CHAPTER 43

1.4K 197 23
                                    

Tekan ⭐kemudian 💬

Happy Reading for all.... 📖📖


••••••••••••••••


Sungguh menyedihkan itulah yang mereka lihat sekarang.

Para rakyat dari beberapa kerajaan yang tak bersalah kini di hadapan mereka semua telah banyak yang di perbudak. Bahkan beberapa rakyat yang melawan seketika langsung berubah menjadi abu, tatkala sihir yang dikeluarkan para penyihir hitam mengenai tubuh mereka. Tak jarang ada beberapa rakyat yang di bawa para penyihir untuk dijadikan sebuah pengorbanan. Sebagai sebuah hukuman ketika rakyat itu memberontak dan menyerang para penyihir. Mereka membawa para rakyat tak berdosa itu ke Vasíleio tou Págou dan menyerahkannya kepada Dyami,karena dia yang akan melakukan upacara pengorbanan itu.

Semua kejadian itu sudah mampu membuat Aidyn dan Malden geram. Tak akan mereka biarkan para pemberontak dan pengkhianat ini semakin lama berada di negeri mereka. Tak akan pernah mereka biarkan para rakyat yang mereka cintai itu mati dalam sebuah penderitaan.

Niat hati, sekarang ini Malden  sangat ingin menyerang mereka habis-habisan tanpa tersisa. Namun, ia urungkan karena itu merupakan hal bodoh jika ia lakukan. Untuk apa mereka sekarang sembunyi-sembunyi menghindari mereka jika ujung-ujungnya mereka menampakkan diri? Untung saja aura mereka takkan dirasakan para penyihir dan para prajurit iblis milik Dyami, sebab mereka menggunakan sebuah kalung yang merupakan sebuah barrier pelindung. Dan terimakasih lah kepada Malden, walaupun tangan kirinya masih belum bisa di gunakan ia masih bisa menyerang para penyihir di depan gerbang tadi, dengan kekuatannya yang secepat kilat.

Sebenarnya ia tak sendiri, Aidyn, Victor dan Samuel membantunya. Tapi tetap saja Malden yang paling banyak membunuhnya. Sebab kekuatannya tak kan pernah meninggalkan jejak sehingga takkan meninggalkan kecurigaan bagi penyihir lainnya. Berbeda dengan kekuatan yang dimiliki Victor, dan Aidyn ,kekuatan mereka akan meninggalkan jejak. Oleh karena itu, kini mereka dapat sedikit leluasa masuk kedalam negeri karena jubah penyihir yang mereka kenakan, terkecuali Samuel. Bekas penyihir-penyihir yang mereka kalahkan tadi. Walaupun begitu mereka tetap harus berhati-hati. Yang berujung mereka tetap bersembunyi-sembunyi.

"Bukankah itu Jourell?"

"Di mana Aidyn?"

"Itu hyung."

Mereka serentak mengikuti arah telunjuk Aidyn yang menunjuk ke arah depan mereka. Orang itu, atau yang dikatakan Aidyn sebagai Jourell tengah menyeret seorang wanita paruh baya menggunakan sulur tanamannya yang kini tengah berubah menjadi hitam. Awalannya mereka tak percaya itu Jourell, karena mereka tahu bahwa Jourell merupakan tipe orang yang berhati lembut dan raja yang paling dekat dengan rakyatnya ketimbang raja lainnya. Namun sesaat telinga runcing mereka mendengar tangisan wanita paruh baya itu yang menyerukan nama Jourell, pada akhirnya membuat mereka percaya.

"Apa yang di lakukan iblis itu kepada Jourell?" Geram Aidyn dengan tangan yang mengepal. Sekarang mereka tengah bersembunyi di salah satu rumah warga yang sudah kosong. Penghuninya sudah pasti di bawa oleh para penyihir itu untuk di jadikan sebuah pengorbanan, karena memberontak dan membunuh salah satu penyihir. Mereka tahu itu karena mereka melihat dengan kedua mata mereka sendiri.

Malden mengintip Jourell kembali di balik celah sempit jendela di hadapannya sebelum menatap mereka kembali dengan tatapan datar, namun terlihat sedikit di sana bahwa ia tengah marah. "Elenktís."

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang