CHAPTER 16

1.9K 277 9
                                    


Tekan ⭐kemudian 💬

Happy Reading for all....📖📖

•••••••••••


Langit berwarna gelap dengan taburan bintang yang gemerlap menemani seorang lelaki yang berjalan di trotoar jalan raya. Memeluk dirinya sendiri kala angin malam menghembus bak menusuk kulitnya yang hanya di lapisi oleh sweater berwarna abu-abu. Lelaki itu terus berjalan tanpa tahu arah tujuannya, ia hanya ingin menenangkan pikirannya yang sedang kalut.

Tatapan sendunya menelusuri jalan kota yang padat walaupun di tengah malam seperti ini. Membiarkan kakinya melangkah dengan sendirinya, kemana yang dia mau. Ternyata entah kenapa, kakinya membawa ia ke sebuah bangku di taman yang sepi ini. Karena mana mungkin tengah malam seperti ini akan ada orang yang datang ke taman terlebih lagi taman yang sudah tak terawat seperti ini.

Mendudukkan dirinya di bangku taman yang terletak di hadapan sebuah danau. Tatapan sendunya ia arahkan kearah air danau yang memantulkan bayangan cahaya bulan yang berada di langit malam.

Pikirannya entah ia layangkan kemana, karena sesekali ia terlihat menghela nafas walaupun tak merubah sorot mata sendunya.

Mendongakkan kepalanya keatas, tepatnya kearah rembulan yang menggantung indah di langit malam. Lelaki itu menatap bulan dengan sorot sendunya sekaligus menggumamkan sesuatu.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Hidupku yang tenang kenapa harus berubah seperti ini? Apakah benar itu takdirku?" Lelaki itu entah bertanya kepada siapa ia hanya melihat rembulan itu dengan sorot mata sendunya.

*****

Pagi hari di rumah besar itu terlihat sepi tak seperti  biasanya. Biasanya rumah besar ini akan ramai oleh kelakuan ketiga lelaki remaja itu, namun sekarang tidak karena salah satu dari mereka tidak mau menunjukan batang hidungnya.

"Jourell panggil dia. Dia sudah terlalu lama hanya untuk menyendiri." Malden berucap ketika ia sampai diruang makan tak melihat pemuda berambut aquamarine itu. Kesal dan jengah dengan kelakuan pemuda itu.

Jourell segera berdiri dan pergi ke lantai dua melaksanakan perintah dari hyungnya.

Malden mendudukkan dirinya di samping Hyder dan netra hitamnya ia tunjukkan kepada Steven dan Aidyn.
"Sekarang bagaimana?"

Steven menghela nafas sedangkan Aidyn menatap sendu makanannya.
"Entahlah, aku tak tahu. Kita serahkan saja kepadanya."

Rery menatap hyungnya terkejut. "Tapi hyung, jika dia menolak makan negeri kita hancur hyung. Kita tidak bisa melakukan itu hyung."

"Dan jika dia terpaksa maka sama saja ia mengorbankan negerinya sendiri."

"Perjanjian Vasilieo tou págou." Malden berujar.

"Ah! Kenapa harus ada perjanjian seperti itu sih?" Hyder berucap frustasi sambil mengacak rambutnya sendiri.

"Jika tidak ada perjanjian itu. Maka ke empat element utama dengan element baru tidak akan seimbang." Ujar Steven.

"HYUNG!!!" Teriak Jourell panik sambil berlari memasuki ruang makan.

Malden berdiri. "Kenapa kau berteriak? Tak tahu tata krama, heh?" Sarkas nya.

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang