1. Bertemu

590 30 11
                                    


    Pagi yang cerah, Aurora duduk terdiam di depan laptopnya yang ia letakkan di meja, suasana dingin di Bandung membuatnya enggan untuk keluar walaupun di luar matahari bersinar cerah. Ia lebih suka tetap berada di dalam kamarnya tanpa melakukan sesuatu kecuali menggeser foto-fotonya bersama dia beberapa tahun lalu. Kalau boleh jujur, Aurora merindukan semua itu.

"Ra! Ada Arga nih di bawah!" teriakan mamanya membuat ia tersadar dari lamunanya.

"Iya bentar Ma." Aurora bergegas menutup laptopnya dan sebelum meninggalkan kamarnya ia menyempatkan membuka jendela semberi tersenyum melihat pemandangan yang sangat indah, terlebih lagi ada sebuah mobil yang terparkir rapi di halaman rumahnya.

    Serasa sudah cukup, Aurora meninggalkan kamarnya dan mulai menuruni anak tangga, sebenarnya dia sangat tidak suka dengan yang dilakukannya saat ini.

Sesampainya di bawah, Aurora tampak tersenyum saat melihat yang ada di hadapannya berdiri dan memandangnya penuh arti.

"Argaaa!!!" Aurora menghambur ke pelukan Arga.

Arga tampak senang menyambut pelukan hangat dari Aurora. Keduanya berpelukan cukup lama untuk mengobati rasa rindu yang selama ditahan. Hingga akhirnya Arga mulai membuka pembicaraan.

"Gimana, nggak rela kan ninggalin Bandung yang banyak akang kasepnya?"

Tawa Aurora pecah ketika Arga mengucapkannya, ia melepaskan pelukannya dan melayangkan pukulan ke lengan Arga, seperti yang sering ia lakukan.

"Ululu, nggak rela banget, apalagi sama orang ini."

Aurora memanyunkan bibirnya dan kembali melayangkan pukulanya tepat di bahu Arga. Sementara yang dipukul malah tertawa dan mencubit pipi manis Aurora hingga membuat ekspresinya berubah seketika. Hendak protes.

    Namun baru saja Aurora ingin membuka mulut, Arga menarik lengan Aurora ke pangkuannya, tepatnya duduk di sofa. Aurora mendengus kesal, tapi tidak protes. Ia kemudian menyenderkan kepalanya di dada Arga hingga larut dalam pelukan hangat itu hingga melupakan hawa dingin yang sempat dirasakannya tadi.

Beberapa menit telah berlalu, tak ada sepatah katapun keluar dari mulut keduanya. Arga mengelus rambut Aurora yang terurai dan mulai membuka obrolan baru dengannya.

"Ra?" ucap Arga hati-hati, hingga si pemilik nama mendongakkan kepalanya dan menatap tepat pada bola mata Arga.

"Apa?"

"Gimana kalo nanti kita pergi, mau nggak?" Perkataan Arga itu berhasil membuat ekspresi Aurora begitu bahagia.

"Kemana emang?" Kali ini ia sudah berdiri dan keluar dari zona nyamannya dengan Arga tadi.

"Sana kamu siap-siap dulu. Aku tunggu di sini."  Arga tampak mengibaskan tangannya ke arah Aurora, tanda mengusir.

Tidak protes, Aurora langsung berlari ke atas tanpa aba-aba lagi. "Tunggu di situ! Aku nggak lama!"

Tak membutuhkan waktu yang lama lagi untuk bersiap-siap, kini Aurora sudah kembali di hadapan Arga yang sabar menunggunya. Arga terdiam sejenak saat melihat Aurora sudah berada di hadapannya, Aurora memakai mini dress warna biru muda. Aurora terlihat sangat cantik dan elegan dengan baju itu, ditambah dengan rambut yang digerai.

"Ga, ayo! Kaya liatin siapa aja sih." Ledekan dari Aurora membuat Arga tersadar, ia tersenyum tipis.

"Iya ayo, salah sendiri kamu harus cantik!" jawaban dari Arga membuat Aurora memanyunkan bibirnya.

"Aku memang cantik."

"Ma! Kita pergi dulu ya!" Pamit Aurora sedikit berteriak.

"Pacaran mulu!" ucap garang mamanya membuat mereka berdua terkejut dan menghentikan langkah sejenak di samping pintu mobil.

"Sebentar doang kok, Ma," jawab Aurora.

"Hati-hati di jalan, jangan panas-panasan!" Ceramah mama Aurora seperti menasihati anak kecilnya yang ingin bermain keluar pada siang hari.

"Siapp!" Arga begitu bersemangat mengucapkanya sembari memberi isyarat hormat.

Aurora bergegas masuk ke mobil diikuti Arga yang kemudian menutup pintu mobilnya. Tak lama kemudian Arga melajukan mobilnya, mulai menjauhi rumah Aurora.

Tak butuh waktu yang lama, sekarang mobilnya sudah terparkir rapi di sebuah taman kota. Mereka segera turun dan berjalan mendekati sebuah bangku yang terletak di bawah sebuah pohon yang berada di dekat kolam ikan.

"Masih ingat nggak sama tempat ini?" Pertanyaan Arga dibalas Aurora dengan anggukan kepala.

"Pastilah aku inget, tempat ini kan tempat pertama kali kamu ajak aku jalan, masa iya aku lupa." Aurora menoleh dan akhirnya menyenderkan kepalanya di bahu Arga.

"Bagus deh kalo kamu nggak lupa." Arga tersenyum.

Keduanya duduk terdiam di bangku itu, membuat suasana terasa hening dengan semilir angin yang menenangkan. Cuaca yang tidak terlalu panas tentulah membuat Aurora nyaman, ia masih setia menyenderkan kepalanya di bahu Arga. Entah berapa lama lagi mereka saling terdiam tidak mengeluarkan sepatah kata pun.


*****

Jangan lupa vote and comment

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang