CHAPTER 19

1.8K 248 20
                                    


Tekan ⭐ kemudian 💬

Happy Reading for all.... 📖📖

••••••••••••

"Bagaimana ini Darel? Aku telah mengecewakannya.  Kita seharusnya memberitahunya dulu.  Ini semua salahku.." Sandra menangis dengan kedua tangan yang menutup wajahnya.

Darel berjongkok di bawah Sandra yang sedang duduk di atas ranjang. Memegang tangan Sandra yang menutupi kedua wajahnya, membawa tangan itu untuk ia genggam. Mengusap air mata istrinya dengan lembut. "Jangan salahkan dirimu sayang. Aku juga salah.  Kita tidak seharusnya bersikap egois, menyembunyikan ini semua darinya.  Aku kecewa pada diriku sendiri.  Sebagai kepala keluarga, aku tidak bisa menangani ini.  Maafkan aku.." Satu tetes air mata jatuh dari matanya dan memeluk istrinya erat menangis bersama.

Victor melihat itu semua dari ambang pintu kamar kedua orang tuanya. Hatinya merasa sakit melihat hal ini, air matanya terus mengalir tidak terbendung lagi.

Melangkahkan kakinya kearah mereka berdua dan langsung memeluk mereka erat. Victor merasakan tubuh mereka menegang terkejut melihat dirinya berada disini.

"Victor?" Itu suara ibunya. Victor menatap ibunya dengan mata sembabnya. Melepas pelukannya dan memegang kedua tangan ibunya. "Mom, maafkan aku.  Aku seharusnya tidak bersikap seperti itu.  Meskipun kalian adalah orang tua angkatku.  Kalian tetap orang yang telah membesarkanku dari kecil hingga sekarang.  Maaf, mom.  Aku salah disini ..." Dan beralih menatap ayahnya. "Aku minta maaf Dad."

Darel tak berucap apapun, ia lebih memilih langsung saja memeluk anaknya beserta istrinya. "Maafkan kami juga Victor.  Kami juga salah di sini.  Kami seharusnya memberitahumu dari dulu.  Karena keegoisan kami membuatmu kecewa.  Maafkan aku." Ucapnya sambil terus memeluk mereka.

Victor tak berucap apapun, ia hanya memeluk mereka semakin erat dan memejamkan matanya merasakan aliran hangat yang terus mengalir dihatinya. Tersenyum tipis dan terus mengucapkan terimakasih kepada Tuhan dan orang tuanya di dalam hatinya.

*****

Semilir angin menerbangkan surai berwarna aquamarine milik Victor. Menatap ke depan ,tepatnya ke hamparan bunga warna-warni yang begitu cantik. Dirinya sedang duduk di sebuah bangku taman yang berada di rumah Steven.

Ya, rumah Steven. Ia telah kembali ke rumah besar ini beberapa hari yang lalu. Walaupun, sebenarnya ia tak ingin pulang cepat karena masih merindukan kedua orang tuanya. Namun, dirinya dan kedua orang temannya harus kembali bersekolah.

Bukan hanya sekolah yang menjadi alasan Victor sebenarnya, namun ada hal lain yang harus ia katakan kepada semuanya tentang takdirnya.

"So what's up, so you ask us to gather here??" Suara dari arah belakang membuat Victor menoleh. Ia melihat Steven dan yang lainnya  menghampirinya.Setelah makan siang tadi, ia meminta mereka untuk datang ke taman ini.

Jourell duduk di sebelah Victor. "Ya, ada yang ingin kau bicarakan?" Victor mengangguk. "Ya."

"Jika yang di bicarakanmu tak penting, maka siap-siap aku akan menendangmu." Malden membaringkan dirinya di bangku taman yang lainnya. Di taman ini ada beberapa bangku sehingga mereka semua bisa duduk.

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang