CHAPTER 10

2.2K 290 21
                                    


Tekan ⭐ kemudian 💬

Happy reading for all....📖📖

••••••••••••••

"Kau mau pulang besok?" Tanya Jourell kepada Victor yang sedang memandang hutan selatan melalui jendela kamar.

Victor hanya berdehem sebagai jawaban. Kemudian menutup matanya menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Entah kenapa angin ini membuat ia rindu ke sosok wanita itu. Padahal mereka tidak saling mengenal. Mungkin hanya Victor yang tidak mengenalnya.

Jourell beranjak dari duduknya dan menghampiri temannya itu. Melakukan hal yang sama seperti temannya, memandang hutan selatan dari luar jendela.

Melalui sudut matanya, Victor melihat Jourell menghembuskan nafasnya pelan. "Mungkin kau benar Jourell, aku hanya bermimpi." Celetuk Victor tanpa mengalihkan pandangannya dari hutan Selatan.

Jourell menolehkan kepalanya. "Benarkan? Kemarin malam tidak ada apa-apa. Lihat saja hutan bagian selatan tidak ada jejak bekas apapun." Jourell merasa lega ketika Victor mengucapkan hal itu. Awalnya ia sempat berpikir bahwa temannya ini mungkin saja masih penasaran akan kejadian itu dan untung saja ia kemarin malam telah memperbaiki keadaan hutan itu. Membuatnya bisa bernafas lega.

Victor mengalihkan pandangannya ke pada Jourell."Ya, mungkin kau benar." Mungkin benar kata Jourell bahwa ia hanya bermimpi. Tapi kenapa ia bisa pingsan seperti itu?

"Tapi kenapa aku bisa pingsan?" Setahunya ia tidak sedang sakit tubuhnya sehat-sehat saja.

"K-kau kelelahan." Jourell berkata gugup. Victor mengernyit heran, kelelahan? Tapi dirinya merasa baik-baik saja kemarin. Ah! Bisa jadi dirinya tiba-tiba drop kemarin kan? Bisa jadi. Tapi kenapa temannya gugup seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Kenapa kau gugup?" Victor menyipitkan kedua matanya. "Kau menyembunyikan sesuatu ya?"

Jourell menggeleng keras. "Tidak. Aku tidak menyembunyikan apapun."

"Oh, baiklah. Aku kira kau menyembunyikan sesuatu."

"Tidak."

Setelah itu, hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Kemudian semilir angin menerbangkan sedikit surai rambut mereka. Jourell menutup matanya dan membukanya lagi ketika temannya itu mulai berbicara.

"Saat aku pingsan. Aku bermimpi aneh."

Jourell menaikan alisnya bingung. "Apa yang kau impikan?"

"Aku bermimpi ada sesosok wanita bergaun panjang berwarna putih dengan kepala yang dihiasi sebuah mahkota es. Terlihat seperti ratu, mungkin memang dia seorang ratu." Jawab Victor sambil menopang dagunya di kusen jendela.

"Terus apa yang aneh? Itukan hanya mimpi."

Melepaskan topangan dagunya dan beralih menatap Jourell"Yang anehnya adalah wanita itu selalu mengatakan 'takdirmu akan menghampirimu maka, jangan kau tolak itu' dan ucapannya itu selalu sama di setiap aku memimpikannya."
Jourell semakin mengerutkan keningnya bingung, apa yang dimaksud temannya itu?

"Dan dalam mimpiku kemarin  wanita itu mengatakan sesuatu yang sedikit berbeda."

"Dia mengatakan apa?"

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang