43. Menyimpan Luka Dibalik Tawa

2.7K 314 270
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Pandai memanipulasi, menyimpan luka dibalik tawa. Kesedihan dibalik senyuman. Kepedihan dibalik kebahagiaan.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Setelah menenangkan diri selama tiga hari akhirnya Kayla memutuskan untuk kembali ke Kalimantan Timur. Bukan untuk menghindar dari Araz. Tetapi karena memang misinya untuk menulis novel yang berlatar temoat kota Surabaya sudah selesai. Kayla hanya tinggal menulis epilognya saja. Dan menurutnya itu bisa ia tulis di rumahnya nanti.

Ting

Saat Kayla akan menarik kopernya sebuah chat masuk di aplikasi WhatsApp membuat ia menghentikan aktivitasnya.

+62812xxxxxxxxx
Assalamualaikum, Nak Kayla. Ini saya ibu Lina. Bisa kita bertemu nanti siang atau sore? Karena ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan kamu.

Kayla mengembuskan napas berat. Bahagia karena dokter Lina menyebut dirinya dengan panggilan ibu tidak seperti biasanya yang menggunakan sebutan dokter Lina. Sebenarnya Kayla ingin sekali menemui ibu Lina. Tetapi Kayla sudah memesan tiket pesawat dengan keberangkatan pukul 11.00 WIB. Dan sekarang sudah pukul 08.00 WIB.

Kayla
Waalaikumussalam, Ibu. Sebenarnya Kayla ingin sekali menemui Ibu. Tapi mohon maaf sekali karena Kayla sudah memesan tiket dengan keberangkatan jam sebelas.

Kayla menyimpan nomor Lina. Dengan nama 'Ibu Lina'

Ibu Lina
Kamu mau kemana? Ini hal penting jadi Ibu harus bertemu kamu Nak. Bisa kita bertemu jam sepuluh di Taman Jalakaca?

Kayla
Iyaa baik, Ibu.

Setelah itu Kayla bergegas menuju halaman kontrakkan karena taksi online yang sudah dipesannya. Kemarin ia sudah pamitan dengan pemilik kontakkan ini.

Sejurus kemudian Kayla sudah tiba di Taman Jalakaca. Mungkin taman ini akan menjadi saksi terakhir kali ia bisa bertemu dengan ibu Lina.

Jangan nangis, Kay! Kamu harus kuat. Batin Kayla mengingatkan.

Lina datang dengan senyum ramahnya, senyuman yang pernah Kayla lihat sewaktu di lorong rumah sakit saat Lina mengejar Kayla dan meminta waktu seminggu untuk meyakinkan suaminya perihal Risa. Kayla sadar, ia sudah terlalu jauh masuk dan mengetahui tentang keluarga Araz.

"Kamu mau ke mana Nak?" tanya Lina setelah mereka saling menyapa dan menanyakan kabar.

"Saya mau pulang ke rumah orang tua saya di Kalimantan Timur, Bu. Karena saya sudah menyelesaikan novel berlatar tempat di Surabaya ini."

"Saya banyak mendengar cerita tentang kamu dari Risa, Adit, dan juga Araz. Terutama Risa. Dia sangat mengagumi kamu. Dan Ibu mau memberi kabar kalau Ibu dan suami sudah memberi restu untuk kamu dan Araz. Rencananya Minggu ini kami akan datang ke rumah orang tua kamu untuk melamar," ungkap Lina.

Deg

Kayla bingung harus berekspresi seperti apa saat ini. Disatu sisi tentu ia sangat merasa bahagia karena sebelum tahu mengenai penyakit yang dideritanya, Kayla selalu berdo'a jika memang ia dan Araz berjodoh. Semoga orang tua Araz bisa memberi restu. Tetapi sekarang semuanya sudah berbeda, justru rasa sedih dan bersalah yang kini bersarang dalam dadanya. Saat ia mengetahui vonis dokter akan sakit yang dideritanya. Penyakit itu sudah lama menggerogoti tubuh Kayla. Tanpa pernah Kayla sadari. Sebenarnya Kayla menyadari ada yang berbeda dari tubuhnya, gejala itu Kayla rasakan. Tapi Kayla selaku abai dengan dalih mungkin hanya kelelahan.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang