10. Brutal

93 15 10
                                    

"Kegelapan di hidupku bukan berarti sebuah kejahatan. Aku juga pernah punya cahayaku sendiri yang membuatku MATI!"


Cuaca di kota Bandung sedang tak mendukung sekarang. Mendung hampir menutupi langit di seluruh ruas kota metrapolitan itu. Mungkin hujan sebentar lagi akan membasahi bumi Bandung.

Namun cuaca seperti itu tak menghalangi mereka untuk tetap ganas di jalanan. Bahkan, hujan telah menjadi teman baik mereka saat air mata tak pernah terhapuskan.

Hingga pada akhirnya hujan juga harus turun untuk mengatasi banyaknya masalah yang dihadapi oleh manusia. Manusia-manusia yang berusaha kuat untuk mengatasi masalah hidup mereka. Manusia-manusia yang tak sekuat yang orang lain katakan. Ia kuat untuk menutupi luka, namun tak bisa tegar untuk mengatasi masalahnya sendirian terus menerus.

Yakinlah, hujan tak selamanya baik dan tak selamanya buruk. Seperti manusia, ia memiliki sisi buruk, tergantung bagaimana orang lain menilai dirinya dari sisi yang mana. Menilai baik atau buruk sifat yang dimilkinya.

Sekarang, suasana kekeluargaan itu hadir lagi. Walau mereka tak bisa merasakan rasa hangatnya keluarga yang dulu mereka rasakan. Percayalah, masih ada kebahagiaan yang membuat mereka mengingat adanya rasa nyaman.

Dalam hujan yang kian deras, mereka masih tetap bersedia untuk menerobos derasnya hujan di jalanan itu. Tak ada kata sedih, mereka bahagia, bersenang-senang untuk sementara, walau akhirnya ada buliran air hangat yang jatuh dan bercampur dengan air hujan.

Saat jalanan sepi, mereka membuat jalanan menjadi seram akan kehadirannya. Suara deru mesin motor kian beradu dengan derasnya hujan.

Tak ada ketenangan untuk mereka yang dikelilingi manusia berdarah dingin itu.

"KE MARKAS!" Seruan dari ketua geng itu begitu keras, hampir memecah suara berisik yang mereka ciptakan. Semua anak buahnya hanya mengangguk menandakan bahwa mereka mendengar.


"JANGAN ADA DARAH YANG MENETES DENGAN SIA-SIA. JANGAN SAMPAI ADA NYAWA YANG MELAYANG GARA-GARA ULAH KITA YANG TERLALU BRUTAL! SALINGLAH MENJAGA SESAMA ANGGOTA! KITA ADALAH KELUARGA! KITA ADALAH SAUDARA!"

******

Suasana dering telfon membuyarkan segala lamunannya.

"Huh! Siapa sih?" Dengan langkah berat ia kumpulkan tenaga untuk melangkah ke meja. Ia raih ponselnya lalu mengangkat panggilan itu.

"Halo!" Suasana menjadi beku, sebeku hati orang itu. Orang yang pernah ada dikehidupanya namun orang itu hanya singgah sementara untuk mengukir kenangan dan luka yang tak pernah sembuh sampai sekarang. Sakit hati?

"Iya." ia menjawab dengan sangat pelan, walau dia masih sakit hati, ada rasa rindu yang hinggap di dalam dirinya. Dia bodoh?

"Gimana kabar kamu?" Tanya orang di seberang sana, suaranya agak serak, suara yang tak asing baginya dan suara yang ia sangat rindukan.

"A-ku...aku nggak pa-pa," ucapnya terbata, ia hampir ambruk.

"Maaf... Maafin aku! Aku nggak bermaksud lakuin itu ke kamu." suaranya terjeda, ia terdiam.

"Tapi... Kenapa?" Ia menangis, ia tak kuat menahan buliran air hangat itu untuk tak jatuh.

"Aku terpaksa! Aku akan kembali!" Dia semakin meninggikan nada bicaranya.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang