CHAPTER 7

2.2K 299 15
                                    


Tekan ⭐ kemudian 💬

Happy reading for all....📖📖

••••••••••••••

"Kita mengerjakan tugasnya di rumahku saja, bagaimana?" Usul Jourell kepada Victor. Mendudukkan dirinya di meja dan menjulurkan kakinya ke kursi. Sungguh tak sopan, untungnya sekarang sudah waktunya pulang sekolah. Jika tidak, sudah pasti Jourell akan di suruh lari di lapangan.

Victor mengangguk. "Ya, baiklah. Tapi aku harus ke apartemenku dulu untuk mengganti baju. "Victor memasukan barang-barangnya kedalam tas.

"Oke aku antar. Baiknya kau membawa baju ganti untuk besok. Siapa tahukan kita mengerjakannya sampai larut malam?" Jourell turun dari meja dan melangkahkan kakinya keluar kelas bersama Victor.

"Ya, aku akan bawa. "

"Hmm, Jourell kau bawa mobil?. " Tanya Victor.

"Ya." Jourell mengangguk dan mengeluarkan kunci mobilnya. Memutar-mutarkannya di jari tangan pendeknya. Memperlihatkannya pada Victor bahwa ia membawa mobil.

"Bukannya seumuran kita tak bisa bawa mobil ya? Apalagi kemarin juga Aidyn membawa mobil, diakan umurnya lebih muda."

"Aidyn memiliki banyak cara untuk melakukan hal yang dia mau. Lagi pula ia memakai SIM milik Steven hyung. Dan kita tak seumuran, aku lebih tua darimu. Seharusnya kau memanggilku hyung."

"Wah, kau lebih tua dariku?" Tanya Victor memastikan jika yang di dengarnya itu salah. Anggukan adalah jawaban Jourell. Tapi masa sih? Dia kira dia yang lebih tua.

"Tapi tinggi badanmu, tak sesuai dengan ucapan mu tuh. " Setelah mengatakan itu Victor berlari sambil tertawa menjauhi Jourell yang tengah menatapnya tajam seperti akan menerkamnya.

"YAK! AWAS KAU VICTOR!" Dan Jourell mengejarnya.

Victor memasukan baju yang akan ia bawa kedalam tas . Tak lupa membawa alat tulis dan barang-barang yang akan di gunakan nanti untuk membuat tugas.

"Jourell, kau masih marah padaku?" Tanya Victor kepada Jourell yang tengah duduk di sofa ruang tengah sambil menyilangkan tangannya di dada.

Victor di apartemennya bersama Jourell, namun dari tadi Jourell hanya diam. Mulai dari parkiran sekolah, di perjalanan dan ketika mereka sampai di apartemen Victor pun dia masih diam. Entahlah, mungkin dia masih marah karena kejadian tadi.

"Tak tahu. " Jourell malah membuang mukanya kesamping tak ingin melihat temannya yang berdiri di depan.

Victor inginnya tertawa, tapi ia tidak ingin memperkeruh suasana, jadi ia tahan. "Yang benar saja kau merajuk? Ayolah, aku hanya bercanda. Maaf"

Jourell masih tak bergeming dari sikapnya. Victor menghela nafasnya pelan. "Ya sudah, kita tak usah mengerjakan tugasnya. Aku tak akan ke rumahmu, lebih baik kau mengerjakannya sendiri. " Victor menurunkan tasnya yang telah di sampirkannya di pundak.

Jourell membulatkan matanya. Jika Victor tidak jadi ke rumahnya, gagal sudah rencananya untuk mempertemukan Victor dengan Steven hyung. Meminta Victor untuk membantunya mengerjakan tugas hanya alibi semata.

"Jangan. Aku tidak bisa mengerjakannya sendiri. Ayolah kenapa jadi kau yang marah sih?" Ucapan Jourell sewot.

"Ya, lagian kau seperti itu. Aku kan hanya bercanda."

Jourell mendesah pelan. "Yayaya. Sudahlah, kau sudah siapkan? Jadi ayo." Jourell berdiri dan keluar dari apartemen Victor.

"Dasar manusia bantet labil." Dumelnya pelan dan keluar mengunci pintu apartemennya.

The Seven Elements (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang