43. DRAKEZ VS DAREZ

57 8 0
                                    

"Sialan!"

"Arga Cell, ayo." Arsya menepuk pundak Marcell yang sedang memiting leher Danis. Mereka berdua langsung mendekati Arga.

"Lo ga pa-pa Ga?" keduanya membantu Arga berdiri.

"Jangan bilang kalo kena di bekas tusukan itu."

"Ke UKS aja yo, apa mau ke rumah sakit aja langsung?"

"Gue takut ada yang bermasalah di bagian bekas tusukan itu."

"Lo yakin masih kuat?"

"Ga? Lo denger kita ngomong nggak sih?!"

"Gue siapin mobil ya, sekarang kita ke rumah sakit."

Arga masih tak menjawab semua perkataan dua sahabatnya itu. Ia masih fokus dengan menahan rasa nyeri di perutnya. Detik kemudian pandangannya mengarah ke Daniel yang sedang membantu Danis untuk berdiri.

"GA! WOY!"

"DENGER NGGAK SIH?! SUKA BANGET YA LO BIKIN KITA KAYA GINI!" teriak Marcell di samping telinga Arga. Ia menoleh.

"Gue masih kuat." perlahan Arga melepaskan tangan Arsya dan Marcell yang awalnya memapahnya.

Arga maju mendekati Daniel, hal itu membuat Arsya dan Marcell terkejut sekaligus tak habis pikir. Mau apa lagi? Arga menyipitkan matanya, tatapannya kepada Daniel begitu tajam.

"Masih mau nuduh gue yang pukulin Dava lagi?" tanya Arga.

Daniel yang tadinya sudah tenang kembali tersulut emosi. Ia melangkah ke depan tapi Danis mencekal lengannya sambil menggeleng. Ternyata Danis juga mendapat banyak tonjokan dari Arsya maupun Marcell.

Daniel mendengus kasar lalu menghempaskan tangan Danis dari lengannya ia menatap Arga sengit.

"Lain kali nggak usah lakuin kaya tadi lagi," ucap Arga lalu berjalan melewati Daniel dengan Arsya dan Marcell di belakangnya.

Langkah Arga terhenti karena Dava baru saja datang dan berhenti di depannya. Arga mengamati Dava dari atas sampai bawah, semua bekas luka pukul itu tak terlalu parah. Malahan lebih parah miliknya. Karena hal itu Arga berbalik dan menatap Daniel. Cowok itu tersenyum miring lalu berdiri di samping Dava.

"Arga kan yang mukulin lo?" tanya Daniel pada Dava.

Dava tak berani menatap Arga maupun Daniel, dia menunduk. "Gue rasa-" Dava menggantungkan perkataannya, membuat kelima cowok itu makin penasaran.

Dava membuang napas kasar lalu mengangkat pandang, "Gue gak terlalu yakin kalo itu yang mukul Arga karena pake tutup muka. Tapi waktu itu langsung ada anak dari sekolah lain yang bilang kalo itu lo, Ga."

Arga makin menatap Dava tajam, rasanya dia ingin menghabisi sekalian cowok itu. Itu jelas-jelas bukan dirinya.

"Anjing! Jelas bukan gue." Arga membuang pandang.

"Harusnya lo nggak percaya gitu aja sama omongan mereka," ucap Arsya yang masih bisa tenang.

"Nggak malu lo udah nuduh orang sembarangan?" tanya Marcell yang masih merasa emosi.

Dava tau itu hal bodoh, dia menyadarinya. Tapi Daniel? Dia tentu tak akan terima begitu saja, ia makin mengepalkan tangannya, hal itu membuat Arga tertawa kecil.

"Nggak usah ngajak ribut lagi, baku hantam aja lo kalah."

"Bangsat!" umpat Daniel dalam hati. Ia masih kesal, tapi dia harus bisa menahan emosinya.

"Masalah udah selesai, tentu bukan gue yang mukulin sahabat lo itu." Arga melirik Dava sekilas lalu melangkah.

"Oh iya, satu lagi." Arga kembali berhadapan dengan Daniel.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang