CHAPTER 15

2.1K 287 32
                                    


Tekan ⭐ kemudian 💬

Happy Reading for all.... 📖📖

••••••••••••

Victor mendudukkan dirinya di salah satu sofa yang berada di ruang kerja Steven. Setelah makan malam tadi, Steven hyung menyuruhnya untuk ke ruangannya karena ada hal yang  ingin ia bicarakan. Dan Victor menuruti perintahnya. Siapa tahukan Steven hyung ingin membicarakan perihal kejadian yang aneh itu?

Netra Victor melihat ke sekeliling ruangan. Mewah, itulah yang terlintas dipikirannya setelah melihat semua barang dan dekorasi ruangan ini. Lihatlah, banyak sekali rak-rak berjajar rapih yang dipenuhi oleh buku dengan setiap rak didekorasi oleh ukiran-ukiran berwarna emas. Menambah kesan mewah disana. Tak lupa meja kerja yang berbahan dari  kayu mahal tersimpan di hadapan Victor yang sedang duduk di salah satu sofa mewah yang berwarna putih. Pokoknya, ruangan ini sangat mewah untuk sebuah ruangan kerja.

"Apa kau sudah menunggu lama?" Suara dari arah pintu membuat Victor menolehkan kepalanya. Netranya melihat Steven berjalan kearahnya dan duduk di sofa yang berhadapan dengannya.

"Tidak hyung. Omong-omong apa yang ingin di bicarakan oleh hyung?" Tanya Victor.

Steven hanya tersenyum dan meminum teh yang sedari tadi ada di atas meja. "Apa istirahat mu cukup?" Steven meletakkan kembali cangkir teh di meja.

Victor mengernyitkan keningnya bingung atas pengalihan pembicaraan mendadak itu. "Y-ya, istirahatku cukup hyung." Walaupun sebenarnya ia tak beristirahat sama sekali, melainkan terus memikirkan tentang kejadian itu.

Steven menatap Victor dengan wajah datar. "Aku tahu kau berbohong Victor. Aku tahu dari sore hingga waktu makan malam kau hanya melamun sambil memandang ke arah luar jendela."

Mendengar itu membuat Victor gelagapan dan akhirnya tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuknya. Tapi, bagaimana Steven hyung bisa tahu? Pikirnya.

"Aku tahu karena aku melihatmu dari luar rumah, jika itu yang kau pikirkan." Ah... Victor hanya tersenyum kikuk.

Steven menghela nafasnya. "Kau boleh saja memikirkan tentang itu. Tapi ingat kau belum terlalu sehat untuk berpikir terlalu keras. Bagaimana kalau Aidyn dan Jourell tahu ya?"

Victor menggeleng cepat. "Jangan. Jangan beritahu mereka hyung. Kau tahu sendiri kan mereka seperti apa?" Victor mengerucutkan bibirnya lucu.

Steven hanya tertawa gemas melihat itu. "Ya aku tahu. Mereka sangat overprotective padamu."

"Entah karena apa mereka begitu?"

"Karena mereka menyayangimu layaknya saudara sendiri."  Steven tersenyum membuat hati Victor menghangat mendengar itu.

"Bukan mereka saja. Tapi kami juga menganggap mu layaknya saudara dan keluarga kami." Hati Victor semakin menghangat dan dia sangat amat berterimakasih. Tidak menyangka bahwa mereka menganggapnya layaknya keluarga. Padahal mereka baru mengenal kurang lebih dua minggu.

"Terimakasih hyung." Ucap Victor begitu tulus. Dan dibalas senyuman hangat Steven.

"Kalian sedang apa disini?" Tiba-tiba sebuah kepala menyembul dari balik pintu. Itu kepala Aidyn.

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang