32. Rasa Nyaman

2.4K 295 200
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Rasa nyaman yang mulai dirasakan. Tetapi sadar bahwa ada batasan yang harus dijaga. Hingga mengagumi dalam diam menjadi pilihan kedua insan ini.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Jangan lupa untuk membaca Surah Al-Kahfi dan perbanyak membaca shalawat ya.

***

Kayla berjalan masuk ke sebuah kafe setelah melaksanakan shalat Dzuhur di masjid yang berada di dekat kafe ini. Ia ingin makan siang terlebih dahulu, karena perutnya sudah mendemo ingin meminta asupan. Kayla merasa cukup lelah juga karena ia sudah berkeliling ke beberapa tempat wisata di kota ini. Karena inj adalah akhir pekan, sehingga objek wisata pun cukup padat.

"Kakak baik hati dan tidak sombong," panggil seorang perempuan membuat Kayla menghentikan langkah kakinya yang sedang mencari meja yang kosong.

"Risa?" ucap Kayla, lalu ia melirik seseorang yang duduk di hadapan Risa, "Dokter Araz?" Kedua orang yang disebut Kayla itu tersenyum, tetapi Dokter Araz segera menundukkan pandangannya membuat Kayla melakukan hal yang sama.

"Kakak mau makan siang ya? Gabung aja sama kita," tawar Risa membuat Kayla bingung.

"Biar Kakak cari meja lain aja. Nggak enak, takut ganggu obrolan kalian." Kayla menolak dengan halus.

"Tidak mengganggu, Mbak. Benar kata Risa, gabung saja di sini." Araz yang menjawab. Dan, akhirnya Kayla mengangguk setelah mengucapkan terima kasih. Ia duduk di sebelah Risa.

Mereka bertiga memesan makanan, sembari menunggu pesanan datang. Araz berusaha mencairkan suasana dengan mengajak Kayla untuk ngobrol.

"Saya dengar dari Risa, Mbak Kayla ini seorang penulis. Kalau boleh tahu, apa alasan Mbak memutuskan untuk menjadi seorang penulis?" Pertanyaan ini yang diajukan oleh Araz. Sebenarnya sudah dari lama ia ingin mengetahui alasan Kayla menjadi seorang penulis.

Kayla tersenyum, "Iyaa benar, Dokter. Saya seorang penulis. Masih belajar sebenarnya," jawab Kayla sembari terkekeh, "Alasan saya menjadi seorang penulis karena saya ingin ilmu yang saya dapatkan itu bisa bermanfaat juga untuk orang lain. Seperti ilmu saya ketika menimbal ilmu dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Juga ilmu-ilmu Agama Islam yang saya dapatkan dari mengikuti acara tausiyah. Ya, walaupun ilmu saya masih sedikit. Tapi setidaknya, ilmu saya yang sedikit ini bisa saya bagikan agar bermanfaat. Saya berharap ilmu-ilmu yang saya bagikan ini bisa menjadi amal jariyah." Kayla menjelaskan dengan semangat. Karena lawan bicaranya menggunakan bahasa formal sehingga Kayla memilih untuk menggunakan bahasa formal juga.

"MasyaAllah. Jujur baru kali ini saya mendengar alasan yang seperti ini. Semoga Allah memudahkan setiap niat baik Mbak Kayla. Aamiin." Araz mengungkapkan kekagumannya.

"Aamiin." Risa dan Kayla menjawab bersamaan.

"Terima kasih, Dokter." Kayla berkata sembari tersenyum.

"Kalau biat baik Mas Araz kapan disampaikan?" goda Risa pada sang kakak. Membuat Araz memberi isyarat agar Risa tidak melanjutkan ucapannya. Kayla terkekeh memperhatikan mereka berdua. Sejujurnya ia rindu pada Zia dan kedua orang tuanya. Terhitung sudah hampir setengah bulan Kayla berada di Surabaya.

"Kalau saya boleh tahu, alasan Dokter ingin menjadi seorang Dokter itu karena apa? Ya, seperti yang saya ketahui kalau menjadi seorang Dokter itu tidak mudah." Kali ini Kayla yang mengajukan pertanyaan. Sepertinya mereka sudah tidak terlalu canggung lagi membuat Risa tersenyum penuh makna dan harapan yang selalu terselip di dalam hatinya agar Kayla bisa menjadi istri sang kakak.

"Sebenarnya dulu saya ingin menjadi seorang Ustadz. Dari kecil memang sudah bersekolah di pesantren. Dan saat tingkat SMA di pesantren saya mengambil jurusan IPA. Lalu, orang tua saya ingin saya menjadi seorang Dokter. Menurut saya, tidak ada salahnya jika saya menuruti keinginan orang tua karena saya juga memang menyukai pelajaran-pelajaran IPA. Dan, akhirnya saya menjadi seorang Dokter agar bisa membantu orang banyak. Alasannya karena ingin membuat orang tua saya bahagia dan alasan lain agar Risa tidak disuruh menjadi seorang Dokter juga karena saya yang sudah menjadi Dokter. Tetapi ternyata orang tua saya tetap menginginkan Risa menjadi Dokter. Dan, Alhamdulillah sekarang mereka sudah membiarkan Risa memilih jurusan yang diinginkannya." Araz bercerita panjang lebar. Baru kali ini ia bisa terbuka menceritakan tentang kehidupan pribadinya kepada orang baru. Bahkan kepada seorang perempuan, padahal Araz terkenal sangat menutup rapat kehidupan pribadinya apalagi dari kaum hawa. Apakah itu artinya Kayla memiliki tempat di hati Araz?

"Mbak sudah lama menjadi penulis?" tanya Araz lagi.

"Alhamdulillah, sudah beberapa tahun. Sejak saya mau masuk kuliah," jawab Kayla.

"Tantangan terberat menjadi seorang Dokter menurut Dokter sendiri apa aja?" tanya Kayla antusias.

"Tantangan terberat? Alhamdulillah, Allah memudahkan segalanya. Sehingga tidak ada yang berat. Jalani dengan ikhlas, Insyaa Allah semuanya akan diberi kemudahan oleh Allah. Dan, kalau memang menemukan kesulitan, jangan pernah mengeluh. Karena sekali saja kita mengeluh, itu akan mempengaruhi segalanya. Karena mengeluh ini akan memunculkan rasa kesulitan lainnya. Jadi kalau menemukan kesulitan itu hal yang wajar. Namanya juga kita sedang belajar. Jalani saja dengan ikhlas."

Kayla menatap Araz dengan sorot kekaguman, pembawaan yang tenang, tutur kata yang baik. Selalu melibatkan Allah dalam setiap hal. Membuat Kayla merasa tenang saat berada di dekat Araz. Kayla buru-buru menundukkan pandangannya dan beristighfar karena tersadar sudah menatap dokter muda itu terlalu lama.

"Kak Kayla jadi istrinya Mas Araz aja ya? Biar bisa ngobrol kapan aja. Ya kan Mas?" kata Risa sembari nyengir.

"Iya. Eh. Astaghfirullah. Maaf, Mbak Kayla. Saya tidak fokus dengan pertanyaan Risa." Araz menjawab dengan gugup. Padahal ia tadi merasa seperti menjawab iya di dalam hati, ternyata lisannya juga ikut menyuarakan isi hatinya. Membuat Araz salah tingkah. Tetapi ia segera menetralkan gerak-gerik dan hatinya.

Sementara Kayla hanya tersenyum canggung menanggapi, ada rasa yang mulai tumbuh di dalam hatinya. Tapi Kayla tidak tahu ini rasa apa? Hanya sekadar kagum atau ada rasa lain yang mulai ia rasakan?

***

Pendukung Dokter Araz - Kayla mana suaranya? 😂
Apakah kalian masih menginginkan Kayla bersama Dokter Fauzan? 😅

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share quotes from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang