan dengan Fauzan terbayang dalam benaknya. Ternyata kenangan indah pun bisa berubah menjadi sangat menyakitkan saat orang yang ada di dalam kenangan itu menorehkan luka yang teramat dalam.

Aku nggak boleh menghakimi Kak Fauzan. Karena aku juga hanya tahu dari sudut pandangku. Bagaimana kalau ada alasan yang nggak aku ketahui. Jadi aku harus apa? Apa iya menanyakan alasannya pada Kak Fauzan? Tapi aku siapa sehingga meminta penjelasan darinya? Sadar Kay, kamu bukan siapa-siapa dia. Dan, nanti kalau alasannya hanya menambah luka di hati bagaimana? Apa kamu sanggup menerima itu? Tanya Kayla pada dirinya sendiri.

Beberapa kegiatannya terbengkalai seperti update cerita di wattpad. Kayla tidak bisa fokus mengerjakan sesuatu. Keadaan hatinya sedang tidak mendukung dirinya untuk beraktivitas, bahkan tadi sore ia mengisi kelas kepenulisan online saya tidak fokus. Membuat Kayla menyesali sikapnya sendiri. Seharusnya ia tidak boleh seperti ini kan? Seharusnya ia tidak mencampurkan urusan pribadinya ke dalam aktivitasnya.

Drrrttt drrrrttt

"Hallo. Assalamualaikum," Kayla menjawab panggilan telepon.

"Waalaikumussalam. Apa kabar Kayla?" tanya orang di seberang sana.

Buru-buru Kayla menatap layar ponsel dan membaca siapa yang menelpon, di sana tertulis 'Ibu Siti'. Beliau adalah salah satu dosen Kayla saat kuliah dulu, "Maaf, Ibu. Saya tadi tidak membaca siapa yang menelpon. Alhamdulillah, kabar saya baik. Bagaimana dengan kabar Ibu?"

"Iyaa tidak papa, Kayla. Alhamdulillah, Ibu baik. Kenapa? Sedang ada masalah?" tanya Siti. Beliau adalah dosen yang paling dekat dengan Kayla.

"Alhamdulillah, kalau kabar Ibu juga baik. Tidak apa-apa, Bu. Ada sedikit hal yang membuat saya kepikiran," jawab Kayla setenang mungkin.

"Semoga masalahmu segera selesai ya Kayla. Ibu menelpon karena teman Ibu yang bernama Ayu. Kamu masih ingat sama Ibu Ayu?" tanya sang dosen.

"Aamiin. Terima kasih, Bu. Ibu Ayu yang tinggal di Surabaya?" tanya Kayla. Untung saja Kayla tidak lupa.

"Iya benar. Ayu lagi nyari asisten psikolog untuk dia. Ibu langsung keinget kamu. Apa kamu mau Kay?" tanya Siti.

"MasyaAllah. Terima kasih atas tawarannya, Bu. Sebenarnya saya ingin, tetapi saat ini saya sudah bekerja di Samarinda." Kayla mencoba menolak dengan sehalus mungkin. Sebenarnya Kayla menginginkan pekerjaan ini. Tetapi ia sudah lebih dulu bekerja di kantor yang sekarang. Tidak mungkin juga kalau Kayla mengundurkan diri, sedangkan ia baru bekerja satu bulan. Tapi nanti akan Kayla pikirkan baik-baik perihal tawaran ini.

"Alhamdulillah, kalau kamu sudah bekerja. Dipikirkan saja baik-baik, Kay. Siapa tahu nanti kamu berubah pikiran," kata Siti memberi tawaran lagi pada Kayla.

Obrolan keduanya terus berlanjut membicarakan tentang dunia psikologi. Juga membahas tentang novel-novel Kayla karena anak kedua Siti yang duduk di bangku sekolah menengah atas adalah penggemar tulisan-tulisan Kayla. Ia menitip pesan kepada ibunya untuk menanyakan pada Kayla kapan menerbitkan novel baru lagi.

***

Maaf ya baru update lagi hari ini 🙏

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share quotes from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama.


Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang