PROLOGUE

8.1K 578 23
                                    





'JDEERRR'




Petir menyambar di langit malam kota. Tetes demi tetes air mulai berjatuhan ke bumi, membasahi setiap jalan dan tempat di kota tersebut. Angin semakin bertiup kencang, sehingga terciptanya badai.

Ditengah badai —di dalam hutan pinggir kota— cahaya yang begitu bersinar terang terlihat. Cahaya itu membuat hampir seisi hutan terlihat jelas. Lalu kemudian, cahaya itu redup dan menampakan siluet seseorang yang memakai jubah putih panjang. Namun, jika diperhatikan secara baik-baik seseorang tersebut seperti tengah menggendong sesuatu.

Orang itu berlari keluar dari hutan tersebut menuju kota. Ia hiraukan hujan yang begitu deras dan angin yang begitu berhembus kencang. Ia berlari, dan terus berlari. Sesekali ia melihat ke belakang, lebih tepatnya ke hutan dimana ia keluar. Lalu kembali fokus terhadap apa yang dia lakukan. Berlari.

Dari hutan tersebut kembali terlihat sebuah cahaya. Namun, cahaya yang keluar sekarang  berwarna merah dan memiliki hawa yang sangat mengerikan. Siluet seseorang.Ah! bukan seseorang, melainkan beberapa orang keluar dari cahaya itu dengan tubuh besar yang tertutupi jubah hitam.

"Tuan Dyami, apakah mereka datang ke kota ini? " Tanya salah seorang diantara mereka.

"Apakah kau meragukan tuanmu hmm?" Dengan suara yang begitu tenang namun mematikan, seseorang yang memiliki badan lebih besar dengan aura yang begitu menyeramkan berucap.

"T...Ti...dak tuanku. " Jawab nya dengan suara bergetar.

"Bagus. Sekarang, kalian  cepat temukan mereka! Jika kalian gagal? Kalian tahu apa akibatnya. " Ucap seseorang yang di sebut 'tuan' itu sambil mengeluarkan seringaiannya.

"Baik tuanku. " Balas mereka serempak dan mulai keluar dari hutan itu meninggalkan tuannya sendiri.

"Hahaha! Sebentar lagi kekuatan itu akan menjadi milik kaum ku. Apakah kalian bisa lari lagi, sang ratu dan sang pangeran kecil? Hahaha. " Ucapnya dalam hati dan mulai menghilang bersama asap hitam.




'JDEERRR'






"Ooee....Ooee"Tangisan bayi yang berada di pangkuannya, membuatnya harus terpaksa untuk berhenti berlari dan mencari tempat untuk bersembunyi.

Ia melihat sekeliling dan menemukan lorong yang diapit oleh dua rumah. Lantas saja ia bersembunyi disana. Untungnya kedua atap rumah itu menyatu, sehingga mereka tidak akan kehujanan.

Ia buka tudung kepala jubah itu, sekarang terlihat wajah dari pemilik jubah putih itu. Seorang wanita cantik yang memiliki netra berwarna Sienna. Terlihat jelas sekali raut kelelahan dan kekhawatiran yang tergambar  di wajahnya.

Ia tatap bayinya yang terus menangis seraya berkata. "Stttt... Sayang maafkan mama ya? Kamu seharusnya tidak mengalami hal ini, kedinginan dan harus kehujanan. Mama janji kita akan lepas dari mereka, kita akan pergi jauh. " Ucapnya dengan suara bergetar menahan tangis. Ia kecup lembut dahi anaknya terasa hangat menyentuh bibirnya, anaknya demam pikirnya.

Merasa anaknya mulai tenang dan badai mulai mereda, ia mencoba untuk keluar dari persembunyiannya.  Mungkin karena lelah, ia sedikit lengah dan tidak memperhatikan sekeliling. Disana, berjarak beberapa meter dari ia berdiri, ia melihat orang-orang yang memakai jubah hitam itu. Lantas dengan cepat ia masuk kembali ke lorong tadi, dan segera berlari kearah ujung lorong tersebut. Namun, sial orang-orang tersebut mengetahui keberadaannya. Mereka mulai mengejar wanita itu.

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang