22. Si Pintar

102 11 8
                                    

Minal aidzin wal faidzin🙏
Mohon maaf lahir dan batin🙏
Lebaran hari kedua tetap di rumah aja kan?
Aurora menemani kalian yang lebaran di rumah aja:)

Happy reading.

*****

Arga menuruni tangga ke lantai bawah dengan cepat, tangannya mengepal kuat, rahangnya mengeras, matanya menyala buas.

Banyak anak yang minggir untuk memberi jalan bagi Arga yang kali ini sangat menyeramkan, mereka juga tak mau kena imbasnya. Marcell, Arsya, dan Alya berlari mengejar Arga, mereka takut jika Arga jadi lepas kontrol.

"Sini lo!"

Arga kini sudah sampai di kelas Farel, ia masuk dan langsung menghampiri Farel yang duduk di kursi paling belakang. Ia menarik kerah baju Farel lalu melayangkan satu pukulan ke wajah Farel. Farel masih terlihat kebingungan, masalah apa?

Arga masih memukuli Farel tanpa ampun, emosinya tak bisa dikendalikan lagi, ia lepas kontrol. Berkali-kali Farel terlempar ke meja juga kursi, namun nampaknya Arga belum puas. Meja dan kursi yang tadinya tersusun rapi sekarang jadi sangat berantakan karena ulah keduanya.

Tak ada yang berani memisahkan keduanya, mereka bahkan melingkarinya, menonton tontonan gratis ini sembari menyoraki nama keduanya. Sungguh malang nasib Farel, luka yang kemarin saja belum sembuh, sekarang ditambah lagi? Oleh orang yang sama pula.

"Emang bangsat lo!" maki Arga, ia tak henti-hentinya menghajar Farel. Farel sempat melawan, tapi tenaga Arga terlalu kuat.

Tak lama kemudian Arsya, Alya dan Marcell datang. Mereka menerobos lingkaran yang dibuat oleh anak laki-laki dari berbagai kelas itu.

"Ga, udah! Jangan lepas kontrol lo, ini sekolah!" suruh Arsya, ia menarik tubuh Arga ke belakang dibantu Marcell. Farel yang terkapar di lantai pun dibantu oleh Pandu dan temannya yang lain.

"Lepasin gue!" Arga berontak, ia masih menatap Farel dengan nyalang, namun lagi-lagi Farel hanya menatapnya dengan senyum remeh, ia mengusap darah yang keluar dari hidungnya.

"Aurora lebih butuh lo sekarang, nggak usah ladenin orang kaya dia," ucap Arsya lagi, perlahan Arga kembali tenang, membuat Arsya dan Marcell melepaskannya.

Arga berjalan mendekat ke Farel, menarik kerah bajunya lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Farel.

"Masalah lo sama gue belum selesai!" bisiknya, lirih namun mampu menusuk gendang telinga Farel. Arga menghempaskannya hingga Farel kembali menabrak meja.

Setelah itu, Arga berlari keluar untuk mencari Aurora. Kenapa dia tak bertanya pada Farel saja? Otaknya tak bisa berpikir jernih sekarang. Arga bertanya pada anak kelas 10 yang kelasnya berada di belakang. Setelah mendapat jawabannya, Arga berlari lagi menuju gudang.

****

"Aurora?"

Perlahan Aurora mengangkat kepalanya dan mendapati Arga yang berjongkok di sisinya. Wajah Arga terlihat berbeda kali ini saat melihat wajah Aurora yang penuh air mata, bahunya pun masih bergetar. Refleks, Aurora memeluk erat Arga, ia merasa lega sekarang, setidaknya ada yang menolongnya.

Ia kembali menangis, perlahan Arga membalas pelukan itu, mengusap rambut dan juga bahu Aurora agar gadis itu tenang.

"Udah Ra, ada gue di sini, nggak usah takut," ucap Arga lembut, ia baru menyadari jika lengan Aurora berdarah.

"Gue takut," lirih Aurora, ia melepaskan pelukannya dan melihat wajah Arga walau tak terlalu jelas.

"Tangan lo kenapa?" Arga menghapus jejak air mata yang ada di wajah Aurora lalu tatapannya kembali ke arah lengan Aurora yang berdarah.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang