CHAPTER 24

1.7K 252 7
                                    


Tekan ⭐ kemudian 💬

Happy Reading for all.... 📖📖

••••••••••••


Victor terbangun dari tidurnya karena rasa haus yang mengerogoti tenggorokannya. Melihat gelas yang tersimpan diatas nakas samping tempat tidur telah kosong, ia bergegas mengambil air ke arah dapur. Untung saja Daniel telah memberitahunya seluk beluk rumah besar ini, walaupun ia sebenarnya sedikit takut untuk kedapur sendiri. Terlebih lagi dalam keadaan gelap seperti ini. Namun, jika meminta Jourell untuk menemaninya yang ada dirinya akan habis di olok-olok oleh teman bantetnya itu.

Dan kenapa tidak meminta ditemani oleh Aidyn saja? Karena temannya yang satu itu jika tubuhnya telah menempel dengan kasur dan teman-temannya. Maka, jangan harap kalian bisa membangunkannya.

Saat diundakan tangga terakhir, netranya melihat sekeliling. Gelap, hanya ada biasan cahaya dari bulan yang menembus masuk melalui jendela besar rumah ini, dengan tirai putih yang bergoyang-goyang tertiup angin. Hanya satu kata yang ada di dalam pikirannya 'menyeramkan'.

Dalam benaknya ia berpikir apakah ia tahan saja rasa haus ini dan kembali tidur? Ataukah pergi saja ke dapur dan menuntaskan rasa hausnya?

Dan ia memilih opsi kedua. Mempercepat langkahnya tanpa melihat kebelakang ia terus berjalan menuju dapur. Sesampainya ia disana segera saja dirinya mengambil air dingin yang berada di dalam kulkas dan menuangkannya ke gelas yang sedari tadi ia pegang.

Sebenarnya ia sempat berpikir bahwa di dalam rumah ini hanya tersimpan barang-barang kuno. Namun, ternyata pemikirannya salah. Hampir semua barang yang tersimpan di rumah ini merupakan barang-barang modern. Walaupun dekorasi dari rumah besar ini lebih merujuk kepada rumah era-90an.

Serasa rasa hausnya sudah menghilang, Victor segera bergegas keluar dari dapur menuju kamarnya. Namun, pergerakannya terhenti ketika netranya melihat sesuatu yang bergerak di tengah kegelapan menuju lorong perpustakaan.

Rasa takut mulai menggerayangi hati dan pikirannya.Kedua kakinya serasa terpaku ke lantai tak dapat ia gerakan. Keringat dingin mulai bercucuran, namun ia beranikan diri untuk bertanya.

"S-siapa disana?" Dengan suara bergetar Victor bertanya.

Tak ada yang menjawabnya. Namun, tak berselang lama Victor menghembuskan nafas lega tatkala mendengar suara Daniel yang memanggilnya dari arah lorong itu.

Melangkahkan kakinya kesana saat lampu di lorong itu mulai menyala. Ia melihat Daniel sedang berdiri dengan tangan yang membawa sebuah dus yang cukup besar.

"Ada apa hyung?" Tanyanya ketika dirinya sudah berhadapan dengan Daniel.

"Bisakah kau membantuku untuk mengangkat dus itu ke perpustakaan?" Daniel menunjuk sebuah dus yang tersimpan di sudut lorong menggunakan dagunya.

Victor mengarahkan pandangnya ke dus itu, kemudian mengangguk lalu mengambil dan memangkunya di depan dada. "Tentu saja hyung. Ayo."

Kemudian Victor melangkahkan kakinya bersama Daniel menuju perpustakaan. Sesampainya disana Victor membuka dus itu dan melihat banyak sekali buku yang tersimpan di dalam dus.

"Itu buku-buku yang aku beli. Tolong bantu aku menyimpannya di rak ini." Daniel berucap dengan tangan yang sibuk memindahkan semua buku yang ada di dalam dus yang baru saja di pegang olehnya.

Victor mengangguk dan mengambil beberapa buku di dalam dus kemudian menyimpannya di rak dengan rapih. Tak sering juga ia membaca judul buku-buku itu, walaupun kebanyakan judul dari buku itu tak dapat ia mengerti karena menggunakan tulisan aneh.

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang