CHAPTER 23

1.7K 238 6
                                    


Tekan ⭐ kemudian 💬

Happy Reading for all.... 📖📖

••••••••••••••

Victor heran.

Sungguh ia heran.

Sebenarnya ke enam temannya yang layaknya seperti saudara ini ingin mengajaknya kemana? Sedangkan di sini hanya ada lautan berwarna hijau yang membentang indah dengan langit biru cerah. Tak ada sama sekali rumah atau sekedar sebuah hutan. Hanya rumput hijau yang membentang.

Menolehkan kepalanya kesamping kiri,  ia melihat Aidyn yang terus bersiul sepanjang perjalanan dengan tangan yang berada di belakang kepala, menciptakan sebuah harmoni di tengah keheningan.

"Aidyn."

Aidyn berhenti bersiul dan beralih menatap hyungnya. "Ada apa hyung, kau butuh sesuatu?"

Victor menggeleng. "Tidak. Aku hanya mau bertanya, sebenarnya kita mau kemana? Kita sudah hampir satu jam berjalan, tapi kita belum sampai tujuan."

"Sebentar lagi kita sampai hyung, jadi kau akan tahu." Kembali menolehkan kepalanya ke depan. "Nah kita sampai hyung, lihatlah." Seru Aidyn sambil menunjuk ke depan, lantas Victor mengikuti arah telunjuk itu. Dan keningnya berkerut, ketika melihat ke depan.

Temannya ini sudah gila atau apa? Tidak ada apapun di depan hanya sebuah batu besar datar berbentuk lingkaran yang tertanam apik di atas tanah, selepas itu tidak ada lagi hanya hamparan rumput hijau yang terlihat.

"Mana?"

Aidyn mengernyitkan dahi. "Itu hyung, masa kau tak lihat ada sebuah rumah besar."

Fiks. Temannya ini sudah gila. Mana ada rumah besar di sana? Yang ada hanya batu itu dan  rumput yang membentang luas. Beritahu ia nanti supaya tidak lupa membawa temannya itu ke RSJ.

'Ctak'

"Kenapa hyung memukul kepalaku, sih?!" Aidyn berucap kesal kepada Hyder yang tiba-tiba memukul kepalanya dengan sayang. Tangannya terus mengusap bekas pukulan itu.

Hyder hanya memutar kedua matanya. "Kau semakin tinggal lama dengan manusia, semakin bodoh ya? Mana bisa Victor melihat rumah itu, jika tidak membaca sebuah mantra."

Aidyn mengerucutkan bibirnya dengan tangan yang masih mengusap kepalanya. "Ya, kan aku lupa hyung."
Setelah itu berdecak kesal. "Apakah kau tertular Malden hyung? Pedas sekali ucapanmu." Malden yang mendengar namanya di sebut-sebut hanya mendelik kesal kearah Aidyn yang sedang menyengir lebar kearahnya.

Steven, Rery dan Jourell hanya memutar bola matanya jengah melihat hal biasa seperti itu. Sedangkan Victor mengernyit kan keningnya, dia harus membaca sebuah mantra untuk melihatnya? Berarti temannya ini tidak gila dong? Dia tak usah mengantarnya ke RSJ?

"Mantra apa?" Pertanyaan dari Victor membuat Steven dan yang lainnya menoleh.

"Mantra penglihatan. Kau ikuti ucapanku." Victor menganggukkan kepalanya mengikuti perintah Steven.

"προβολή. (provolí)."

"προβολή. (provolí)."

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang