CHAPTER 30

1.4K 204 15
                                    

Tekan ⭐kemudian 💬

Happy Reading for all.... 📖📖

••••••••••••••••


Keheningan menyelimuti di tengah hutan itu. Sebenarnya itu tidak benar-benar hening, karena masih terdengar suara gesekan antara dahan pohon yang bergoyang terkena angin dan suara-suara hewan hutan. Hanya saja, hening disini kita gunakan sebagai perumpamaan bahwa kini ketujuh orang lelaki itu tengah menatap intens seorang wanita asing yang sekarang tengah duduk di batang pohon  mati.

Lebih tepatnya mereka tengah menginterogasi wanita itu.

"Siapa namamu? Kenapa kau bisa sampai disini? Dimana rumah mu? Kau ini seorang penyihir ataukah bukan? Jawab aku! " Rentetan pertanyaan keluar dari mulut seorang Aidyn Kenward. Tidak aneh jika Aidyn seperti itu, ia hanya mencoba tetap waspada.

Jourell yang melihatnya memutarkan kedua bola matanya. Wanita itu tidak akan pernah menjawab pertanyaan Aidyn, jika sedari tadi ia bertanya tanpa henti.

"Kau ini, bagaimana dia mau menjawab. Jika kau saja tak memberikan kesempatan untuk ia berbicara."

"Aku hanya mencoba tetap waspada hyung. Kita tidak bisa sembarang mempercayai orang asing."

Victor yang melihat wanita itu menunduk dan meremas tangannya gelisah mencoba memanggilnya.

"Hei, siapa namamu?" Lantas saja wanita itu mendongakkan kepalanya menatap Victor dan detik itu juga jantungnya seakan berhenti berdetak melihat wajah yang bak seperti patung dewa yunani kuno.

'Tampannya.'

Dan hal itu pun terjadi kepada Victor, dirinya mematung sesaat, bukan, bukan karena terpesona. Melainkan karena sesuatu di hatinya menyuruhnya untuk tetap waspada. Tubuhnya seperti merasakan hawa aneh saat melihat tatapan wanita itu. Hawa buruk.

Wanita itu kembali menunduk dan meremas bajunya." N–namaku Selly." Jawabnya pelan, namun masih bisa di dengar oleh telinga mereka.

"Nama yang manis, seperti orangnya." Ujar Jourell tiba-tiba yang mengundang sorakkan dari semua temannya dan mengundang semburat merah di pipi wanita yang mengaku bernama Selly itu.

"T–Terima kasih. " Perilakunya membuat semua orang menjadi gemas melihatnya terkecuali Victor, Malden dan, Aidyn. Mereka berdua hanya diam dan sesekali tersenyum tipis.

"Jadi kenapa kau bisa sampai disini?" Tanya Steven yang sontak membuat raut wajah Selly berubah sendu dan tiba-tiba ia menangis. Lantas saja hal itu membuat semua orang gelagapan.

"Hei! Hei! Kenapa kau menangis. Sudahlah tidak usah bercerita jika itu membuatmu sedih." Bukannya berhenti menangis mendengar ucapan dari Jourell. Melainkan, Selly justru menangis semakin keras. Dan hal itu membuat Rery serta Hyder dan Steven  mendelik tajam kearah Jourell.

Hyder mencoba menenangkan Selly dengan cara memeluknya, membuat ketiga orang di hadapannya menatap iri dan mendengus kesal. Sedangkan Hyder tersenyum penuh kemenangan. Dia lebih unggul karena tempat duduknya lebih dekat dengan Selly.

Selly semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang Hyder saat Hyder terus mengusap punggung sempit itu. Dan hal itu sontak membuat hati ketiga orang dihadapannya memanas.

"Ada yang panas tapi bukan api."

"Kebakaran! Kebakaran."

"Hahahaha...... "

Ditambah dengan Aidyn dan Victor yang memanas-manasi mereka membuat hati mereka semakin memanas sampai ubun-ubun.

"A–ku hiks sebenarnya hiks...." Sontak semua orang langsung menatap Selly yang kini tidak lagi dalam pelukan sang pemodus, membuat hati ketiga orang itu lega.

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang