34. Berkibarnya Bendera Perang

82 9 13
                                    

    Malam ini Arga merasa tak tenang. Dari tadi ia mempertimbangkan untuk pergi atau tidak. Lebih cepat lebih baik kan?

Arga mendapat sedikit informasi dari temannya. Karena itu ia langsung mengganti pakaian dengan segera. Ia mengambil beberapa perlengkapan yang akan dipakainya untuk misi malam ini. Setelah mematikan ponselnya untuk sementara, Arga mengambil kunci motornya lalu turun.

"Belum terlalu malem, moga aja lancar." Arga mengendarai supermotto  dengan kecepatan tinggi.

      Hampir sampai di tempat yang dituju Arga memelankan laju motornya. Matanya mengawasi secara jeli, ia memilih untuk memarkirkan motornya di pinggir jalan agar tak mencurigakan. Arga mengganti jaket yang dipakainya dengan jaket biasa. Ia membenarkan topinya lalu berjalan ke suatu bangunan agak tua melalui pintu belakang karena jika lewat pintu depat pasti banyak yang berjaga.

   Benar saja kata temannya, di sini terlihat sangat kotor dan sangat sepi karena mereka sedang berkumpul di ruang tengah. Dengan pelan dan hati-hati Arga membuka pintu itu lalu masuk dalam kegelapan yang sesungguhnya.

"Ini tempat udah lebih buruk dari rumah hantu."

  Arga berjalan mengendap-endap. Di dengarnya ada suara kaki yang melangkah semakin mendekat, Arga langsung bersembunyi di balik dinding sambil terus mengawasi.

"Cantik banget sih orangnya."

"Kakaknya udah KO, adeknya juga mau nyusulin." terdengar tawa setelahnya.

     Arga memang tak sengaja mendengar obrolan singkat itu, hingga kondisi kembali aman Arga menngintipnya. Mereka menuju ruang tengah, ruang yang luas.

"Ada cewek di sini?"
"Siapa yang dimaksud mereka?"

Arga kembali menyelusuri lorong yang gelap itu, ia hampir tiba di ruang tengah. Benar saja, mereka memang sedang berkumpul di ruang ini. Tak berniat untuk menguping pembicaraan mereka lebih lama, Arga berjalan ke bagian kanan. Ia mencari jalur yang tak sering dijamah oleh mereka.

   Arga masih mengendap-endap sambil menatap ke arah kanan, waspada jika tiba-tiba ada orang yang akan lewat. Tapi sayangnya Arga terjatuh karena dirasa ada yang menabraknya dari arah kiri.

Arga harus waspada, bisa saja kan dia salah satu anak sini? Ia menundukkan kepala sambil merapikan masker dan topi yang dikenakannya. Entah mengapa instingnya mengatakan jika yang menabraknya tadi masih berada di situ dan dia adalah seorang perempuan.

Arga pun mengangkat kepalanya. Ia sangat tak menduga jika orang ini......

"Aurora, ngapain di sini?"

Arga mendekati Aurora yang terlihat ketakutan. Apa Aurora tak mengenali pacarnya ini?

"Ini aku Ra, kamu jangan takut." Arga membuka maskernya sebentar lalu menyentuh pipi Aurora.

     Aurora tak tahu harus senang atau bagaimana, ia sempat takut jika orang yang kini di depannya itu adalah anak buah Tria. Setelah melihat Arga secara jelas ia lega, Aurora menggenggam kuat tangan Arga.

"Hey, kamu kenapa? Kenapa ada di tempat ini?" Arga mengangkat dagu Aurora agar gadis itu menatapnya.

"Harusnya kamu ada di rumah, belajar, istirahat, kenapa malah keluar rumah malam-malam gini?!" Arga jadi mulai kesal. Tapi Aurora masih diam, ia menempelkan jari telunjuknya di bibir Arga agar diam beberapa detik.

Perlahan Arga diam dan menghela napas berat.
"Ra? Kamu pake jaket Drakez?" Arga tak percaya. Katakan pada Arga, ini tak benar kan?

"Bendera perang telah berkibar."

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang