CHAPTER 17

1.9K 270 21
                                    


Tekan ⭐ kemudian 💬

Happy Reading for all... 📖📖

•••••••••••

Victor duduk di pinggir ranjang. Saat membuka matanya tadi, ia melihat bahwa dirinya telah berada di rumah Steven. Aidyn dan Jourell yang membawanya ke sini saat ia tak sadarkan diri di taman, itu yang di katakan Steven ketika datang ke kamarnya untuk memberikannya bubur. Namun, sampai sekarang bubur itu tak ia sentuh barang sedikit pun. Masih utuh dan mungkin sudah mulai mendingin. Nafsu makannya entah hilang kemana tergantikan oleh pikirannya yang bimbang.

Netranya melihat ke depan, ke  jendela yang terbuka lebar di kamarnya ini. Iya, kamarnya bukan kamar Jourell. Steven memberinya sebuah kamar karena ia mengatakan bahwa Victor harus tinggal di sini. Awalnya Victor ingin menolak, namun karena pada saat ia terbangun tubuhnya masih lemah untuk sekedar berbicara, ia hanya membiarkannya.

Mungkin memang yang dikatakan oleh Aidyn benar tentang kekuatannya yang tersegel. Tubuhnya merasa lemah seakan energi yang dia punya tersedot habis entah kemana.
Namun, ia masih perlu bukti agar ia semakin yakin bahwa memang apa yang dikatakan semua temannya itu benar.

Menghela nafasnya lelah dan menatap sendu hamparan taman bunga yang berada di halaman. Jendela yang berada di kamarnya berhadapan langsung dengan hamparan bunga yang warna-warni. Seharusnya ia merasa takjub melihat hamparan bunga itu dan memotretnya seperti kegiatan yang biasa ia lakukan. Namun karena pemikirannya yang sedang fokus memikirkan mimpi tadi, ia tak bisa merasakan keindahan hamparan bunga itu.

Ya, dia bermimpi lagi. Dengan mimpi yang seperti biasanya wanita itu masih sama setiap kali datang ke mimpinya. Namun, mimpi kemarin begitu berbeda. Tempat yang biasa selalu sama setiap kali bermimpi tentang wanita itu berubah menjadi sebuah hamparan salju putih dengan semua pohon yang digantungi oleh es-es kristal yang menjuntai panjang, membuatnya terlihat begitu cantik. Dan tak jauh dari wanita itu berdiri terlihat sebuah bangunan istana yang terbuat dari es dengan sebuah pohon yang terbuat dari ice menjulang tinggi melebihi tinggi dari istana tersebut.

 Dan tak jauh dari wanita itu berdiri terlihat sebuah bangunan istana yang terbuat dari es dengan sebuah pohon yang terbuat dari ice menjulang tinggi melebihi tinggi dari istana tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan yang membuatnya tak bisa berkata-kata adalah ketika wanita itu mengucapkan 'I love you, my son.' dengan di sertai kecupan hangat di dahinya. Rasa hangat mulai menjalar di hatinya tatkala mata berwarna dark brown itu menatapnya dengan sorot kerinduan dan kebahagiaan. Setelah itu, ia menghilang bersama kesadarannya yang mulai kembali.

Dari sana ia bertanya-tanya, apakah benar wanita itu adalah ibu kandungnya? Hanya satu yang dapat ia lakukan sekarang, yaitu dengan menanyai kedua orang tuannya tentang siapa dirinya sebenarnya.

Suara ketukan pintu membuat lamunan Victor buyar, dan saat mendengar suara Jourell yang  menanyainya apakah ia boleh masuk. Victor memperbolehkan Jourell masuk.

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang